2 || Kasir Jutek

369 105 45
                                    

Part 2 - Kasir Jutek

***

"Eh, Vino!

Cowok yang baru saja melangkah masuk ke ruang kelas 11 IPS 1 itu pun terpaksa termundur ke belakang. Tas punggungnya ditarik oleh satu gadis yang memakai topi sekolah sampai terdengar suara 'srek'

"Anjir!" umpat Vino, melotot dan cepat-cepat melepas tas hitamnya dengan wajah panik untuk memeriksanya.

Sementara si pelaku malah dengan santainya melonggokan kepala, mengintip dengan tidak berdosa dari belakang Vino.

"Kenapa tuh?" tanyanya sok kalem.

"Sobek, setan!"

"Kw sih."

"Mata lo kw!" protes Vino tidak terima. "Ini tas gue baru seminggu dibeliin ya, Fide!"

"Urusan gue?"

"AJG, astaghfirullah jangan gitu!"

"Ribut trus kayak Adelio sama Hana," sosor gadis berlesung pipi yang duduk di bangku depan, agak menyinggung dua manusia yang berasal dari kelas IPA itu karena kerap ia temukan tidak akur saat berjalan menuju UKS.

Vino menghela napas. Tidak merespon dan melengos, menuju bangkunya yang ada di deretan paling belakang. Meletakkan tas punggungnya di kursi dan mengambil topi abu-abu mililknya.

"Heran gue. Titisan cupatkai kayak elo malah dijadiin bendahara OSIS," sindir Fidelya sambil melipat tangan di dada, membuat Vino yang baru saja memakai topi jadi menghentikan gerakannya dan menoleh.

"Hah?"

Wajah melongo cowok manis itu hampir membuat Fidelya menyemburkan tawa jenaka kalau tidak segera duduk di sebelah gadis berlesung pipi bername tag Haliya Maisera itu.

"Apaan, Mai?" tanya Vino tidak paham. Memilih menghampiri Haliya, karena si gadis tomboy bernama Fidelya Alistia itu hanya akan mengajaknya berkelahi saja.

"Tadi Adelio datang nyariin lo, Vin. Katanya lo yang jadi bendahara OSIS. Mau gak lo?" jelas Haliya yang memang selalu datang paling awal dan kebetulan bertemu dengan cowok berkacamata yang ia ketahui memenangkan pemilihan ketua OSIS beberapa saat yang lalu.

"Oh," gumam Vino sambil mengangguk-angguk polos, walau berikutnya ia hampir menjerit seperti anak perempuan karena baru tersadar sesuatu.

"SUMPAH DEMI APA GUE DITAWARIN MEGANG DUIT OSIS, MAI?" teriak Vino yang sudah menggoyangkan bahu Haliya, membuat gadis berlesung pipi itu meringis dan menaplok kepala Vino.

"Etdah, telinga gue mencelos dan mengeluarkan darah segar," ujar Fidelya yang sudah meletakkan telapak tangan di kedua telinganya dan terdengar agak dramatis.

"Ahahahahahah."

Vino tertawa senang saja, tidak memedulikan kalimat Fidelya. Hingga membuat beberapa siswa yang baru masuk ke dalam kelas refleks menutup telinga juga karena suaranya yang terdengar nyaring dan fals secara bersamaan.

"Kenapa ni anak? Kesurupan ya?" tanya satu cowok beralis sedikit tebal yang baru saja masuk ke kelas. Menunjuk Vino dengan wajah prihatin, membuat Haliya dan Fidelya yang mendengarnya pun tergelak sambil mengangguk setuju.

"Perlu gue panggilin pak Uztad?"

"Panggilin deh. Sekalian sama psikiater, Di," kata Fidelya agak sewot, sementara Haliya sudah memegang perutnya karena tertawa. Geraldi menggeleng-geleng. Kembali ingin melangkah tapi langsung dicegat oleh Vino.

Bitter As a Medicine [SELESAI]Where stories live. Discover now