O1/1O

22.5K 2.3K 237
                                    

Biasakan vote sebelum membaca
---

"(Fullname), menikahlah denganku." Satu ucapan terlontar dari mulut seorang Kambe Daisuke. (Name) yang baru saja selesai dari kegiatan kuliahnya lantas terkejut bukan main.

"A-apa maksudmu kambe-san?! Aku masih kuliah loh!"

Daisuke menatap (Name), dengan tatapan datar. "Aku tidak peduli."

Wajah (Name) memanas, ia sebenarnya memang menyimpan rasa pada teman ayahnya ini, tapi, ia tidak menyangka. Kalau Daisuke juga menyimpan rasa padanya.

"Ha-ha? Kau gila?! Tidak, aku tidak mau!" Ucap (Name) menolak. Hei, (Name) dan Daisuke umurnya sangat berbeda jauh, meskipun (Name) menyukai Daisuke, ia tetap tidak akan mau menikah dengan Daisuke.

"Tapi aku mau."

"Tapi aku tidak!" (Name) hendak meninggalkan Daisuke, namun langkahnya terhenti, karena Daisuke menahan tangannya.

"Orang tua mu sudah setuju, (Fullname). Kita akan jadi keluarga." (Name) lagi-lagi dibuat terkejut oleh perkataan Daisuke, mana mungkin orang tua (Name) setuju ia menikah dengan laki-laki yang umurnya beda jauh darinya!

"Ba-bagaimana mungkin?! Kau menyogok mereka ya?! Iya kan?!"

Daisuke menggaruk tengkuknya, sembari menatap ke arah lain. "Iya, mungkin," ucap Daisuke pelan.

"Sudah kuduga, tapi maaf saja, aku tidak mau menikah denganmu" (Name) hendak pergi, Daisuke yang geram pun akhirnya menarik tangan (Name), lalu mengkabedonnya di tembok.

"Aw! Kambe-sa–"

"Aku tau, kau juga menyukaiku. Iya kan?" Daisuke berucap dengan wajahnya yang begitu dekat dengan wajah (Name). (Name) bahkan bisa merasakan hembusan nafas milik Daisuke.

Wajah (Name) memanas, (Name) pun mengalihkan pandangannya ke samping. "Kambe-san, kenal tempat dong.." gumam (Name) pelan, yang bisa didengar oleh Daisuke.

Seketika Daisuke sadar, mereka berdua masih di depan universitas. Untungnya, (Name) pulang paling akhir karena harus mengurus sesuatu, jadi tidak ada yang melihat hal memalukkan ini.

Daisuke pun melepaskan kabedonnya, lalu memegang tangan (Name). "Kita bicarakan dirumah."

(Name) pun pasrah, ia pun akhirnya mengikuti Daisuke kedalam mobilnya.

~

Daisuke melirik (Name) yang berada disebelahnya, wajah (Name) tampak lelah. Daisuke pun memberhentikan mobilnya di pinggir jalan.

"Kenapa berhenti kambe-san?"

"Kau.. mau tidur di belakang? Wajahmu tampak lelah." (Name) terdiam, lalu menggeleng pelan. "Tidak perlu, aku bisa tidur dengan kepalaku yang bersandar di kaca."

"Nanti lehermu sakit."

"Ya lalu mau bagaimana lagi? Sebaiknya kau cepat jalan agar kita cepat sampai rumah dan aku bisa istirahat"

Daisuke mengangguk kecil, lalu lanjut mengendarai mobilnya.

Selama diperjalanan, (Name) tidak dapat tertidur dengan nyaman dimobil. Lehernya terasa kaku dan sakit, seperti yang dikatakan Daisuke tadi.

Daisuke yang menyadari (Name) tidak nyaman pun berucap. "Bersandarlah dibahuku, setidaknya, itu akan mengurangi rasa kaku di lehermu."

Entah sihir atau bagaimana, (Name) pun menuruti perkataan Daisuke. Kepalanya bersandar dibahu Daisuke. Nyaman. (Name) pun kembali memejamkan matanya.

Daisuke tersenyum kecil sembari menatap wajah (Name) yang tertidur lelap dibahunya. "Mimpi yang indah ya.."

~

"Iya, ibu dan ayah setuju," ucap ayah (Name) saat mereka berdua sampai dirumah.

"A-apa?! Ta-tapi–"

"(Name), daisuke itu tampan loh, kaya pula. Umur itu tidak penting, itu hanya sebatas angka. Tidak apa, ya?" Bisik ibu (Name).

(Name) menatap Daisuke, ayahnya, dan ibunya secara bergantian. (Name) pun menghela nafas pelan. "Ya-yasudah, aku mau.."

Daisuke tersenyum, begitu juga dengan kedua orang tua (Name).

Omake!

"Kita akan menikah besok."

"Uhuk! Uhuk! Uhuk! A-apa?"

"Hee~ kenapa buru-buru sekali, daisuke?"

Daisuke menyeringai. "Lebih cepat, lebih baik kan?"

To be continued...

Hai~
Ketemu lagi kita sksksk

Btw, maaf kalo ooc
Jangan lupa tinggalin jejak-!
Byee~

-✔𝐇𝐔𝐒𝐁𝐀𝐍𝐃 : Kambe DaisukeTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon