Perkenalan

6K 509 94
                                    

Karena sebaik apapun caramu berpamitan, perpisahan tetaplah menyakitkan.

From Shandy

***

Keseharian seorang Fabian Shandy Alkatiri bisa dikatakan tidak ada yang istimewa. Ya iya, semua biasa saja selayaknya manusia pada umumnya. Bangun pagi, gosok gigi, cuci muka, main lagi—oke salah, kalau itu keseharian Upin Ipin.

Kalau ngomongin sarapan, bubur Mang Abdi adalah satu-satunya santapan pagi di kos-kosan Pak Asyuaeib atau biasa dipanggil Pak Asu—panggilan sayang dari Shandy—atau Pak Aeib, cuma itu agak susah dan belibet. Jadi, cuma Zweitson saja yang sering manggil begitu. Mungkin karena sama-sama punya nama yang susah diucapkan jadi senasib sepenanggungan.


Alasannya sih karena cuma Mang Abdi saja yang sering lewat depan kos, sedangkan kalau mau makan nasi uduk atau lainnya harus jalan dulu ke depan gang. Mengingat Shandy adalah makhluk mager paling seksi, makanya ia lebih memilih sehari-hari makan bubur ayam dibanding jalan ke depan gang yang nantinya malah jadi santapan para ibu-ibu yang sedang belanja sayur. Ya, biasalah ibu-ibu kalau lihat cowok ganteng emang bawaannya pingin jodohin saja sama anak gadisnya.

Di saat sedang asik menyantap bubur ayam-yang pastinya tidak diaduk- sambil membalas beberapa pesan dari client tiba-tiba seseorang datang dengan membawa mangkok dan sendok, disusul dengan membuka salah satu plastik berisi bubur ayam.

"Emang ya Bang Shandy itu yang paling baik di sini. Selain ganteng, juga mengerti dengan kondisi gizi adik-adiknya." Diakhiri dengan cengiran polos, membuat Shandy mendelik.

"Enak aja. Besok gantian lo yang beli tuh," kata Shandy.

"Yah, Bang ... Mama kan belum kasih duit jajan. Harusnya lo lah kasih gue duit."

"Serah-serah." Dengan mengibaskan tangan sebagai balasan, lantas memilih kembali sibuk memakan bubur ayamnya.

Di kos-kosan Pak Asyuaeib ini, Shandy tinggal bersama tujuh orang lainnya. Iya, tujuh. Ramai banget, kan? Makanya kos-kosan ini beda dari yang lain, karena merupakan sebuah rumah yang memiliki beberapa kamar. Niatnya memang rumah ini akan dijadikan warisan untuk anak pertamanya Pak Asyuaeib, tapi karena anaknya masih sibuk bekerja di Jakarta makanya rumah ini sementara dijadikan kos-kosan dulu. Hitung-hitung menjadi uang tambahan Pak Asyuaeib yang sudah pensiun.

Rumah yang selalu ramai dengan teriakan dan menjadi sasaran tetangga karena berisik. Tapi, jarang sih tetangga datang marah-marah, lebih banyak tetangga—khususnya ibu-ibu yang memiliki anak gadis—datang membawa makanan. Maklum saja ya, kost-kostan isinya anak bujangan ganteng semua begitu, mana ada yang berani marahin. Sekalipun jam dua belas malam masih genjreng-genjreng gitar di depan teras sambil nyanyi lagu-lagu yang viral di tiktok juga pasti cuma bakal disenyumin, atau malah dikasih gorengan dan kopi biar lebih asik. Memang, ibu-ibu zaman sekarang agak aneh.

Penghuni pertama dan terakhir—karena Pak Asyuaeib tidak ingin menambah lagi, meskipun ada kamar kosong—kos-kosan Pak Asyuaeib adalah Fiki Sakya Alkatiri. Alkatiri? Iya dia adiknya Shandy yang tadi minta uang jajan. Yang sebenarnya tidak pingin-pingin banget Shandy ajak tinggal dan mengadu nasib bersama. Tapi, karena Shandy memang sudah menjadi role model Fiki sejak kecil, jadilah Fiki ikut merantau dengan alasan kuliah. Sama-sama mengambil jurusan ilmu ekonomi, Shandy hanya berharap agak Fiki tidak berakhir seperti dirinya yang sampai saat ini masih nyaman menjadi seorang makelar ; jual beli motor, mobil, rumah, dll. Kalau mau beli langsung hubungi Shandy di nomor-kenapa jadi promosi ya?

From Shandy (Completed)Where stories live. Discover now