[SATU] 하나

164 66 16
                                    

****

"KALIAN ADALAH ORANG TUAKU!" Min Jun Young, bocah laki-laki itu berteriak histeris. Yora dan Hwanjun melihatnya terheran-heran. Lima detik kemudian Hwanjun tertawa begitu keras.

"HAHAHAHA..." tawa Hwanjun sambil memukul Yora.

"Hey! Apa-apaan kau ini!" Yora balik memukul Hwanjun.

Hwanjun menunduk malu. "Maaf"

"Ayah," panggil Jun Young kepada Hwanjun.

Wajah Hwanjun langsung berubah kesal dan risih. "Ayah? Apa kau hilang akal?"

"Kau tidak boleh berkata seperti itu!" Yora menatap Jun Young yang sudah berlinang air mata. "Jun Young, kita berdua bukan orangtuamu."

"Aku dan pria bajingan ini hanya orang asing. Tadi aku menyelamatkan mu dari dia yang hampir menabrak mu," jelas Yora.

"Tapi..." keluh Jun Young.

"Apalagi?" tanya Hwanjun.

"Kalian adalah orang tuaku," keukeuh Jun Young, lalu memeluk Yora. Yora membulatkan mulutnya terkejut.

"Ibu, ini aku Min Jun Young. Apa ibu lupa padaku? Ini aku. Aku anak kesayangan ibu." Jun Young, bocah berumur empat tahun itu semakin erat memeluk Yora.

Tentu saja Yora bingung dengan Jun Young. Apa Jun Young sedang bermimpi? berhalusinasi? Atau ada penyakit tertentu pada Jun Young? Yora sungguh bingung dengan keadaan Jun Young.

"Jun Young apa kau sedang sakit? Dimana rumah mu? Aku akan mengantarkan mu pulang dengan mobil dia." Yora melirik Hwanjun.

"Kenapa aku?"

"Sudahlah tidak apa-apa. Kau tidak kasihan kepada dia?"

"Tidak," jawab Hwanjun dengan wajah datarnya.

"Ish! Kau ini menyebalkan!"

"Ya sudah baiklah. Aku akan mengantarmu pulang." Yora tersenyum mendengarnya. "Kau baik sekali." Hwanjun memutar bola matanya malas.

"Oke, Jun Young. Jadi, dimana rumahmu?" tanya Hwanjun, tapi Jun Young tak menjawab.

"Aku bicara padamu!" kesal Hwanjun.

Yora menarik nafasnya. "Jun Young dimana rumahmu?"

"Di jalan Ansan nomer sembilan."

******

Yora dan Hwanjun mengantarkan Jun Young pulang ke rumahnya. Yora dan Jun Young duduk di kursi belakang dengan keadaan Jun Young tertidur di pangkuan Yora.

Yora melirik Hwanjun."Eh kau..."

"Aku punya nama. Jangan panggil aku seperti itu!" Hwanjun tak terima diperlakukan seperti ini. Dia ini seorang CEO terkenal. Semua orang harus sopan dan hormat padanya, tapi bisa-bisanya Yora memanggilnya dengan seperti itu.

"Aku tidak tahu namamu."

"Kim Hwanjun, itu namaku."

"Baiklah Pak Hwanjun," ucap Yora malu-malu.

"Sebut nama saja. Aku tidak suka dipanggil Pak."

"Hwanjun."

Hwanjun melirik Yora dari kaca spion. "Apa?"

"Kau tidak mabuk kan?"

"Tidak. Aku sudah sadar."

Yora mengangguk. "Baguslah. Lalu sekarang bagaimana dengan Jun Young?"

"Kita antarkan dia ke rumahnya."

"Aku merasa ada yang aneh pada Jun Young." Yora menatap wajah Jun Young yang tertidur pulas.

DESTINY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang