Chapter 1 - Challenge From Her

3.8K 394 41
                                    

Author's POV

"Ohayou, Yachi!"

Punggung Yachi ditepuk dengan cukup keras oleh gadis bersurai (h/c) itu. Yang ditepuk—tepatnya dipukul—hanya bisa meringis sambil menyahut sapaan (Y/n).

"Bagaimana tidurmu semalam?" (Y/n) menaik turunkan alisnya. Entah apa maksud dan tujuannya.

"Aku tidur dengan nyenyak. Bagaimana denganmu, (Y/n)-chan?" Yachi bertanya balik.

"Ah, enaknya..." ucapnya iri. "Aku tidak bisa tidur semalam. Insomnia-ku kambuh dan aku berakhir memainkan game di ponselku hingga pagi tiba."

Raut wajah Yachi berubah khawatir. "Kau tak apa-apa, (Y/n)-chan?"

"Aku baik-baik saja. Hanya saja mataku berubah menjadi mata panda." (Y/n) tertawa.

Yachi ikut terkekeh meskipun ia masih merasa khawatir dengan sahabatnya itu.

Mereka pun akhirnya tiba di barisan loker yang berjajar rapi. (Y/n) membuka lokernya. Mengambil sepasang sepatu lalu mengenakannya. Kemudian ia menaruh sepatu yang sebelumnya ia kenakan ke dalam loker. Yachi pun melakukan hal yang sama.

Seusai melakukan rutinitas mereka di depan loker, (Y/n) dan Yachi kembali berjalan beriringan menuju kelas mereka, kelas 2-1.

(Y/n) membuka pintu kelasnya dalam satu kali geser. Menghasilkan bunyi dentuman yang cukup keras.

Yachi yang berada di belakang (Y/n) masih saja terkejut dengan suara pintu itu. Meskipun ia sudah tahu dengan kebiasaan (Y/n) saat membuka pintu, Yachi masih saja sering terkejut. Pada awalnya, Yachi selalu mengingatkan (Y/n) agar tidak membuka pintu dengan kencang. Namun, karena tak digubris oleh gadis itu, ia pun pasrah saja. Sepertinya teman-teman sekelas mereka juga hanya bisa pasrah dan membiasakan diri dengan itu.

"Ohayou, minna-san!" seru (Y/n) antusias.

"Ohayou, (Y/n)," sahut beberapa siswa maupun siswa yang berada di dalam kelas.

Selepas menyapa mereka, (Y/n) langsung bergerak menuju kursinya di barisan kedua dari belakang yang dekat dengan jendela. Lalu, ia menaruh tasnya pada kaitan yang berada di tepi meja. Gadis itu mengeluarkan ponselnya dari dalam tas.

Yachi duduk tepat di sebelah kanannya. Ia juga mengaitkan tasnya pada tempat yang sama dengan (Y/n) di tepi mejanya.

"(Y/n)-chan," panggil Yachi.

"Hm?" sahut (Y/n) tanpa menoleh. Ia sibuk memainkan game yang baru rilis beberapa minggu yang lalu di ponselnya.

"Aku dengar akan ada murid baru di kelas sebelah," ujar Yachi sambil berbisik.

"Kau serius?!" Raut wajah (Y/n) berubah menjadi bersemangat. Pasalnya, ia punya korban baru untuk ia tantang bermain game.

"Ya, aku serius. Dan katanya, dia hebat dalam bermain game. Apapun jenis game-nya," tambah Yachi yang membuat (Y/n) semakin tak sabar untuk mendeklarasikan perang pada murid baru itu.

"Terima kasih atas infonya, Yachi. Aku jadi tak sabar." Sebuah seringaian terbentuk di bibir (Y/n).

Yachi hanya bisa mengucapkan sama-sama dengan wajahnya yang ngeri menatap ke arah (Y/n) di sampingnya.

***

"Oi, murid baru!"

Lelaki bersurai pirang itu tak menoleh sama sekali ketika (Y/n) memanggilnya. Pandangannya hanya fokus pada Nintendo Switch di tangannya yang berjarak sejengkal dari matanya.

Suasana kelas itu berubah menjadi suram karena murid baru yang (Y/n) panggil itu tak kunjung menjawab. Kekesalan dirasakan oleh (Y/n). Ia pun menghampiri meja murid baru itu lalu menggebraknya.

"Apakah kau tak punya telinga?" tanyanya dengan nada datar dan dingin.

