Who?

163 120 60
                                    

HAPPY READING

"Kamu 100,"

Ia pun melangkah maju untuk mengambil kertas berisi nilai tersebut, dengan menunjukan senyum kecilnya membuat perempuan dikelasnya meleleh dibuatnya, kecuali Mia yang masih diam dalam posisinya menunggu gilirannya.
"Mia,"
"Iya pak,"
"Selamat kamu dapat nilai 100,"

Mendengar kenyataan tersebut membuat seluruh murid fisika terperangah, karena baru kali ini ada yang mensejajarkan posisinya dengan Bian.

Dengan senyum kecilnya mia maju kedepan kelas, sedikit bisikan dari pak rudi " tingkatkan Mia," membuatnya sedikit menunduk malu dengan melemparkan senyum manisnya. Bian yang mendengar kenyataan tersebut mendengus kesal bagaimana mungkin ada yang bisa menyainginya bahkan setara dengannya!

Ketika pak Rudi keluar dari kelasnya, seluruh
Murid kelas fisika bergerak cepat menemui Mia yang tengah duduk ditempatnya.

"Mia kamu les sama siapa? Kok bisa sih jawab pertanyaan pak Rudi,"
"Mia kok kamu dapat 100 sih, belajar sama siapa?"
"Mia rahasia kamu apa?"

Kegaduhan mereka membuat Mia tidak bisa berkonsentrasi dengan bacaannya, ia pun menoleh kearah mereka yang sedang sibuk mempertanyakan kecerdasaanya.
"Mia rahasia kamu apa, kok pinter banget sih?"
"Rahasianya cuma 1 belajar," sahutnya
"Aku juga belajar, tapi gak pinter-pinter,"
"Kamu belajarnya berapa kali?"
"Setiap ulangan,"
"Pantesan, yang namanya belajar itu setiap hari bukan pada saat ulangan saja,"

Seketika Bian yang sedang sibuk dengan bukunya menoleh kearah Mia, baru kali ini ia mendengar seorang perempuan mengutamakan belajarnya, karena setahunya selama ia bersekolah di SMA Merpati tidak ada yang seperti Mia semuanya sama, fokus dengan bedak dan style mereka saja!

Karena biasanya setelah pelajaran pak Rudi adalah jam kosong, gimana gak kosong jam terakhir! tinggal nunggu bel pulang. Seluruh murid bertebaran dimana-mana, begitu juga dengan tiga sekawan, Bian, Nando, dan Dani mereka duduk dikursi taman sambil bercanda bersama.

Tenggggggg
"Yeayyyy pulang!!!"
"Siap-siap kencan skuy!!"
"Kangenn my bebeb!"

Begitulah hiruk pikuknya Sekolah putih abu-abu ini, Nando dan Dani sudah berangkat lebih dulu dengan menggunakan kendaran motor milik ayahnya Dani, sedangkan Bian seperti biasa menunggu jemputan abangnya. Sambil menunggu jemputan ia mencoba mampir kewarung bu inem daripada harus berdiri lama dipinggir jalan.

"Permisi bu, air putih satu ya,"

"Iya Den."

"Nama saya Bian bu, bukan Den."

"Saya memang kalau manggil anak seumuran kamu gitu, karena ditempat saya memang kayak gitu panggilannya untuk anak remaja kayak kamu."

"Oooh iya bu."

"Gak usah ibu ya, bibi aja," ucapnya dengan melemparkan senyumnya.
"Hehe iya bu."

Dengan ditemani buku kecilnya yang tak pernah lepas dari genggamnya, dengan segelas air putih sudah sangat lengkap bagi bian, hampir 15 menit bian menunggu abangnya namun belum juga datang, mana ia tidak bawa handphone.

Tarrrr duarrrrr
"Astagfirullahalazim!!" Kejut Bian
Seketika air turun deras dari langit yang menggelap layaknya mulai malam, padahal masih jam 2 siang. Mana abangnya belum datang, mau tidak mau bian harus menunggu abangnya.

Tiba-tiba mata Bian tersorot kepada seseorang yang tengah berteduh dibawah pohon dekat sekolah tersebut, ia yang mencoba mengenali siapa orang tersebut namun susah sekali karena jarak mereka lumayan jauh, ditambah derasnya hujan yang menghalau pandangan bian yang terhalang kaca warung tersebut.

"Kayak kenal siapa ya," pikirnya.
"Aaah sudahlah,"

Bian yang tengah sibuk membaca ia tak sadar jika bu Inem memperhatikannya.

Tarrrrr
Bu Inem terkejut karena kebetulan beliau terbawa dalam lamunannya, seketika Bian ikut juga terkejut, daripada berdiam seperti ini Bian pun memecah suasana dengan mengajak bicara bu Inem.

Meskipun Bian terlihat dingin, dan judes ia sangat sopan terhadap siapapun, baik, dan menghargai sesama, buktinya ia mendapat julukan goodboy dirumahnya, karena selain disiplin waktu ia sangat rapi dan pembersih.

"Apa yang membuat bibi pindah kesini?" tanya Bian.

"Saya pindah kesini karena dikampung gak ada kerjaan den."

"Ooo, anak bibi tinggal dimana?"

"Anak saya udah meninggal kedua-duanya, saat bencana banjir 3 tahun yang lalu, yang selamat cuma saya dan suami, cuman kaki suami saya saat ini lumpuh karena tertindih benda berat pada saat kejadian itu."

"Maafkan saya bi, saya tidak bermaksud menyinggung perasaan bibi,"

"Tidak apa-apa Den,"

Pembicaraan mereka berhenti sejenak karena Bian kembali peka lama sekali abangnya, belum juga tampak wujudnya untuk menjemput, menatap kearah jam tangannya yang sudah menunjukan hampir jam 3 sore.
"Ishhh kemana sih!" Bian berbicara sendirian sambil menatap jendela kaca tersebut.

"Menunggu siapa Den, dari tadi saya lihat gelisah," tanya bu Inem.

"Abang saya, katanya mau jemput tapi sampai sekarang belum datang juga."

"Mungkin macet, kan lagi hujan."

"Benar juga sih," gumam Bian.

*****
Daripada meratapi ketidakpastian ini Bian pun memberanikan diri bangkit dari duduknya.
"Bi,"

"Iya, kenapa?"

"Boleh saya pinjam handphone bibi? saya gak bawa handphone hari ini,"

oh silahkan.

Dringgg
"Angkat coba," batinnya.

"Hallo,"

"Ini gue Bian! Lho dimana bang! Lama banget sih, gue udah lama nunggu disini!" Kesal Bian.

"Sorry Bi, gue lagi ada acara dikampus, mungkin sampai sore nanti, lho naik taxi aja dulu ya, bye,"

Jlepp

"Hallo!Hallo! Punya abang gini amat sih!"

"Ini bi handphonenya,"

Bian sama abangnya seperti bukan layaknya kakak dan adik, bagaimana tidak! Gaya bicara mereka saja seperti teman, tapi mereka saling peduli dan erat.

Daripada harus berdiam ditempat, Bian pun memilih untuk pulang dengan naik angkot, jika pun ingin naik taxi ditempat yang agak sepi seperti ini jarang ada taxi namun angkot lumayan! Karena jalur pertemuan antar gang.

Dengan berjalan kaki Bian menerjang gerimis yang membasahi tubuhnya, yang diharapkan segera ada angkot namun hampir 10 menit ia berdiri tidak ia temukan juga itu angkot.
Berjalan seperti orang tidak tau tujuan, baju basah, Syukurlah bukunya aman karena dibantu pengaman anti air ditasnya. Tengah asik seperti layaknya pengangguran,wajah yang kusut! Mengerakan kaki dengan memainkan batu dipinggir jalan dengan kakinya, hingga akhirnya!

Prakkkk
"Aduh!"

Lanjut gak nih?
Semoga suka ya.
Maunya besok atau lusa nih kelanjutannya?

Follow ➡ Kamelida25_

Behind The Gray (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang