Rain

131 104 37
                                    


HAPPY READING

Mendengar suara tersebut membuat Bian melihat sekelilingnya yang tampak sepi, hari yang tampak senja membuat Bian sedikit merinding, apalagi jalan yang tampak sepi karena kebetulan hujan yang sangat deras, ditambah didepan gerbang sekolahnya ada dua sampai tiga pohon cemara yang menambah kengerian sekolahnya, ahhh bukan siapa-siapa. Batinnya.

"Ih siapa sih yang ngelempar batu kesini!!"

Kembali lagi mata Bian terbelalak mendengar suara perempuan! Benar itu perempuan!
Bian pun berusaha mencari asal suara tersebut yang terdengar tidak jauh dari tempatnya berada.

Dan benar! Ada perempuan yang sedang berteduh dibawah pohon cemara lebat tersebut, bulu kuduk sedikit naik, angin yang begitu menusuk kulit membuat Bian sedikit ragu untuk menghampirinya, ditambah yang membuat Bian aneh, perempuan tersebut memakai seragam yang sama dengannya!padahal semua orang sudah pulang kecuali dirinya.

Memang benar tempat ini pernah ada kabar burung bahwa sekolah ini lumayan angker, katanya! Sedikit memberanikan diri. Dan menghampiri perempuan yang tengah memunggunginya kini.

"A a Asalamualaikum." Bian menyapanya dengan sedikit gemetar.

Perempuan tersebut berbalik
menghadap bian.

"Aaaaaaaaa!!!!"

"Kamu?" perempuan itu menatap pria berbadan tinggi ini dengan sedikit mengangkat kepalanya.

"Astaga, aku kira siapa!" Bian mengatur nafasnya karena terkejut melihat rambut perempuan tersebut sangat berantakan hingga membuat separuh wajahnya tertutupi helai rambutnya.

"Ngapain kamu disini?" tanya Bian.

"Aku menunggu papaku,"

"Oh gitu." Sahut bian

Perempuan tersebut pun pergi meninggalkan Bian, Siapa yang betah bersampingan dengan es batu! Melihat perempuan tersebut berlalu meninggalkannya membuat bian sedikit merasa kasihan apalagi hujan begini tentu mencari taxi sangat susah!

"Mia!"

Kaki Mia terhenti ketika mendengar panggilan terhadap dirinya, dengan hitungan detik ia memalingkan Wajahnya, dan benar saja batinnya yang memanggilnya adalah Biandra.

"Hari tampak senja, tentu kendaraan sangat susah, jadi bareng aja," ucap Bian dengan mata yang tidak fokus bingung harus bicara apa.

"Disanakan ada halte!"

"20 menit, sanggup?" tanya Bian dengan wajah seriusnya.

"Sanggup!" ucapnya dengan kembali melanjutkan langkahnya.

"Ok!! Lho tau disini banyak preman! Berani!" Teriak bian.

Kembali lagi langkah mia terhenti, bukan karena mau kembali menatap bian, namun lebih tepatnya, apa yang diucapkan bian serasa horor ditambah backsound angin yang dingin dengan langit yang mulai senja.

"Oke aku ikut," sahut mia dengan tatapan seriusnya.

"Oke,"

Dimana saat ini mereka berdiri dipinggir jalan dengan keadaan basah kuyup, bagi Bian mungkin ia tidak terlalu kedinginan karena ada jaket yang lumayan menutupinya dari angin, bagaimana dengan Mia? Sudah gak ada jaket! Rok pendek lagi! Ya bibirnya sudah tampak membiru! bayangkan aja pulang sekolah jam 2 siang dan sekarang udah jam 3 sore, pasti dingin!

Huhhhhh! Mia berusaha menghangatkan tangannya dengan menggosok-gosok dengan menggigilnya. Ketika Bian hendak mengajak Mia kewarung bu Inem, ternyata warungnya sudah tutup. Mau tidak mau mereka harus berdiri lama dipinggir jalan menunggu ada yang lewat, Bian yang berdiri disamping Mia sedikit memperhatikannya.

Behind The Gray (On Going)Where stories live. Discover now