7. Shock

1.7K 321 90
                                    

"Meeting you was fate, becoming your friend was choice, but falling in love with you was completely out of my control

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Meeting you was fate, becoming your friend was choice, but falling in love with you was completely out of my control."

— Unknown

***

Kosan gaduh dan bising di pagi hari memang hal yang lumrah terjadi mengingat ada Shandy dan Fiki di dalamnya. Tapi, kosan gaduh karena kedatangan seorang perempuan itu adalah hal yang langka. Mungkin hanya ada dua orang perempuan yang pernah menginjakkan kaki mereka di lantai kosan yang selalu rajin Fenly pel setiap pagi dan sore, yaitu Nindy dan Maharani. Maharani sih sudah jelas dikenal oleh anak-anak kosan karena merupakan kekasih Farhan yang sebentar lagi akan naik tingkat menjadi istri dari seorang Farhan Altezza. Iya, mari kawal Farhan dan Maharani sampai halal!

Apalagi Maharani jika menyambangi kosan tidak pernah lupa membawa tiga kotak martabak manis untuk anak-anak kosan yang lain. Jadilah, sosok Maharani selalu melekat di ingatan mereka. Ya, istilahnya sih kalau mau dapatin abangnya harus deketin dulu adik-adiknya. Dan ya, adik-adik Farhan ini kayaknya memang hanya seharga tiga kotak martabak manis.

Begitupun juga dengan Nindy, kekasih Shandy yang meskipun jarang menyambangi kosan tapi jika datang tidak pernah lupa membawa buah tangan. Bahkan Nindy pernah membuatkan pakaian untuk anak-anak kosan waktu lebaran tahun kemarin. Dikirim lewat jasa ekspedisi, tapi hal itu cukup membuat anak-anak kosan merasa terkesan.

"Pantas aja kemarin Kak Nin datang-datang bawa meteran sama buku catatan, ternyata maksudnya ini toh," seloroh Fiki sambil menatap pantulan dirinya di cermin full body yang Ricky bawa dari rumah, karena emang Ricky setiap hari harus berkaca dari ujung rambut hingga ujung kaki. Katanya harus perfect, jangan sampai ada noda detergen yang tertinggal sedikitpun. Ya, terserah Ricky saja.

"Btw, gue masukin insta story nggakpapa kan, Bang?" tanya Fiki kepada Shandy yang masih asik mabar dengan Fajri yang sudah tiduran di atas paha abangnya tersebut.

"Masukin aja, tapi jangan bilang gratisan," balas Shandy.

"Ya, tapikan emang gratis? Bodo ah, mau gue masukin insta story aja biar ala-ala endorse gitu." Fiki terkikik geli lantas masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil ponsel.

Shandy menoleh sekilas. "Bodo amat, Fik," gumamnya yang mengundang tawa dari Fajri.

Makanya, di saat ada sosok perempuan asing yang tiba-tiba datang ke kosan membuat semua orang khususnya para adik-adik kebingungan.

"Cari siapa ya, Kak?" Zweitson yang pertama kali menyambut perempuan asing tersebut di muka pintu. Masih dengan setelan rumahan berupa kaos dan celana training—karena kebetulan Zweitson tadi melakukan jogging ganteng dengan Fiki dan Fajri di area taman komplek—menyambut perempuan itu dengan ramah.

"Aku cari Farhan, ada nggak?" Perempuan dengan rambut berwarna blonde itu bertanya dengan nada yang ramah. Sedangkan Zweitson mengerutkan kening.

From Shandy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang