07. Keputusan

107 6 2
                                    


Gimana part 6 kemarin? Cuman mau bilang say sorry karna aku bakal up part satu minggu sekali, aku usahain lebih kalau bisa.

Dan mau say makasih juga buat kalian yang udah nungguin cerita ini dan dukung terus cerita ini, suda siap menyelami part 7 ? Mari kita mulai.

_______________...()()()...______________

Angkasa berjalan memasuki sebuah gedung besar yang ada di balai kota. Tercium dengan jelas aroma khusus didalam ruangan tersebut. Ia menyusuri lorong-lorong sunyi disetiap sudutnya.

Kamar 037. Dimana seorang gadis terpapar lemah diatas ranjang rumah sakit dengan alat bantu dimana-mana.

Pelangi Sirna Shanarin. Seorang gadis yang telah dinyatakan koma selama hampir 3 tahun karna sebuah kecelakaan hebat yang terjadi beberapa tahun lalu.

Tak pernah absen Angkasa selalu membawakan bunga 2 warna kesukaan gadis itu. Mawar putih dan merah.

Angkasa mendudukan dirinya disebuah kursi dekat ranjang tersebut, menatap gadis dihadapannya dengan tatapan yang susah ditebak.

"Lo lagi mimpi apa sih? Asik banget kayanya sampe lo ga mau bangun-bangun" ucap Angkasa.

"Nih gw bawain mawar lagi, biasanya lo selalu minta kan ke gw. Skrng gw bakal selalu bawain bunga-bunga ini buat lo. Sekarang bangun ya Pelangi gw kangen senyum lo" Ceritanya panjang.

"Kalo entar lo udah sembuh gw bakal bawa lo ke Avenszha dan gw bakal kenalin lo kesemua angkatan, cepat bangun ya putri tidur" kemudian Angkasa menggusap lembut puncak kepala gadis itu.

"Oke sekarang kita lanjutin cerita, kali ini tentang kisah horor Jangan Dipanggil Lagi, udah siap tuan putri?"

Angkasa menghabiskan waktu sepulang sekolahnya dirumah sakit untuk menemani Pelangi. Hari ini adalah jadwal jenguknya dan ia tak ingin diganggu jika waktu itu sedang berlangsung.

Angkasa bercerita banyak hal pada gadis yang terpapar lemah itu, Angkasa tau pasti seorang Pelangi bisa mendengarkan setiap ungkapan-ungkapan kata yang ia lontarkan dan dia percaya itu.

...()()()...

Sejuk menyisikan lagi bagian sayur yang ada didalam mangkuk mie ayamanya. Hari ini ia harus makan dikantin sendiri karna anak Pastera yang lainnya sedang berada di warkop belakang sekolahan. Ia sedang malas untuk berjalan sendiri kesana.

"Nanana.. " ia bersenandung kecil dan kemudian menyuapkan satu sendok dengan lahapan yang besar, nikmatnya.

"Heh minggir lo, gue mau duduk disini" teriak seorang gadis tiba-tiba dan membuat Sejuk menoleh.

Lentera namanya. Gadis bermuka dua yang hanya baik karna ada maunya saja. Terlebih didepan Rinai, benar- benar sangat menjijikan.

"Aku gak mau, lagian banyak meja kosong Lentera. Ngapain sih kamu gangguin aku mulu" jawab Sejuk.

"Karna gue mau disini!" Ulangnya.

"Ih beda banget ya kamu didepan Rinai sama didepan aku" sinis Sejuk.

"Oh jelas, kalo gue kaya gini didepan Rinai pasti dia gak bakal mau nerima gue di Pastera" ucap Lentera terang-tengangan yang membuat Sejuk sangat puas.

Sejuk mengeluarkan smartphonenya dan menekan sesuatu pada layar hpnya.

"Gimana Nay? Masih mau kamu terima?" tanya Sejuk.

RINAIEYAWhere stories live. Discover now