[TAHAP REVISI BERKALA]
"Pulau apa ini?" - Nami.
"A--aku ters--serang penyakit 'tidak-bisa-pergi-ke-pulau-aneh' saat ini!" - Usopp.
"Hei! Apa ada restoran Yakiniku di sini?" - Luffy.
"Boneka kayu?" - Zoro.
"Siapa wanita cantik yang ada di sana?" - S...
Sebelumnya saya ingatkan ONE PIECE bukan milik saya
Tetapi karakter reader murni pemikiran saya
Selamat membaca~
Disclaimer : Eiichiro Oda
•
•
•
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Author pov
Setelah berbincang cukup lama, akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk kembali ke tempat di mana Robin sedang menunggu.
(Y/n) terus menerus mendumel tatkala dirinya malah disuruh menggotong Pierre. Sementara Luffy tak bisa membawanya karena ada beban yang lebih berat telah menjebak salah satu tangannya, dan Aisa terbilang masih kanak-kanak untuk dapat menggotong hewan sebesar itu. Memang seharusnya ia tidak ngide buat bantuin Luffy menghajar Enel.
Begitu sampai di tempat tujuan, ketiganya sama sekali tidak melihat sosok Robin, Zoro, Chopper, Wyper, dan juga Gan Fall di sana.
Aisa bilang, kalau kelimanya sedang pergi naik ke reruntuhan atas. Seperti tak ada pilihan lain, Luffy langsung saja berinisiatif pergi ke tempat yang dimaksud. Ia mengajak (Y/n) serta Aisa untuk lekas berjalan. Tetapi Aisa tampak tak bergeming dari tempatnya berpijak.
"Hei, Aisa? Kenapa diam saja?" tanya Luffy.
Aisa menggingit bibir bawahnya kuat-kuat sebelum bertanya balik, "Luffy, (Y/n), apakah Pulau Langit benar-benar akan dihancurkan?"
Gadis itu mulai menangis pilu. Bayangan tentang hancurnya Pulau Langit sepintas memenuhi pikirannya. Ia tidak ingin hal semengerikan itu terjadi pada pulau yang telah membesarkannya hingga sekarang.
Paham akan perasaan Aisa, (Y/n) langsung menepuk pelan pucuk kepala sang gadis dengan lembut walau terlihat sedikit kaku. "Ralat. Bukan Pulau Langit yang akan hancur, tapi Enel. Benarkan, Luffy?"
Luffy lantas tersenyum lebar. Ia tampak sependapat dengan ucapan (Y/n) itu. "Benar sekali! Jadi kau tak perlu menangis, oke? Shishishi!"
Setelah mendengar balasan dari (Y/n) serta Luffy, Aisa lekas menghapus air matanya dan tersenyum penuh harapan. "Benarkah begitu?"
"Ya, ditinjau dari segi manapun, Enel tak akan pernah bisa menghancurkan pulau ini." Balas (Y/n).
"Yosh! Kalau begitu ayo kita pergi ke atas cepat!" Luffy menyeru lantang sembari memanjat pohon kacang terlebih dulu. Meninggalkan (Y/n) dan Aisa yang masih terdiam di tempat masing-masing.
"Masih takut Pulang Langit hancur?"
Pertanyaan yang diajukan oleh (Y/n) barusan sukses membuat senyum Aisa kian mengembang lebih lebar dari sebelumnya. Gadis itu tanpa ragu menggelengkan kepala. "Tidak!"