Lelaki itu mendongak, menatap pada manik (e/c) milik (Y/n) yang terlihat indah jika saja tak ada kilatan marah di sana.

"Oh, kau memanggilku. Maaf, aku tak mendengarnya," sahutnya. Setelah itu, ia kembali memainkan Nintendo Switch-nya lagi dan mengabaikan (Y/n) yang berdiri di depan mejanya.

Yachi menyaksikan dua insan di hadapannya itu. Ia meremas kedua jarinya dengan perasaan gugup. Ia khawatir dengan murid baru itu. Bisa saja lelaki itu akan menderita karena ia mengabaikan perkataan (Y/n). Namun, Yachi hanya bisa diam dan ia akan bertindak di saat situasi mulai tak memungkinkan.

"Aku menantangmu, murid baru. Kudengar kau jago dalam bermain game. Maka dari itu, aku menantangmu karena kau murid baru di sini," ujar (Y/n) tiba-tiba membuat lelaki bersurai pirang itu mendongak.

"Tidak mau," jawabnya singkat.

(Y/n) membulatkan matanya. Baru kali ini ia mendapat penolakan. Biasanya, murid baru yang ia tantang pasti akan langsung menurutinya. Ya, mungkin itu karena aura menyeramkan yang (Y/n) keluarkan.

"Oi."

Gadis itu menatap tepat pada bola mata milik lelaki di hadapannya. Tatapannya serius dan menusuk.

"Kau. Harus. Mau." Ia menekankan setiap kata yang dilontarkannya.

"Aku tetap tidak mau," ujarnya lagi.

(Y/n) menhela napas. Ia ingin marah, namun sepertinya murid baru di hadapannya itu juga tetap teguh pada pendiriannya.

"Begini saja. Melalui pertandingan ini, kau akan mendapat keuntungan."

Ia mulai merasa tertarik. Lalu menatap pada (Y/n). "Apa?"

"Jika aku menang, maka kau harus menuruti semua keinginanku selama satu bulan penuh. Namun, jika aku kalah, maka aku akan menjadi pacarmu selama satu bulan. Bagaimana?"

Ucapan (Y/n) tersebut menggegerkan teman-temannya yang menonton. Termasuk Yachi. Ia tak menyangka jika (Y/n) akan memberikan untung dan rugi pada pihak yang ia tantang.

"Jika kau kalah, itu bukan keuntungan bagiku," komentarnya santai.

(Y/n) menggeram kesal. "Oi, asal kau tahu saja, banyak siswa di sekolah ini yang ingin menjadi pacarku. Kau itu beruntung, Bodoh!" serunya kesal.

"Lalu, jika banyak siswa yang ingin menjadi pacarmu, mengapa kau tak berpacaran saja dengan mereka?" ucapnya lagi. Ia hanya fokus pada Nintendo Switch di tangannya dan mengabaikan (Y/n) yang sebentar lagi akan meledak.

"Aku yang tidak mau! Intinya, kau harus mengikuti tantangan dariku itu!" ucap (Y/n) final sebelum berlalu dari sana. Diikuti oleh Yachi di belakangnya.

***

"(Y/n)-chan, kau serius dengan perkataanmu tadi pagi?"

Kini (Y/n) dan Yachi tengah duduk di dalam kelas pada jam istirahat. Mereka tampak sedang menikmati bekal makan siang mereka.

"Perkataanku yang mana?" tanya (Y/n).

"Jika kau kalah, maka kau akan menjadi pacar murid baru itu," jawab Yachi.

"Oh, yang itu. Aku tak keberatan. Lagipula, dia terlihat seperti anak yang baik," ujarnya acuh sambil memasukkan ebi tempura ke dalam mulutnya.

Yachi menghela napas. "Mengapa kau mengatakan syarat seperti itu? Biasanya kau tidak melakukannya." Yachi penasaran.

"Aku hanya memberinya sebuah keuntungan. Karena kupikir dia akan melakukan tantangan dariku jika dia mendapatkan keuntungan," jawab (Y/n) jujur.

Yachi tersenyum, "Semoga kau menang, (Y/n)."

"Pasti aku akan menang."

(Y/n) mulai tak sabar melawan murid baru yang namanya tak ia ketahui itu.

***

Yo minna!

Diriku cuma berharap supaya Kenma gk OOC di sini ಥ‿ಥ

Makasih untuk kalian semua yang sudah baca dan vomment di cerita ini🤧💕💞💖❤

I luv ya!
Wina🌻

END ━━ # . 'Beat Me! ✧ Kozume KenmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang