Apakah ini kepedulian

25 12 18
                                    

Bian yang tengah duduk santai dengan membaca buku yang tersedia dimeja sebelah tempat duduknya, melirik kedepan kala Mia tiba diruangan ini. Dengan membuang muka, begitu juga sebaliknya, mereka kali ini akan meeting untuk mengatur beberapa langkah olimpiade minggu depan, kali ini mereka lebih banyak membahas soal yang harus dipelajari, dan tentunya itu tidak sedikit ada sekitar 100 soal dan pembahasannya.

Detak jam terus berbunyi, tak aneh juga Irfan yang sudah benar benar lelah mengurus organisasi ditambah olimpiade yang akan segera tiba membuatnya tampak begitu lelah.

Tak luput Mia yang sekilas memperhatikan, kadang sedikit kagum dengan sikap Irfan yang bijaksana.

......


Tak terasa 1 jam lamanya Mia duduk dikursi besi tersebut, hingga membuat pangkal pahanya terasa nyeri. Bel pulang telah berlalu 10 menit yang lalu, kini tinggal mereka bertiga Murid SMA Merpati yang masih stay disekolah.

Rasanya telinga sama mata udah hampir gak singkron lagi, tampak betul Bian yang berapa kali menguap, Irfan yang hampir ketiduran, tapi sempat diingatin Mia.

Lelah banget!

"Baiklah meeting kali ini selesai, ingat ya pelajari, semangat!!!" Ucap bu Nela memberikan semangat dengan memainkan tangannya yang macho.

"Siap bu," sahut Irfan.

"Siap bu," Bian mengikuti.

"Iya bu," tak kalah juga dengan Mia untuk mengobarkan semangatnya.

*******

"Masuk,"

"Gak! Gue jalan aja,"

"Lho itu tanggung jawab gue sekarang!" Teriak Bian kesal, rasanya kayak ngemis aja pikirnya.

"What! Lho pikir gue istri lho!"

"Dan lho pikir gue mau jadi suami lho! Gak lah!" Bian tak mau kalah.

"Lho mau papa lho marah sama lho!" pernyataan Bian sekali lagi.

"Ada benarnya juga sih," gumam Mia dalam pikirnya.

Tap!

Sepanjang perjalanan Mia hanya bisa memegang perutnya yang terasa nyeri, kakinya terasa begitu bergetar kali ini, ia hanya bisa memegang perutnya erat, kali ini benar benar nyeri sampai ke dada.
Bukan telat makan, biasa tamu bulanan, dan  setiap saatnya tiba Mia selalu merasakan sakit yang benar-benar nyeri, dinding kamarlah saksinya.

Saat Bian ingin mengambil permen disamping kirinya, tiba tiba matanya terfokus melihat Mia, yang menekuk tubuhnya, kaki yang ditaruh diatas, dengan mata terpejam, dan tentunya Bian pikir Mia tidur donk.

Jalan tol kali ini benar-benar macet, dan itu tentunya membuat mereka harus menunggu lama didalam mobil, Bian yang sibuk memainkan Hpnya, tiba tiba tersadar kala perempuan disebelahnya ini tumben banget tiduran dimobilnya. Dan tentunya ekspetasi Bian kalau Mia itu anak yang jaga imagenya, gak dong!

"Eh," Bian berusaha membangunkan Mia dengan menggerakan jok mobilnya, sebab sedari tadi Mia seolah kayak orang aneh gitu pikir Bian.

"Apa," sahut Mia dengan suaranya yang parau.

"Lho kenapa?" tanya Bian datar.

"Gak papa,"

"Gak papa apanya, pucat muka lho!" Bian tak sengaja melihat muka Mia yang berusaha ia palingkan.

"Gue gak papa!" ucap Mia dengan berusaha memalingkan wajahnya kesamping, mengigit ujung bibirnya karena begitu terasa nyeri sekali, mana macet lagi jalanan.

"Ya udah!" ucap Bian kembali fokus dengan Hpnya.

Hampir 10 menit mereka menunggu jalanan kembali normal, dan kali ini Bian benar benar aneh dengan tingkah Mia, ia sedikit aneh kenapa dari tadi Mia selalu memegang pinggang dan perutnya.

Beberapa kali ia ingin menanyakan, tapi terkalahkan oleh egonya, yang harus bodo amat dengan perempuan.

Karena bagi Bian perempuan itu nyusahin! Nyebelin! Merepotkan!

Dan mereka sudah 10 menit didalam mobil dan mobil masih satu sama lain rapat, gak ada pergerakan dari tadi, paling ada kemajuan cuma 30 cm, kayaknya.

"Kita kerumah sakit," ucap Bian tiba tiba hingga membuat Mia membukakan matanya.

"Gak, gue gak mau!" ucap Mia.

"Lho harus kerumah sakit, apa jangan jangan lho magh, dari tadi gue lihat pegang perut mulu," ucap Bian heran.

"Gue gak mau kerumah sakit,"

"Pokoknya lho harus kerumah sakit! Nanti yang disalahin orang tua lho dan papa gue, gue lagi! Gak banget lah!" Bian ngegas hingga membuat Mia menatapnya dengan sinis.

"Intinya gue gak mau kerumah sakit! Dan jika lho dimarahin atau apa, gue akan jelasin ini bukan gara-gara lho!" ucap Mia kesal.

"Periksa aja takut banget, kalau lho magh gimana!"

"Gue gak magh!" Teriak Mia, kali ini Bian benar-benar membuatnya kesal sekali.

"Terus lho kenapa!"

"Gue datang bulan!!" Teriak Mia hingga membuat Bian terdiam.

Kali ini Bian mati kutu, rasanya malu banget mendesak suatu jawaban yang jawabannya diluar ekspetasinya. Mulutnya kembali rapat matanya berusaha mencari pandangan lain dan merapikan posisi duduknya, berusaha mensterilkan pikirannya yang sudah grogi duluan.

"Sorry,"
"Eeee terus kenapa muka lho sampai pucat begitu?" tanya Bian tanpa harus menatap Mia.

"......,"

"Plis deh, jadi cewek jangan ngeselin, sakit tapi bilangnya gak sakit," ucap Bian serasa curhat.

"Ini kenapa diam," tengok Bian.

"Mia,"

Dengan cepat Bian berbalik posisi kala melihat kaki Mia yang terjatuh kebawah, dengan posisi tangan masih mengikat erat diperutnya.

Pas banget macet mulai berkurang, dengan tancap gas ia melaju kerumah sakit, tidak peduli dengan mobil didepannya, ia melaju kencang seperti mengikuti lomba balap!

Tak membutuhkan waktu lama, mereka tiba dirumah sakit yang merupakan tempat langganan keluarga Bian. Tanpa membutuhkan pernyataan detail dari Mia.
Bian langsung menelpon para perawat untuk membawa hospital bed.

dan kemudian ketiga perawat pun sudah tiba dengan membawa hospital bed, untuk membawa Mia.

"Angkat, angkat," ucap perawat tersebut.

Ketika mereka ingin memangku Mia, dengan spontan Mia membuka matanya, betapa terkejutnya ia melihat beberapa pria didepan nya sekarang, dengan posisi memegang kakinya.

"Lah ini apaan?" tanya Mia heran kala melihat didepannya ini sudah ada 3 perawat yang akan mengeksekusinya.

"Lho gak pingsan!" Ucap Bian bingung.

"Siapa yang pingsan, gue lagi merem aja tadi," Mia menjawab dengan berusaha merapikan posisi duduknya.

"Kenapa lho gak jawab gue tadi? Ha!" Kesal Bian.

"Cape gue ngomong sama lho," sahut Mia.

"Udah udah kalau kalian ada masalah dalam hubungan, jangan jadikan rumah sakit jadi pelarian," ucap salah satu perawat tersebut.

"Eh enak aja! Siapa yang punya hubungan sama dia!" Decak Bian.

"Dan siapa yang mau punya hubungan sama lho!" Kesal Mia.

Mia pun beranjak dari tempat duduknya, dengan langkah pasti ia keluar dari mobil Biandra, ketiga perawat itu masih terdiam ditempat kala heran dengan tingkah mereka berdua. Bian yang masih berdecak pinggang kesal bukan main ulah Mia, membuatnya minta maaf sama perawat tersebut.

perawat tersebut hanya melemparkan senyum, tak luput juga satu sama lain tersipu malu kala melihat tingkah laku Bian dan Mia.

"Mbak!" Teriak salah satu perawat tersebut.

Mia berbalik.

"Itu mba tembus!"

"Ha!"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 24, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Behind The Gray (On Going)Where stories live. Discover now