DESTINY

252 72 25
                                    

****

Kim Hwanjun sedang membereskan semua berkas-berkas yang ia butuhkan untuk meeting besok. Perusahaan yang kini ia jalani akan berkerja sama dengan perusahaan internasional. Hwanjun cukup bangga dengan hasil kerja kerasnya. Apalagi kedua orang tuanya, Kim Wori dan Kim Nara sangat bangga kepada anak tunggalnya itu. Tapi, mereka belum begitu bahagia saat Hwanjun belum mempunyai calon istri.

"Hwanjun.." Nara membawa secangkir kopi untuk anaknya. Ia tahu bahwa Hwanjun sangat kelelahan. Oleh karena itu, ia ingin Hwanjun segera menikah agar ada yang merawatnya.

Hwanjun menutup laptopnya dan melepas kacamatanya. Ia tersenyum senang melihat ibunya yang sangat perhatian.

"Ini kopi untukmu."

"Terima kasih." Hwanjun menyeruput secangkir kopinya perlahan.

"Kau sangat lelah?" tanya Nara.

"Tidak apa-apa ini sudah tugasku" Hwanjun berusaha tersenyum, padahal badan dan pikiran nya sangat lelah.

"Kapan kau akan menikah?"

Pertanyaan itu sudah tak asing lagi. Setiap hari Nara selalu bertanya seperti itu membuat Hwanjun bingung untuk menjawabnya. Hwanjun memang belum ada rencana untuk menikah karena menikah itu bukan hanya mencintai pasangan saja, namun tanggung jawab dan kepercayaan itu penting.

Hwanjun menghela nafas panjang. Entah alasan apa lagi yang ia katakan pada ibunya, Hwanjun benar-benar tak ingin membahasnya.

"Kenapa kau diam?"

"Aku belum menemukan wanita yang pas."

"Kau mau wanita seperti apa? Ibu akan bantu mencari wanita seperti yang kau inginkan."

Hwanjun menggeleng tidak setuju. "Itu berlebihan."

"Katakan saja. Kau ini tampan, pintar, dan kaya. Apa tidak ada yang mau denganmu?"

"Bukan seperti itu, Bu. Semua wanita sama saja mereka hanya menyukai wajahku saja. Mereka tidak tulus." Nara tersenyum lalu memeluk anaknya dengan penuh kasih sayang. Ia dapat memahami perasaan Hwanjun.

"Ekhem..." Wori menghampiri Nara dan Hwanjun. Mereka berdua langsung melepas pelukannya.

"Ayah."

"Kalian sedang apa?"

Nara tertawa kecil. "Aku tidak tahu kau sudah pulang"

"Bagaimana dengan perusahaannya? Apa semuanya berjalan baik?" tanya Hwanjun. Memang, perusahaan Wori dan perusahaan miliknya berbeda. Perusahaan miliknya bernama Insik Entertainment yang baru berjalan empat bulan.

"Tentu saja." Wori beralih menatap sang istri yang terlihat awet muda. "Kalian sedang membicarakan apa?"

"Biasalah."

Wori mengangguk mengerti. "Hwanjun."

"Ya?"

"Ayah ingin kau segera menikah." Wori menatap dengan sejuta harapan. Ia benar-benar Hwanjun menikah agar ia pun bisa menimang cucu.

Hwanjun menggeleng pelan. "Itu tidak mudah."

"LALU SAMPAI KAPAN KITA HARUS MENUNGGU?! SAMPAI KITA MENINGGAL?" Hwanjun memijat pelipisnya yang terasa pusing. Nara sangat mendesaknya agar cepat menikah dan ia akan tetap pada pendiriannya.

"Tolong, kalian seharusnya mengerti aku."

"Terserah kau saja!"

Wori dan Nara meninggalkan kamar Hwanjun. Hwanjun mengusap wajahnya dan terduduk lemas di sofa. "Bagaimana bisa aku menikah? Sedangkan aku sangat takut jika nanti rumah tangga ku cerai. Argh! Aku sungguh tidak bisa."

DESTINY Donde viven las historias. Descúbrelo ahora