6. Gone.

11 2 0
                                    

Hari ini adalah hari terakhir ujian kenaikan kelas. Ujian kenaikan kelas yang mereka tempuh sekitar 5 hari telah usai. Naura meregangkan lehernya yang terasa kaku. Adelard menoleh ke belakang, ia melihat wajah serius kekasihnya yang sedang memeriksa lembar jawaban sebelum dikumpulkan.

Adelard duduk bersama Dion di deret bangku depan, sedangkan Naura duduk di deret belakang bersama Maya. Hal ini karena berdasarkan nomer urut absen mereka.

Setelah merasa yakin dengan jawabannya, Naura bangkit dari duduknya dan berjalan maju menuju meja pengawas untuk mengumpulkan lembar jawabannya. Ia mengambil ranselnya yang terletak di depan kelas. Naura tersenyum saat berpapasan dengan Adelard.

"Udah selesai ya?" Naura mengangguk. Adelard mengacak rambut Naura pelan.

"Ck, masih ada pengawas heh, bentar aja uwunya." Sungut Brian sambil menutup kedua matanya dengan salah satu tangannya saat melihat adegan uwu antara kedua sahabatnya.

Setelah semuanya mengumpulkan lembar jawaban, Pak Bambang yang bertugas mengawas di ruangan mereka mempersilahkan mereka untuk pulang. Naura berjalan beriringan bersama Cinta di koridor, sedangkan para lelaki berjalan di belakangnya.

"Mau hangout gak?" Naura langsung menoleh ke belakang seolah-olah meminta izin dengan Adelard.

"Ayolah, Lard. Sebelum Naura sibuk berumah tangga." Cinta menaik turunkan alisnya membuat Adelard mengangguk.

"Kita ikutan ya." Naura tersenyum senang.

Mereka berlima berjalan menuju parkiran.

30 menit kemudian, kelima remaja ini sampai di sebuah mall. Hal pertama yang mereka lakukan di tempat ini adalah menonton film bioskop. Adelard membeli lima tiket film horor. Kebetulan mereka berlima suka dengan film bergenre ini, walaupun Naura penakut, tetapi ia tetap suka menonton film dengan genre ini.

Selama kurang lebih satu setengah jam mereka menonton film, selama itu pula raut wajah Adelard tidak berubah. Dan selama itu juga, gadis-gadis di sebelah Adelard ribut memuji ketampanan lelaki itu. Saat lampu mulai menyala yang menandakan film telah usai, Naura berdiri sambil berkacak pinggang.

"Mba tolong ya, gak usah kecentilan sama tunangan saya." Cinta menarik-narik tangan Naura agar sahabatnya kembali duduk. Namun nihil, tangan Cinta malah dihentakkan oleh Naura. Adelard hanya diam memandangi kekasihnya yang sedang mengomel-ngomel.

"Ueueue gemes amat Naura." Batin Adelard. Ia menahan tawanya saat gerombolan gadis-gadis disebelahnya menjawab omelan Naura.

"Heh, adik kecil, gue itu udah sering ya denger seorang adik yang ngaku-ngaku jadi pacar abangnya supaya gak ada yang kegatelan sama abangnya. Jadi lo gak usah ngaku-ngaku jadi pacar dia."

Naura semakin tersulut emosinya. Ia menarik tangan Adelard dan memamerian cincin tunangan yang terpasang di jari manis mereka.

"Liat! Ini cincin tunangan! Sama kan?!"

"Nggak mungkin. Ini paling lo dibeliin juga biar gak ngambek."

Sudah, tidak kuat. Adelard tertawa terbahak hingga banyak pengunjung yang tadi menonton satu studio dengannya menoleh ke arahnya.

"Sayang, udah. Gak bakal kelar kalo ngeladenin cabe. Makan yuk, laper nih." Adelard bangkit dan merangkul pinggang serta mencium kening Naura. Brian dan Dion tertawa. Cinta mendekati gerombolan gadis itu.

"Malu gak? Malu gak?"
"Ya malu lah masa enggak." Sahut Brian dengan sisa tawanya. Mereka bertiga berjalan menyusul dua sejoli yang sudah keluar studio.

"Gila ngakak mukanya si cabe langsung merah anjir."

"Iyaya kayak kebanyakan blush on" Dion dan Brian masih tertawa. Sedangkan Naura hanya terkekeh sambil menyuapi lelaki disebelahnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 07, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

NALARDWhere stories live. Discover now