5. Gadis Baik

11 4 3
                                    

Sejak kejadian itu, Alana dengan kedua dayangnya diskors selama 3 hari. Sebenarnya seminggu, tapi karena ibu peri Naura yang baik hati, hukuman untuk Alana dan kedua dayangnya jadi diringankan.

Pernikahan Naura dan Adelard 13 hari lagi. Mereka berdua sangat disibukkan oleh persiapan-persiapan. Brian, Cinta, dan Dion pun ikut membantu mempersiapkannya.

Naura dan Adelard semakin nempel saja dimanapun dan kapanpun. Kini mereka berlima sedang berada di pinggir lapangan.

Adelard, Brian, dan Dion masih menggunakan jersey basket yang berisi tulisan angka dan nama mereka, serta nama sekolah. Jersey kebanggaan mereka.

"Haus banget." keluh Brian sambil mengipas-ngipaskan tangannya di depan mukanya. Naura mengulurkan sebotol minuman dingin kepada Brian, tidak lupa ia memberikan pada kekasihnya juga. Hal yang sama juga dilakukan oleh Cinta.

Dari arah bersebrangan, Brian melihat Clara yang sedang menatap mereka. Clara terlihat sebal kala Naura mengelap keringat di pelipis Adelard dengan handuk kecil. Brian terus menatap gadis yang berada di seberang itu. Pandangannya tidak lepas dari gerak-gerik gadis itu.

"Yon." Panggil Brian sambil menepuk pundak sahabatnya.

Brian menunjuk Clara yang berada di seberang dengan dagunya.

"Ya terus?"

"Ck. Kayak mencurigakan gak sih?" Dion mengangguk. Tetapi mereka cuek.

Brian mengajak para sahabatnya untuk pergi ke kantin. Alasannya lapar karena habis bermain basket. Padahal ia ingin menyelalamatkan Naura dari tatapan tajam nan menusuk milik Clara.

"Mami Naura. Adek Brian laper." Adelard menoleh dan menatap tajam Brian yang duduk di sebelahnya. Brian yang ditatap mematikan itu langsung nyengir seperti kuda.

"Nyengir lagi, gua jadi lu mah udah keringet dingin Bri!" Dion menggeleng melihat tingkah laku sahabatnya yang tidak jelas itu. Brian tetaplah Brian. Ia malah menatap Naura dengan tatapan memelas.

Naura yang pada dasarnya adalah orang yang tidak tega untuk menolak pun, mengambil sebungkus roti yang ada di atas meja. Ia membuka bungkusnya dan menyodorkan kepada Brian. Brian mengambil roti itu dengan senang hati. Ia tidak menghiraukan tatapan tajam Adelard.

"Terimakasih, Mami peri." Naura mengangguk dan tersenyum. Ia menyendokkan nasi goreng dan menyodorkan kepada Adelard yang duduk di hadapannya. Naura terlihat seperti ibu beranak dua.

"Ade, kok malah monyong? Kalo orang nyuapin makan itu buka mulut bukannya dimonyongib." Ade tetap tidak menghiraukan protesan milik kekasihnya. Ia malah memainkan handphonenya. Naura merasa kesal. Ia menyuapi nasi goreng itu ke mulutnya sendiri.

"Itu kan pedes Nau?" Cinta melotot saat melihat Naura menyuapi nasi goreng itu ke mulutnya sendiri. Nasi goreng yang Adelard pesan tadi itu nasi goreng dengan kepedasan level tinggi. Dan Naura tidak bisa makan makanan yang terlalu pedas.

"Biarin aja. Enak juga ini." Naura menyahut dengan nada santai. Ketiga sahabat Naura meringis melihat Naura memasuki beberapa sendok nasi goreng itu dengan santai.

"Ck, udahan Ra." Adelard menarik nasi goreng yang tinggal sisa setengah itu. Naura meminum es teh miliknya. Adelard menyuapi makanan itu ke mulutnya sendiri dan tiba-tiba matanya membulat.

"Naura! Ini pedes banget kenapa kamu makan?" Naura mengedikkan bahunya.

"Not spicy." Naura berdiri dan berjalan keluar dari kantin. Cinta langsung berlari menyusul Naura.

"Bini lo kenapa tuh?" Adelard menggeleng. Ia juga tidak mengerti mengapa kekasihnya seperti itu.

"Apa jangan-jangan lagi ngidam ya?" Tanya Adelard sambil menoleh ke arah Dion.

NALARDWhere stories live. Discover now