Hai, selamat datang di ceritaku. Semoga kalian suka dengan yang aku tulis😉
Jangan sungkan untuk memberikan vote dan komentar meskipun cerita ini nantinya sudah tamat. Karena jujur, dukungan dari kalian melalui vote dan komentar, membuat aku lebih semangat.
Yang sudah membaca cerita ini, memberikan vote maupun komentar, terima kasih atas apresiasinya.
Selamat membaca 🤗
Jangan segan buat nyapa aku, ya.Instagram [at] eriinaa.putrii
Salam hangat,
Erin
🏵️ Flower 🏵️
Anye sengaja baru pulang ke rumah setelah memutuskan untuk menghabiskan waktu di luar rumah, ketika langit sudah gelap. Angin malam membawa langkahnya menuju ke dalam rumah yang saat itu tidak jauh berbeda gelapnya dari bumi ketika bulan sedang melaksanakan tugasnya. Anye yang tidak ingin rumahnya dianggap tidak memiliki penghuni lantas menyalakan sakelar lampu. Begitu lampu ruang tamunya menyala, betapa terkejutnya ia saat mendapati seorang wanita tengah berbaring di sofa ruang tamu.
Anye mendekat, ingin memastikan bahwa wanita itu bukanlah orang asing. Ia bernapas lega setelah mengetahui jika wanita yang berbaring di sofa dengan mata terpejam ialah mamanya. Masih dengan mengenakan baju formal dan kaus kaki yang melindunginya dari dinginnya malam, Claudia mengistirahatkan tubuhnya. Meski Anye tidak dekat dengan mamanya, namun ketika ia melihat Claudia seperti ini, sifat manusiawinya memanggil, menuntunnya untuk ke kamar dan mengambilkan bantal serta selimut.
Baik Anye maupun Claudia, mereka sama-sama memiliki harga diri yang sangat besar. Sebesar ambisi mereka untuk mencapai tujuan mereka masing-masing. Anye mengakui jika ia sama keras kepalanya dengan sang mama. Saat ia sering berdebat dengan mamanya waktu kecil dulu, yang menjadi penengah perdebatan mereka ialah papanya. Memiliki jiwa yang tenang dan tegas secara bersamaan, membuat sosok Edo, papanya, sangat bisa mengimbangi karakter mereka berdua.
Mengingatnya, tanpa sadar mengundang air mata Anye meluruh. Tidak ingin terlarut, Anye dengan cepat menghapusnya. Ia kemudian menyelimuti mamanya dengan selimut yang ia ambil dari kamarnya.
"Kamu tidak perlu berusaha menjadi anak yang baik, Anye."
Sepasang mata yang berjarak hanya sepuluh sentimeter dari Anye itu terbuka. Menyadari situasi, Anye memundurkan kepalanya dan berdiri tegak. Ia hanya bisa diam sembari menyaksikan bagaimana Claudia menyingkap selimut yang ia kenakan dan berdiri berhadapan dengannya.
"Lebih baik kamu jangan terlalu peduli kepada saya seperti biasanya. Bukan begitu?"
Claudia berbalik, meninggalkan Anye yang mengepalkan kedua tangannya, menahan amarah. Begitu sosok Claudia sudah hilang di balik pintu kamarnya, Anye mengambil kembali selimut yang sempat ia kenakan pada Claudia. Ia tersenyum miring saat membawa selimut itu.
"Kenapa kamu ingin berusaha meskipun tahu bagaimana akhirnya?" batinnya.
Sedangkan dari balik pintu kamarnya, Claudia menyandarkan punggungnya. "Benci mama sebesar kebencian kamu ke ayah kandungmu, Anye," gumam Claudia bersamaan dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.
🏵️ Flower 🏵️
Beberapa kertas yang semula kosong kini mulai terisi dengan rangkaian tulisan. Dari rangkaian tulisan itu, ada yang bertinta hitam, merah, dan biru. Bahkan ada juga rangkaian tulisan yang sengaja dicoret untuk kemudian diganti dengan tulisan yang baru.
YOU ARE READING
iKON [2] Flower - THE END
FanfictioniKON Series - Kim Hanbin "Kita berada di posisi yang sama-sama saling membutuhkan. Aku butuh kamu untuk menyelesaikan misiku dan kamu butuh aku untuk melancarkan balas dendammu. Bukan begitu?" Kim Hanbin also B.I of iKON. Semua dimulai begitu saja...