[16] Tidak Peduli?

28 7 0
                                    


[16] Tidak Peduli


Ibon berjalan cepat agar bisa menyusul Kaptenal yang ada di hadapannya. Ia menahan bahu Kaptenal agar berhenti sejenak. Napasnya terengah-engah karena mengejar Kaptenal yang sangat cepat berjalannya. "Cepet banget sih lo jalan!" cibir Ibon.

"Lo aja yang lelet!" ledek Kaptenal, dengan wajah tengilnya. Ibon mendengus melihat wajah sahabatnya ini. "Lanjut ke kantin atau kelas?" tanya Kaptenal.

Ibon nampak berpikir. Ia melihat jam tangannya. "Kantin aja, udah mau jam istirahat," jawab Ibon. Yang di angguki oleh Kaptenal. Saat Kaptenal akan melangkah, Ibon menghentikannya.

"Apa lagi, Bonbon!" Ibon yang mendengar itu menutup mulut Kaptenal, dan melirik sekitar mereka. Ia bernafas lega karena tidak ada orang lain selain dirinya dan Kaptenal. "Diem lu, Nal! Itu nama panggilan orang tua gue. Kalau sampe ada yang denger, bisa-bisa gue di ledek lagi."

Kaptenal menjauhkan tangan Ibon darinya, dan tertawa. "Woahh, parah lu. Jadi lo malu di panggil Bonbon? Gue aduin, loh."

"Lo lupa apa waktu SMP dulu, gue diledekin abis-abisan gara-gara lo manggil gue Bonbon. Awas aja kalau sampe gue di ledekin lagi di sini, gak gue contekin fisika!"

"Yaudah, gue juga gak nyontekin lo matematika!"

"Yaudah, kalau gitu kimia juga gak gue contekin!"

"Wah oke, gue juga gak bakal nyontekin lo Bahasa Inggris!"

"Kalian pada contek-contekan?" tanya seseorang di belakang mereka.

"Iya!" jawan Kaptenal dan Ibon dengan kompak, sembari menoleh ke arah orang yang bertanya itu. "Lo? Ngapain lo, Poni!" ketus Kaptenal.

Gralexa mengedipkan matanya. "Berdiri, bernafas, ngedip, ngelihat Tenten sama Ibon, ngomong sama kalian, ngejawab pertanyaan kamu."

"Nggak salah sih, Nal," bisik Ibon, pada Kaptenal.

Kaptenal menatap malas pada Gralexa. "Lo ngapain di sini, Gralexa!"

"Aku, kan, sekolah di sini, Ten. Jadi aku ada di sini. Kalau aku gak sekolah di sini tapi aku ada di sini, kamu baru bisa nanya gitu. Gimana sih kamu," jawab Gralexa.

Ibon menahan tawanya, dan menatap Kaptenal. "Lo yang salah!"

Kaptenal menarik rambutnya frustasi. Ia hanya melirik Ibon sekilas. "Terserah, lo. Terserah. Ngomong sama lo, udah kayak ngomong sama kera tau gak!"

"Kamu juga kera dong? Soalnya kamu, kan, ngerti," sahut Gralexa tanpa beban.

Ibon melepaskan tawanya. Ia tertawa melihat wajah Kaptenal yang menggeram kesal. "Uu aa uu aa," ledek Ibon, sembari memperagakan gaya kera yang menggaruk-garuk kepala dan badannya.

"Sana lo! Konser di pinggir jalan, biar dapet duit!" kesal Kaptenal, dan pergi berlalu meninggalkan Ibon juga Gralexa.

"Woy! Kebiasaan lo, Nal. Ninggalin gue mulu," teriak Ibon, agar di dengar oleh Kaptenal. "Ayo Gral, kita ke kantin!" ajak Ibon, pada Gralexa.

Gralexa tersenyum dan mengangguk. "Kamu duluan aja, Bon. Nanti aku, Olin, sama Kea nyusul."

"Oh, ya udah deh. Kalau gitu, gue mau nyusul dulu si Kaptenal. Dah!" pamit Ibon, melambaikan tangannya pada Gralexa.

Gralexa pergi untuk menemui ke-dua sahabatnya, Kea dan Olin. Ke-dua sahabatnya itu, sedang menunggu Gralexa di depan kelas. Gralexa mendatangi Kea dan Olin. "Hey! Ayo kita ke kantin!" ajak Gralexa.

Kaptenal Donde viven las historias. Descúbrelo ahora