[22] Perhatian Seorang Ibu

18 7 0
                                    


[22] Perhatian Seorang Ibu

Setelah jam pelajaran selesai, Kaptenal dan Ibon keluar dari kelasnya. Namun suara Kea, menghentikan langkah mereka.

"Eitss, mau kemana?" ujar Kea, menarik tas Ibon.

"Apaan sih, gue mau pulang!"

"Pura-pura lupa, kebiasaan! Gue, kan, udah bilang, pulang sekolah kita kerjain tugas!"

"Bilang aja lo mau nebeng!"

"Ya emang, kan, sekalian. Ya udah yuk, capcus. Nal, Gral, Lin, gue sama Ibon duluan ya. Bye!" pamit Kea, sembari menarik Ibon.

"Nal, Gral? Gue pulang duluan, ya. Nanti sore juga gue mau ngerjain tugas."

"Iya, Lin. Hati-hati di jalan, ya."

"Bye, Gral!"

Gralexa melambaikan tangan nya pada Olin yang mulai menjauh. Ia menatap Kaptenal yang ada di sebelahnya.

"Eemm, Nal...."

"Gral, gue duluan ya. Mau jemput Vrida ke kelasnya." Sebelum pergi, Kaptenal menepuk bahu Gralexa.

"Padahal aku baru mau minta anterin pulang sama kamu," gumam Gralexa, menatap punggung Kaptenal yang mulai jauh dari pandangannya.

Kaptenal sengaja mengatakan bahwa ia akan menemui Vrida. Karena selain mendekatkan Vrida dengan Deo, mungkin Kaptenal dapat lebih mudah menjauhkan Gralexa darinya. Ia benar-benar tidak mengerti, skenario apa yang sedang ia jalani di dunia ini. Rasanya begitu rumit.

Mata Kaptenal melihat Vrida yang sedang berusaha mengajak Deo berbicara. Ini adalah kesempatan bagus, karena Deo ada di dekat mereka. Ia berpikir, bahwa Deo pasti mempunyai perasaan dengan Vrida. Namun, obsesinya pada Gralexa memendam perasaan itu.

"Vrida?" panggil Kaptenal.

Vrida menoleh pada Kaptenal. Sedangkan Deo menatap Kaptenal sinis.

"Ngapain lo di sini?"

Kaptenal mengangkat sebelah alisnya. "Santai, dong. Gue cuma mau ngajak Vrida pulang bareng sama gue."

Tatapan Deo menajam. "Lo tahu dia istri gue, dan lo ngajak dia pulang bareng di depan gue yang notabennya suami dia?"

Bibir Vrida tersenyum simpul mendengar perkataan Deo.

Tangan Kaptenal menarik lengan Vrida, agar ia berdiri di sampingnya. "Kenapa? Bukannya lo cuma mau Gralexa? Lagian, kalau gak salah lo pernah bilang kalau Vrida itu bukan siapa-siapa lo, kan?"

Kaptenal sedikit mendekatkan bibirnya di telinga Vrida. "Maaf, Da." Kaptenal merangkul bahu Vrida, membuat raut wajah Deo menggeram. Vrida paham maksud Kaptenal, ia juga melihat wajah kesal Deo.

Deo tersenyum miring. "Oh, ya udah silahkan. Kalau gitu biar gue pulang bareng Gralexa." Deo berlalu pergi dari hadapan Kaptenal dan Vrida.

Kaptenal melepaskan rangkulannya pada Vrida. Wajah Vrida sedikit menciptakan garis dari senyuman kecilnya. Vrida menatap Kaptenal dengan haru. "Makasih, Nal. Lo udah mau bantuin gue. Lo tau? Tadi gue liat Deo kayak kesel gitu." Vrida tertawa kecil membayangkan wajah Deo terlihat kesal.

Dari samping, Kaptenal memperhatikan Vrida yang sepertinya sedang senang. Padahal, dengan jelas Deo mengucapkan nama Gralexa di depannya. Ia benar-benar tak habis pikir dengan Deo, bagaimana bisa ia tidak memperdulikan Vrida yang merupakan pilihan orang tuanya. Padahal menurut dirinya sendiri, Vrida adalah pribadi perempuan yang cukup manis baik fisik maupun prilakunya.

"Maaf, Da. Gue pikir, tadi Deo bakal larangan lo buat pulang sama gue. Tau gini, tadi gue gak bakal bilang kayak gitu," sesal Kaptenal, merasa tidak enak.

Kaptenal Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin