Chapter 2 - An Accident

2.1K 315 45
                                    

Author's POV

Hari masih pagi. Suasana di jalan raya sepanjang perjalanan (Y/n) menuju sekolah terasa damai dan tentram. Banyak kendaraan yang berlalu-lalang di jalan raya. Meninggalkan kepulan asap putih yang tipis di udara.

(Y/n) sedang dalam perjalanan menuju sekolahnya. Ia duduk di dalam bus tepat di samping jendela. Pandangannya terus menatap ke jendela. Padahal biasanya ia akan memainkan game di ponselnya. Namun, sepertinya hari ini tidak.

Di tengah perjalanan, tatapan (Y/n) tertuju pada seseorang yang tengah mengayuh sepeda. Bukan, bukan karena merk sepedanya yang mahal yang membuat (Y/n) tertarik. Namun, karena warna surai si pengendara sepeda itu. Warna surainya yang mencolok membuat (Y/n) langsung mengenalinya.

Si murid baru.

"Dia ternyata naik sepeda ke sekolah ya," gumam (Y/n).

Bus yang (Y/n) naiki berhenti tiba-tiba. Membuat (Y/n) mengumpat karena ia menjadi terdorong ke depan. Tepat seperti apa yang Hukum Newton III katakan.

Pada saat itu juga, murid baru yang (Y/n) perhatikan sejak tadi itu juga berhenti sejenak. Ia mengambil botol minumnya yang terletak pada badan sepeda. Ketika ia meneguknya, matanya tak sengaja bersitatap dengan manik (e/c) milik (Y/n). Murid baru itu terbatuk-batuk ketika ia melihat (Y/n) berada di dalam bus dan juga tengah menatap ke arahnya.

(Y/n) tertawa melihat murid baru yang tak ia ketahui namanya itu tengah terbatuk-batuk. Ia mengalihkan pandangannya lurus ke depan. Bus yang ia tumpangi sudah berjalan lagi ketika lampu lalu lintas berubah menjadi hijau.

"Tunggu sepulang sekolah nanti, murid baru," ucap (Y/n) dengan seringaian di paras cantiknya.

***

"Ohayou, Yachi!"

Seperti biasa, (Y/n) menyapa Yachi dengan semangat.

"Ohayou, (Y/n)-chan," sahut Yachi seraya tersenyum.

"Sepertinya kau tidur nyenyak semalam ya?" tebak Yachi ketika ia melihat (Y/n) sedang bersenandung ria. Raut wajahnya terlihat gembira pagi ini.

"Ah, tidak. Insomnia-ku masih saja menggangguku semalam. Namun, entah mengapa aku bahagia pagi ini," tutur (Y/n) sambil tersenyum.

"Tentang kemarin, kapan kau akan melaksanakan pertandingan dengan anak baru itu?" tanya Yachi di sela kegiatan mereka mengganti sepatu.

"Aku akan melakukannya sepulang sekolah," jawab (Y/n) seraya menaruh sepatunya ke dalam loker. Tak lupa menutup pintu lokernya seperti semula. "Omong-omong, siapa nama murid baru itu?" tanyanya.

Yachi menoleh. (Y/n) sedang menatapnya ketika ia menoleh kepadanya. "Tanyakan saja langsung padanya, (Y/n)-chan."

"Oi, Yachi! Beritahu aku!" seru (Y/n) sambil mengejar Yachi yang berlari menjauh darinya.

Aksi kejar-kejaran itu menarik perhatian siswa-siswi yang berada di sepanjang koridor sekolah. Yachi yang dikejar dan (Y/n) yang mengejar.

"Yachi! Berhenti berlari menjauh dariku!" seru (Y/n) ketika napasnya mulai habis.

Ia terus berlari hingga ke luar sekolah. Yachi masih berada di depannya dengan jarak sekitar sepuluh meter. Gadis itu berlari terlalu cepat hingga (Y/n) sulit untuk mengejarnya. Ketika (Y/n) hanya fokus ke depan, ia tak memperhatikan sekitarnya. Membuat dirinya menabrak seseorang yang sedang mengendarai sepeda.

"Ittai!" seru gadis itu ketika ia terjatuh ke atas tanah.

Yang menabrak dirinya hanya bisa meringis. Ketika ia menatap ke arah sepedanya yang baik-baik saja, ia menghela napas lega.

"Oi, kau seharusnya minta maaf karena telah menabrakku!" seru (Y/n) meminta pertanggung jawaban.

Mendengar suara tubrukan yang cukup keras di belakangnya, Yachi segera berlari mendekati (Y/n) dan seorang lelaki.

"(Y/n)-chan, kau tidak apa-apa?" tanya Yachi panik ketika ia melihat gadis itu duduk di atas tanah dengan luka yang tak begitu parah.

"Are? Kau si murid baru kemarin kan?!" seru (Y/n) lagi. Ia baru menyadari jika orang yang menabraknya adalah murid baru yang kemarin ia tantang.

"Ya, itu aku."

"Kau harus minta maaf padaku!" seru (Y/n) memaksa.

"(Y/n)-chan, sekarang kita ke UKS terlebih dahulu dan obati luka-lukamu. Minta maafnya nanti saja!" seru Yachi gemas sambil membantu (Y/n) berdiri.

"Cih! Awas saja jika kau tak meminta maaf, murid baru!" seru (Y/n) sesaat ia belum pergi dari sana.

Ia menghela napas panjang ketika melihat (Y/n) telah pergi. "Sepertinya aku terlibat masalah yang cukup merepotkan."

***

"Ittai yo!"

(Y/n) mengaduh kesakitan ketika Yachi tengah membersihkan lukanya dengan kapas yang diberi air.

"Sini, biar kubersihkan sendiri saja!" seru (Y/n) karena sudah tak tahan dengan cara Yachi membersihkan lukanya.

"Sudah. Biar aku saja. Kau hanya perlu duduk manis dan tahan rasa sakitnya, oke?" Yachi kembali melanjutkan aktivitasnya yang tertunda tadi.

(Y/n) menggembungkan pipinya. Rasa kekesalan masih berada di dalam dirinya. Ia kesal karena belum tahu nama murid baru itu. Lalu, ia tambah kesal ketika murid baru yang ia ingin ketahui namanya justru menabraknya tadi pagi.

"Maaf, (Y/n)-chan. Karena aku, kau jadi ditabrak olehnya," ucap Yachi ketika ia selesai menutup luka di lutut (Y/n) dengan plester.

"Tidak apa-apa. Kau tidak salah. Tapi, aku kesal dengannya. Mengapa ia sulit sekali hanya untuk mengucapkan kata "maaf"?" ujarnya kesal.

"Sudahlah, (Y/n)-chan. Lukamu pun tidak terlalu parah dan aku yakin sebentar lagi pun akan sembuh. Biarkan saja murid baru itu," bujuk Yachi sambil berusaha meredakan kekesalan (Y/n).

"Mengapa kau justru membelanya? Di sini aku korbannya, Yachi," protes (Y/n) lagi. Rasa kekesalannya semakin bertambah.

Yachi hanya bisa menghela napas. Ia menatap (Y/n) sejenak lalu berjalan menjauh dari (Y/n).

"Oi, Yachi! Kau mau ke mana?" seru (Y/n).

"Dinginkan dulu kepalamu, (Y/n)-chan. Aku keluar dulu sebentar," ujar Yachi sebelum menutup pintu.

(Y/n) ingin mengejarnya, tetapi luka di lututnya menghambatnya. Jadi, ia hanya bisa duduk manis sambil menunggu Yachi kembali.

Pintu di ruangan itu tiba-tiba diketuk dari luar. Membuat (Y/n) menoleh dan menatap waspada ke arah pintu. Pintu tersebut pun dibuka dan menampakkan wajah seseorang yang berhasil membuat (Y/n) kesal pagi ini.

"Untuk apa kau kemari?" tanyanya dingin.

Murid baru itu mendekati (Y/n). Ia menghela napas lalu berkata, "Maaf."

"Untuk apa?" (Y/n) pura-pura tak mengerti.

Lagi-lagi ia menghela napas. "Karena aku tak sengaja menabrakmu."

"Kalau kau ingin dimaafkan olehku, beritahu aku satu hal," ucap (Y/n) serius.

"Apa?"

"Beritahu aku namamu."

"Hanya namaku saja?" tanyanya lagi.

"Ya. Cepat katakan padaku. Sebentar lagi bel masuk kelas berbunyi!" (Y/n) mulai tak sabar.

"Kozume, Kozume Kenma. Itu namaku."

***

Yo minna!

Semoga kalian suka dengan ceritanya ya. Dan juga, semoga gak ngebosenin🗿

Makasih buat kalian yang sudah baca dan vomment. Makasih banyakk🤧💗💞💕💖❤

I luv ya!
Wina🌻

END ━━ # . 'Beat Me! ✧ Kozume KenmaWhere stories live. Discover now