Bagian 10

7.3K 257 56
                                    

Brian mematikan mesin motornya, dia kemudian mengunci motornya itu yang sudah terparkir dengan rapi. Dia membuka helm yang dipakainya lalu dia turun dari motor sambil menenteng tas dan helmnya. Dia berjalan ke arah lift. Matanya tertuju pada satu motor yang diparkir agak jauh. Brian merasa mengenali motor tersebut entah dimana. Dia terus berjalan menuju pintu masuk ke area lift. Dia memasuki lift. Ditekannya huruf L besar yang ada di lift itu.

Keluar dari lift, dilihatnya Satria sedang menunggu di depan resepsionis apartemen. Brian melambaikan tangannya lalu berjalan menghampiri Satria.

"Tersesat?"

"Enggak, Sat, tadi itu kayak ngeliat motor yang gue kenal di parkiran. Jadi gue didepan lift itu mikir, itu kayak motor siapa yaa sampai akhirnya gue lupa gue belum tekan tombol lift naik."

"Terus udah ketemu itu motor siapa?"

Brian menggelengkan kepalanya. Satria tertawa. Mas Resepsionis tersenyum melihat tingkah laku dua orang yang ada dihadapannya, entah kenapa dia merasa bahwa keduanya punya hubungan spesial.

"Mari, Mas, saya naik dulu yaa."

Mas Resepsionis itu menganggukkan kepalanya dan kembali tersenyum. Salah satu yang disuka oleh Mas Resepsionis itu adalah Satria walaupun dia terkenal tapi dia tetap sopan dan rendah hati.

Brian dan Satria keduanya kemudian berjalan beriringan ke tempat lift untuk naik ke apartemen Satria, lift yang berbeda dari tempat Brian tadi naik.

Satria mengeluarkan kartu aksesnya dan kemudian menekan tombol lantai 40. Sampai di lantai yang dituju, mereka berdua keluar lift dan Satria kemudian berjalan menuju suitenya di 4004, di lantai itu hanya ada 4 suite. Dia kemudian menekan kode yang ada di gagang pintu suitenya, setelah itu dia memasukkan kunci dan membuka pintu suitenya.

Satria masuk lalu dia menekan saklar lampu. Brian mengikuti dibelakang Satria.

Sebuah ruangan apartemen yang menurut Brian agak berantakan. Brian tersenyum.

"Errr .. aduuhh ... Maaf yaa, berantakan. Hehehehe."

Brian tertawa.

"Santai."

"Make yourself at home yaa, Bri. Kalo mau minum lo tinggal ambil di kulkas. Kalo mau mandi, kamar mandi ada di kamar. Nanti gue siapin handuk sama celana pendek buat lo."

Brian mengangguk, dia berjalan ke arah balkon lalu membuka pintu yang menuju ke balkon tersebut. Dia kemudian menyalakan rokok.

"Gue mandi dulu yaa, Bri. Again, make yourself at home."

Satria kemudian masuk ke dalam kamarnya sementara Brian meneruskan merokok di balkon apartemen.

Setelah menghabiskan dua batang rokok, Brian kemudian masuk dan menutup pintu balkon. Dia kemudian berjalan masuk ke kamar Satria. Di dalam kamar dilihatnya Satria sedang duduk dipinggir tempat tidur sambil bermain handphone dan bertelanjang dada. Satria hanya melilitkan handuknya di bagian pinggang ke bawah.

Satria mendongakkan kepalanya dari handphone ketika melihat Brian masuk ke dalam kamar. Brian tersenyum, dia kemudian membuka kaos yang dipakai olehnya.

Tampak badan Brian yang berkulit putih dengan dada bidang dan roti sobek yang mulai terbentuk di perutnya serta putingnya yang berwarna coklat itu membuat Satria menahan napas dan terus menatap ke arah Brian.

"Sat, segitunya ngeliatin gue? Baik-baik nanti keluar itu mata."

Satria tersenyum malu dan muka merona merah.

Entah kenapa Brian merasa ada keberanian dalam dirinya, dia berjalan mendekati Satria kemudian berlutut di depan Satria. Satria yang melihat Brian berlutut tepat didepannya itu menjadi salah tingkah.

FELIXWhere stories live. Discover now