[DELAPAN] 여덟

66 16 0
                                    

******

"CEPAT BAWA SEMUA BARANG-BARANG MU! KITA PERGI DARI SINI!" teriak Hwanjun, ia benar-benar marah kepada Lila. Yora sendiri pun terkejut bukan main. Ia kemudian mengambil koper besar di sisi lemari, lalu memasukkan semua pakaiannya.

"Jun Young, kau tidak apa-apa, Nak?" tanya Hwanjun sambil berjongkok di depan Jun Young. Jun Young hanya mengangguk pelan.

Melihat sikap Jun Young berubah drastis membuat Hwanjun marah besar kepada Lila. Lila sungguh benar-benar keterlaluan. Ia akan melaporkan hal ini ke polisi. Hwanjun lantas bangun, ia lalu menatap Lila yang terlihat sangat cemas.

"Apa kau sadar apa yang baru saja kau lakukan kepada Jun Young?"

"Aku benar-benar menyesal. Maafkan aku Tuan Kim." Lila memegang tangan Hwanjun dengan erat, namun dengan cepat Hwanjun menepisnya.

"Aku sudah selesai," ujar Yora sambil membawa koper di belakangnya. Hwanjun dan Jun Young berjalan terlebih dahulu. Lalu disusul Yora dengan perasaan yang sangat berat.

"Yora..." Lila menahan pergelangan tangan Yora sambil menangis tersedu-sedu. Lila tentu tidak akan pernah mengizinkan Yora untuk pergi karena sedari kecil Yora sudah tinggal bersamanya.

Yora kemudian melepaskan tangan Lila. Jujur Yora amat sedih untuk meninggalkan Lila. Namun, Yora pun kecewa dengan tindakan Lila kepada Jun Young. Bila dibiarkan mungkin Lila akan melakukan hal lebih dari itu.

"Maafkan aku ibu," gumam Yora.

"Kenapa lama sekali?"

"Maaf," ujar Yora saat sudah berada di dalam mobil.

"Kau menangis?" tanya Hwanjun, ia tak sengaja melihat Yora menghapus air matanya lewat kaca spion.

"Tidak." Hwanjun mengangguk. Ia kemudian menyalakan mesin mobilnya, lalu memecah jalanan kota yang padat.

"Ibu."

"Ada apa sayang?"

Tiba-tiba Jun Young memeluk Yora. Yora tersenyum, ia mengerti kondisi Jun Young saat ini. Yora pun merasa bersalah kepada Jun Young karena malam itu Yora tidak memberitahu Jun Young dan langsung pergi begitu saja.

"Maafkan ibu Jun Young."

"Ibu janji tidak akan pernah meninggalkan ku lagi." Jun Young mengacungkan jari kelingkingnya.

Yora tersenyum gemas melihat tingkah Jun Young. Ia lalu mengalungkan jarinya. "Ibu janji."

CUP.

Yora mengecup singkat kening Jun Young serta mengelus rambutnya dengan lembut. Yora benar-benar sudah menganggap Jun Young sebagai anak kandungnya. Ia akan melakukan apapun agar Jun Young bisa sukses di masa depan nanti.

"Ayah, aku merindukanmu." Jun Young beralih duduk di samping Hwanjun. "Apa ayah juga merindukanku?"

Hwanjun mengangguk. "Ayo, cium pipi ayah."

CUP.

"Anak pintar."

Hwanjun dan Jun Young tertawa berbarengan. Yora yang melihat itu tersenyum hangat, hatinya pun tersentuh. Ia tidak menyangka kejadian yang sangat mustahil ini terjadi padanya. Tiba-tiba ponselnya berdering, tanda telepon masuk. Yora menepuk jidatnya kala yang menelpon itu adalah kepada sekolahnya.

"Yora! Apa kau gila! Kau hampir dua minggu tidak masuk sekolah Aku kau sudah tidak niat menjadi guru?!"

"Maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf."

"Sudah tidak ada alasan lagi! Pokoknya besok kau harus bekerja. Jika tidak kau akan ku pecat!"

Hwanjun yang sengaja menguping pembicaraan Yora, ia langsung mengambil ponsel Yora membuatnya wanita itu tersulut emosi.

DESTINY Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt