20

2.6K 288 75
                                    

Bund, banyak orang yang banting stir ke arah berlawanan, katanya di sana lebih cepat mendapatkan kepopuleran. Lalu aku, apakah harus seperti itu juga? Tapi, jika iya kulakukan, aku takut terjebak di kebahagiaan yang fana itu.
.
.
.

Abaikan, hanya pertanyaan dari anak yang butuh jawaban. CC.

Sebelumnya,
Terima kasih banyak! :")

# 20

Setelah kepergian Irene dan Suho, Jisoo mengambil alih untuk mendorong kursi roda Chaeyoung. Ia sudah berada di belakang Chaeyoung, tangannya memegang kendali kursi roda itu.

Saat Jisoo ingin membalikkan kursi roda itu untuk kembali ke ruangan Chaeyoung, tangannya dipegang lembut oleh si pemilik tangan dingin.

"Aku mau di sini unnie," suara lemahnya mengejutkan ketiga saudarinya.

Jennie dan Lisa kompak memposisikan diri dengan Chaeyoung. Menatap khawatir wajah pucat.

"Chaeng, kau masih sakit. Kembali saja yaa," Jennie membujuk, bagaimana pun raut wajah menahan sakit itu tidak bisa disembunyikan dari pandangan siapa saja yang melihat.

Selang infus yang Jennie lihat terselubung pada hidung Chaeyoung bahkan membuatnya meringis.

Gelengan lemah Chaeyoung lakukan. Menatap bergantian orang yang ada di hadapannya.

"Chaeng," Chaeyoung memegang tangan Lisa yang berada di pahanya, menghentikan lebih dulu protes yang akan dilayangkan Lisa dengan sentuhan tak bertenaga dari tangannya.

"Aku mau di sini."

Terjadi saling tatap yang dilakukan oleh Jisoo, Jennie dan Lisa. Mereka berpikir apakah tidak apa membiarkan Chaeyoung berada di luar dalam keadaan yang baru saja sadar? Jelas itu tidak baik.

Lisa sejujurnya ingin Chaeyoung berada di ruangannya. Sudah cukup rasa bersalah itu menghantui, ia tak mau lagi terjadi sesuatu di luar kendali.

Tapi, sorot mata Chaeyoung yang seolah mengemis, membuat Lisa ikut menganggukkan kepalanya setelah Jisoo dan Jennie lebih dulu melakukannya.

Jennie membenarkan selimut rumah sakit yang menutupi tubuh Chaeyoung agar tidak semakin diterpa angin.

Lalu Jisoo mendorong kursi roda Chaeyoung, lebih mendekat pada kursi panjang yang mereka dan Suho duduki tadi.

Jisoo menghadapkan kursi roda Chaeyoung pada mereka bertiga yang duduk di kursi panjang. Membuat fokus saudarinya menatap intens Chaeyoung. Dan Chaeyoung yang langsung berhadapan dengan Lisa di depannya.

"Kenapa hmm? Kenapa tidak diam saja di ruanganmu?" Jisoo tidak marah, hanya saja keadaan lemah Chaeyoung membuatnya merasakan kekhawatiran akan kondisinya. Dan ia hanya ingin tahu alasannya apa.

"Aku hanya merindukan kalian," mereka tertegun. Aneh sekali, tidak ada waktu lama yang membuat mereka berpisah. Tapi, kenapa kalimat kerinduan itu terucap? Dan kalimat itu berhasil mengundang kembali perasaan yang tidak ingin mereka rasa.

Chaeyoung membuat ketiga bersaudara ini semakin larut dalam perasaan tidak enak tersebut.

Lisa berusaha menahan air yang ingin jatuh dari matanya. Tidak, Lisa tidak boleh menunjukkan ketakutannya pada Chaeyoung. Pasalnya, kalimat Chaeyoung tadi mengundang kembali resah dalam diri, dan Lisa tidak boleh menunjukkannya sesuai dengan apa yang dikatakan Suho tadi.

"Kami juga merindukanmu, Chaeng," tangan Jennie tergerak menuju kepala Chaeyoung, mengusap lembut kening yang terbalut perban putih.

Chaeyoung tersenyum rapuh memandangi ketiga saudarinya.

Hunch ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang