8

10.5K 653 5
                                    

Please kindly leave your vote and comment. And pardon me for the typos. happy reading ♥️


***

Seminggu sudah Dru tidak bertemu dengan kekasihnya. Akhir-akhir ini ia sibuk dengan lomba pagelaran busana yang akan di laksanakan bulan depan. Ia pun belum sempat memeriksakan kandungannya di rumah sakit, baru sore nanti ia memilki janji bertemu dengan dokter kandungan.

 

Bunda Amy:

Dru, sekarang di kantor? Bunda masak rendang, pengen kamu nyicipin masakan bunda.

 

Dru :

Di kantor bun, tapi sore nanti ada janji.

 

Bunda Amy:

Ini bunda udah otw kok, sama Shinta juga.

 

Dru :

Okey bunda, terimakasih. Hati-hati di jalan

 

Setelah kejadian di kamar mandi itu, ia semakin dekat dengan Amy. Wanita dengan tatapan yang meneduhkan itu sering mengirimi Dru pesan.

“Dru Kak Shinta juga bakal WO Lembayung Senja buat pernikahannya?” Tanya Utari sembari membersihkan kuas make up nya.

“Belom tau Mbak, tapi prewedd nya pake photografernya Lembayung. Make up sama bajunya juga kayaknya, cuma belom booking aja buat tanggal berapa.”

“Gila ya orang kaya, buat lamaran aja ngabisin hampir 400 juta. Apalagi nikahannya besok. Abangnya juga kemaren buat nikahannya habis berapa ratus sendiri.”

“Hahh, abangnya siapa emang mbak? Pake WO sini juga kah?”

“Arjuna, Dru sayanggg.” kotak manik-manik yang dipegang dru jatuh membuat isinya bersebaran dilantai.

“Dru!! itu jatuh semua.” Pekik Utari.

“Mmmaksudanya Arjuna sama Kak Saras?” Dru memastikan kembali, ia berharap bukan Juna kakak dari Shinta.

“Lah iyaa, anak sultan memang mereka itu.”

Otaknya berpikir dengan keras, jika Amy mengetahui tentang kisahnya dan tau siapa sebenarnya dirinya apa yang akan terjadi? Apa wanita itu masih akan bersikap baik dan bersimpati padanya? Atau akan menampar bahkan membencinya karena menjadi selingkuhan dari putranya sendiri.

Dru menatap cincin yang melingkari jari manisnya. Cincin berlian yang diberikan Juna setahun yang lalu, wanita itu memang selalu menolak jika pria itu memberinya barang-barang mewah. Berkali- kali ia ditawari rumah atau mobil baru akan tetapi ia tolak, kecuali cincin ini. Karena Juna memaksa, dan cincin inilah yang menjadi simbol bahwa wanita itu miliknya. Agar tak ada pria lain yang mengganggu, karena mengira Dru sudah bertunangan bahkan menikah.

“Mbak Wina, ini tolong  bantuin mungutin manik-manik dong. Tadi Dru ga sengaja jatuhin kotaknya.” Dru tersadar dari lamunannya saat mendengan Utari yang meminta bantuan pada Wina office girl Lembayung Senja.

“Maaf ya mbak ngerepotin.”

“Engga papa Mbak Dru. Ohh iya itu di bawah ada yang nyariin Mbak.”

“Siapa?”

“Itu mbak yang cantik banget itu loh, mbak siapa yaa namanya? Sama ibu-ibu juga.”

“Mbak Shinta sama Ibu Amy?” Tanya Dru memastikan.

“Iya mbak.”

“Loh emang ada janji ketemu yaa?” Tanya Utari heran.

“Engga ada kok mbak, duluan ya mau nemuin mereka dulu. Mbak Wina maaf yaa engga bantuin beresin.”

“Santai mbak Dru.”

***

“Hai Kak Dru. Kaget aku waktu bunda ngajakin nengok putri barunya, ternyata malah diajakin ketemu kakak.”

Dru tersenyum sembari mempersilahkan mereka duduk di kursi. Lantai satu kantor ini memang digunakan sebagai salon dan boutique, sedangkan lantai 2 untuk tenpat desainer, lantai 3 adalah studio foto dan lantai empat ruangan WO dan meeting dan rooftop dibagun caffee dengan nama Lembayung Senja juga milik Kris.

“Udah makan siang Dru?”

“Belum bun.” Dru menggeleng dan tidak nyaman ketika menatap mata Amy, ia merasa malu.

“Udah jam segini loh, jangan dibiasakan telat makan engga baik buat kandungan kamu.”

Mata Dru melebar mendengar nasihat Amy, bagaimana wanita ini tau kalau dirinya hamil. Bahkan ia tidak pernah memberi tahunya. Dru menatap sekitar, untunglah tak ada yang mendengar sedangkan Shinta sudah duduk manis menikmati pijatan creambath dari salah satu pegawai salon.

“Bunda tau? Bagaimana bisa?” Amy merutuki mulutnya yang keceplosan.

“Tenang bunda bakal tutup mulut. Udah periksa ke dokter kandungan?”

“Belom sempet bun, rencananya sore ini.” Karena sudah kepalang tanggung dan tak mungkin ia mengelak lagi. “Apa bunda juga tau siapa pria yang Dru ceritakan?”

Amy menggenggam erat tangan Dru, menatapnya dengan perasaan bersalah “Maafin bunda yaa, bunda engga bisa mendidik dengan benar putra bunda.” air matanya mengalir deras.

Ingin rasanya Amy marah dan menampar putranya yang memperlakukan wanita sejahat ini. Apa lagi Dru sudah menjalani hidup yang berat sedari kecil.

“Bunda engga salah. Maafin Dru udah ganggu pernikahan mereka, Dru engga bermaksud bun.” Dru bersimpuh di depan Amy yang sedang duduk.

“Bunda minta maaf atas semua perlakukan brengsek Juna ke kamu.” Wanita tua itu menangis dembari mengelus kepala Dru yang kini ada dipangkuannya. “Juna sudah tau tentang kehamilanmu?”

Dru menggeleng lemah, ia memang berencana tidak memberi tahu Juna. Karena ingin segera pergi menghilang dari kehidupan pria itu. Jika sampai tau, ia takut pria itu tidak menginginkan janin ini dan mengggugurkannya. Atau malah janin ini yang akan mengikat Dru dengan Juna sehingga wanita itu tidak dapat lepas darinya selamanya.













MINE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang