[Empat belas]

36.5K 3K 40
                                    

"Akhirnya ibumu mencari mu." Matthew menyerahkan kembali ponsel sekertarisnya itu dan berjalan ke arah Sofia yang sedang konsentrasi membangun kota kecilnya dengan Lego yang ayahnya belikan dua hari yang lalu.

Mendengar ucapan sang Ayah, Sofia langsung mematung dan menghentikan kegiatannya, ia menoleh ke arah Matthew dengan bola mata yang sudah membulat sempurna. "Oh my god." Ia histeris sendiri memegangi pipinya yang bulat. "Aku lupa pulang." Ucapnya polos membuat Matthew menyipit.

"Mana ada orang lupa sampai berhari-hari." Dengusnya. "Cepat berdiri kemas barang mu. Sebentar lagi ibumu menjemput." Ia memang tak berniat menahan Sofia.

Ia membawanya pulang karena berharap Sofia di jemput Amber, tak mau Sofia naik taksi atau ia antar. Tak menyangka kalau butuh waktu dua hari baru wanita itu menghubunginya. Matthew tak tahu bagaimana cara Amber mendidik Sofia hingga anak itu bahkan tak merengek minta pulang. Sofia terlihat mandiri.

"Daddy," Sofia memanggilnya di tengah kesibukannya menyusun barang-barangnya yang tak seberapa.

"What?" Matthew menengok sebentar sesekali menyibukkan diri memeriksa berkas yang Sekertarisnya bawakan. Ia tak berangkat kerja karena ada Sofia di rumahnya jadilah ia menyuruh bawahannya untuk mengantar berkas penting saja.

"Can I bring these with me?" Sofia menunjuk bangunan Lego nya yang masih berukuran kecil.

Matthew terdiam sejenak. "Ada dua pilihan." Katanya kemudian.

"Apa itu daddy?"

"Yes you can bring those things with you jika kau menghancurkan rumah atas nama Uncle Evan." Matthew masih tak terima Sofia bercerita jika dia berencana membuat rumah pria itu disebelah rumahnya dan benar-benar melakukannya.

"Bagaimana kalau aku tidak mau?" Sofia ingin pilihan yang kedua.

"Kau hanya boleh membangun Lego mu disini. In my house." Ia tak ingin dibantah.

Sofia terdiam lama memandangi karyanya yang begitu ia senangi. Tak mungkin ia menghancurkannya setelah dua hari ia habiskan membangun sejauh itu.

"Ok, I'll came back then." Sofia memutuskan dengan memutuskan bijak dan memakai ranselnya.

Matthew senang jika Sofia tak keberatan datang kerumahnya lagi. Tapi ia merasa ganjil membiarkan bocah itu meneruskan niatnya membangun rumah Evan di sebelah rumah nya. Meski hanya sebuah miniatur.

Ia menyelesaikan tugasnya kemudian menyuruh sang bawahan untuk pergi menunggu Amber di pintu depan. Kemudian ia beranjak dari kursinya mendekati Sofia yang sudah duduk manis di sofa merah tempat bocah itu membuat sarangnya.

"Tell me Sofia. Kenapa kau begitu menyukai Uncle Evan?" Ia menatap intens anaknya agar Sofia berkata jujur

Sofia lagi-lagi berpikir. "He is a good guy." Sofia menjawab seadanya.

"Apakah hanya sekedar itu?"

"Uncle Evan selalu memberikan ku hadiah." Tambah Sofia mengingat-ingat semua tentang Uncle Evan kesayangannya.

"How about me then?" Matthew tiba-tiba terlihat kesal.

"Daddy is fine." Jawabannya lebih singkat dan Matthew tak suka.

Merasa jika tak akan menemukan jawaban yang ia mau dari anak itu ia menghela nafas panjang kemudian mengambil tangannya untuk keluar bergandengan menuruni tangga menunggu Amber di bawah.

"Dad, can I ask you something?" Kini Sofia yang ingin bertanya.

"Hm?" Matthew meliriknya.

"Why did you leave us?" Pertanyaan jelas dari mulut kecil Sofia membuat Matthew sedikit terkejut.

Last Hope [ END ] Where stories live. Discover now