Chapter 5 - Yes, He is My Boyfriend

1.5K 262 58
                                    

Author's POV

Berita tentang kekalahan Kenma sudah menyebar di area sekolah. Para murid sudah tidak merasa aneh jika Kenma berhasil dikalahkan oleh (Y/n) meskipun fakta yang sebenarnya terjadi adalah yang sebaliknya. Alhasil, (Y/n) harus menanggung dosa sementara itu Kenma duduk santai sambil mengabaikan suasana kelasnya yang ramai akibat berita tersebut.

"Oi, Kozume!"

Kenma menoleh, mengalihkan pandangannya dari layar Nintendo Switch di tangannya.

"Aku pikir kau benar-benar jago dalam bermain game. Tapi ternyata kau masih kalah melawan (Y/n)," ujar salah satu teman sekelasnya yang Kenma tak ingat namanya.

"Aku tidak pernah bilang seperti itu," ujar Kenma sambil mengingat-ingat hal-hal apa saja yang ia katakan belakangan ini.

"Kau benar juga," katanya lagi. "Lagi pula, jika (Y/n) dikalahkan dalam bermain game itu adalah hal yang mustahil," tambahnya.

Padahal aku mengalahkannya, batin Kenma.

***

"Tadaima!"

(Y/n) melangkah masuk ke dalam rumahnya. Ia melepas sepatunya lalu meletakkannya sembarangan. Kemudian, ia berlari menuju kamarnya bahkan sebelum mendengar sahutan ibunya dari dalam dapur.

"Okaeri, (Y/n)," sahut ibunya sambil keluar dari dapur untuk menyambut kepulangan anaknya. "Are, di mana anak itu?" tanyanya bingung ketika ia tak melihat (Y/n) di pintu masuk rumah.

"Dia sudah ke kamarnya, Kaa-san," jawab Kiyoko yang kebetulan lewat di sana.

Kaa-san hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum maklum dengan tingkah putri bungsunya itu.

"Jangan lupa panggil (Y/n) untuk makan, Kiyoko," pesannya sebelum kembali ke dapur.

"Hai..."

Kiyoko melangkah menuju kamar (Y/n) yang berada di ujung lorong rumah. Ia mengetuk pintu kamarnya beberapa kali sebelum membukanya dan melenggang masuk.

"(Y/n), jika kau sudah selesai dengan urusanmu, jangan lupa makan," ujar Kiyoko sama seperti apa yang sang ibu katakan padanya beberapa saat yang lalu.

"Hai, Nee-chan..." sahut (Y/n) ogah-ogahan.

Gadis itu sedang sibuk memainkan ponselnya sambil berbaring di atas tempat tidur. Pandangannya hanya fokus pada layar ponselnya dan mengabaikan Kiyoko yang berdiri di ambang pintu kamarnya.

Melihat sang adik yang hanya fokus bermain ponsel, Kiyoko mendekatinya setelah ia menutup pintu kamar.

"(Y/n), ada yang ingin kutanyakan padamu," ujar Kiyoko setelah ia duduk di tepi ranjang (Y/n).

"Apa itu?" tanya (Y/n) seraya melirik kakaknya sejenak lalu kembali menatap layar ponselnya.

"Lelaki yang kemarin mengantarmu itu apakah dia pacarmu?" tanya Kiyoko penasaran.

(Y/n) melirik Kiyoko sejenak, lalu ia mengangguk. "Ya, dia pacarku."

"Kau serius?!" Kiyoko menatap adiknya.

"Tidak biasanya Nee-chan penasaran dengan hidupku," celetuk (Y/n).

Kiyoko menghela napas. Ia menatap (Y/n) serius, "Kau itu adikku. Jangan mengatakan hal yang aneh-aneh."

(Y/n) terkekeh mendengar apa yang Kiyoko katakan barusan. Ia mematikan ponselnya lalu bangkit dari posisi telentangnya.

"Aku menyayangimu, Kiyoko Nee-chan." (Y/n) memeluk kakak perempuan satu-satunya itu.

Kiyoko membalas pelukan adiknya. Menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut.

"Aku juga menyayangimu, (Y/n)," ucapnya dari balik punggung (Y/n).

(Y/n) lagi-lagi terkekeh. Ia jarang sekali melihat Kiyoko yang bertingkah seperti saat ini. Kakaknya itu cenderung pendiam dan tidak bisa mengekspresikan perasaannya. Maka dari itu, lahirlah (Y/n) yang memiliki sifat ramai dan selalu berbicara to the point tanpa mempedulikan bagaimana perasaan lawan bicaranya. Ya, tentunya sifatnya ini memiliki dampak positif dan negatif bagi orang di sekitarnya.

"Kapan kau berpacaran dengan anak itu?" tanya Kiyoko setelah ia melepas pelukannya dengan (Y/n).

"Dua hari yang lalu."

Kiyoko seketika speechless. Ia tak tahu harus mengatakan apa pada adiknya yang satu itu.

"Dua hari yang lalu?"

"Ya."

"Apa saja yang kau tahu tentangnya?" tanya Kiyoko lagi.

(Y/n) bergumam sebentar. Memikirkan apa saja yang ia ketahui tentang Kenma. Lalu ia menjawab, "Namanya dan hal yang disukainya."

Mulut Kiyoko separuh terbuka. Ia benar-benar tak tahu harus berkomentar apa tentang hubungan adiknya dan pacar pertamanya itu.

"Apa kau benar-benar berpacaran dengannya? Kau tidak sedang halu, bukan?" Kiyoko mulai terlihat putus asa. Ia mulai meragukan perkataan adiknya.

"Oi, aku serius! Lagi pula, untuk apa aku berhalu? Tugasku banyak dan aku sama sekali tak sempat untuk melakukan itu," jawab (Y/n) kesal karena Kiyoko tak mempercayai ucapannya.

"Bukan begitu. Tapi, aku tidak percaya jika kau hanya mengetahui nama dan hal apa yang dia sukai. Jika hanya itu, kurasa semua orang pun tahu. Bukan hanya pacarnya saja," jelas Kiyoko pada (Y/n). Ia berusaha meluruskan kesalahpahaman yang terjadi di antara mereka.

(Y/n) terdiam. Perkataan Kiyoko memang benar. Meskipun kakaknya itu jarang sekali berpacaran—bahkan hanya sekali—tetapi perkataannya tadi berhasil menyadarkan (Y/n) seketika.

"Tapi, kami menjadi pacar bukan karena salah satu dari kami menyatakan perasaannya," ujar (Y/n) lagi, membuat Kiyoko mengernyit heran.

"Lantas karena apa?"

"Karena aku menantangnya untuk bermain game. Jika aku kalah, maka aku harus menjadi pacarnya selama satu bulan. Dan, aku pun kalah," tutur (Y/n) sambil mengingat kejadian di hari itu yang cukup membuatnya kesal.

Kiyoko melongo. Jika kejadiannya seperti itu, ia bisa memakluminya. Namun, ia pikir kejadian-kejadian seperti itu hanya ada di novel ataupun manga yang ia baca. Karena menurutnya, hal itu sangatlah bodoh untuk dilakukan. Tetapi, kejadian itu kini ada di depan matanya. Bahkan dialami oleh adiknya sendiri. Benar-benar tak terduga.

"Kalau begitu, nikmatilah waktumu yang tersisa hanya dua puluh delapan hari itu. Jangan kau sia-siakan," nasihat Kiyoko pada adiknya yang bertingkah di luar ekspetasi itu.

"Baiklah, Nee-chan."

***

Yo minna!

Semangat puasanya ya bagi yang menjalankannya!😊💖

Dan, terima kasih banyak karena kalian mau baca serta vomment di cerita ini. Makasih bangettt🥺❤💗💞💕💖

I luv ya!
Wina🌻

END ━━ # . 'Beat Me! ✧ Kozume KenmaWhere stories live. Discover now