[Dua Puluh Enam]

24.9K 1.9K 39
                                    

Amber Callaghan

Amber menatap pintu rumahnya dengan tatapan kosong, ini sudah dua hari berturut-turut ia melakukan hal yang sama tapi tak menemukan apa yang dia nantikan. Pintu itu tak kunjung di buka atau bahkan di ketuk oleh sosok yang ia inginkan untuk kembali ke rumah itu.

Evan, suaminya.

Ah, suami.

Jika dipikir-pikir, pria itu memang benar. Amber tak pernah sekalipun memikirkan perasaannya. Padahal sebagai seorang suami pria itu sangat menyayangi dirinya dan perhatian padanya berbeda dari suaminya yang dulu.

Mata Amber langsung terpejam ketika ia membayangkan wajah Matthew tiba-tiba. Wajah terluka pria itu ketika terakhir kali mereka bertemu tiga tahun yang lalu.

Bahkan hingga sekarang itu masih menjadi salah satu penyesalan terbesarnya. Jujur saja Amber menyesal melepaskan pria itu pada Yuki. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Mungkin saat ini mereka sudah sangat bahagia di sana dan berbanding terbalik dengan kehidupannya yang kacau.

Amber tersenyum miris. Hidupnya memang tak pernah berjalan mulus, selalu saja ia terjebak dalam rumitnya dunia. bahkan ia tak pernah terpikir jika ia sampai pada perbuatan menghancurkan hidup orang lain.

Air matanya mengalir pelan, membayangkan jika ia memang sangat jahat. Evan benar. Ia wanita jahat. Sangat jahat. Ia telah memanfaatkan kebaikan pria itu dan Amber sama sekali tak menampiknya bahkan untuk sekedar menjaga perasaan Evan.

Knock knock

Jika tidak ada suara ketukan pintu dari depan rumah itu Amber akan terus meratapi nasibnya hingga anxietynya kembali lagi dan ia akan meneguk obat penenang nya untuk menenangkan diri.

Ia menghapus jejak kesedihannya dan beranjak semangat ke arah pintu membayangkan Evan berdiri di sana dan memaafkan dirinya. Amber bertekad dalam hati jika Evan memberinya kesempatan lagi maka ia akan membuka hatinya untuk pria itu dan berusaha terbuka. Memang ia tak menjaminkan cinta tapi ia akan berusaha untuk rumah tangga mereka.

"Kamu datang-"

Bugh

Sebotol air mineral langsung menampar wajahnya dengan tiba-tiba membuat Amber menutup matanya kelabakan hingga tak tahu siapa pelakunya. Ia cepat-cepat membersihkan wajahnya yang basah karena cipratan air dan mencari tahu siapa gerangan yang melakukan hal buruk itu.

"Aku sangat ingin membunuh mu."

Tanpa perlu mencari tahu apapun, ia kenal siapa sosok yang menatap penuh kebencian didepannya itu. Wanita itu dengan wajah sangar menatapnya jijik dan ia hanya bisa diam membisu.

"Kau sungguh tidak tahu malu." Perempuan itu mengeram. "Anakku tidak pernah melakukan hal yang buruk padamu tega-teganya kau menghancurkan dirinya hingga seburuk itu."

Setiap kata-kata dari ibu Evan itu menusuk hatinya dan Amber tidak bisa mengelak karena rasa bersalah.

"Tinggalkan Evan."

Amber spontan mengangkat kepalanya, menatap ibu mertuanya itu dengan ekspresi keterkejutan. Ia tahu jika Tante Lisa pasti akan menyuruhnya demikian tapi tidak dengan ekspresi wanita itu yang begitu terluka. Bahkan perempuan tua itu kini berkaca-kaca dan mengiba. Untuk pertama kali ia melihatnya berbuat demikian.

Tapi Amber juga tidak bisa setuju begitu saja mengingat jika ini kehidupan pernikahannya. Ia menunduk tak sanggup menatap ekspresi menyedihkan itu.

"Sorry mom. I can't do that." Ia berucap lirih.

Last Hope [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang