3. The Elven King

139 22 8
                                    

Adar: Father
Naneth: Mother
Meleth-nin: My love
Hir-nin: Prince
Hiril-nin: Princess
Alla: Salam

Jangan lupa vote sebelum membaca

— S E C O N D  C H A N G E—




Gadis bersurai hitam dan gradasi ungu memilih bungkam. Ia memasuki area hutan dengan menggenggam busur. Lagi-lagi Annariel menatap takjub pada panah yang berwarna emas. Semakin jauh, semakin pekat pula hawa tercemar hutan tersebut. Claire sudah waspada dengan panahnya, ia merasakan pergerakan dari laba-laba. Anehnya, serangga raksasa tersebut mengarah ke satu titik. Ia menarik tali busur, muncul tiga buah anak panah berwarna biru lalu ia membidik anak panahnya. Ketiganya berhasil membunuh laba-laba. Mereka berlari semakin dalam. Annariel melihat seorang pria bertubuh kecil yang tertindih laba-laba. Mencabut kedua belati lalu membelah perut serangga tersebut. Pria itu tertegun sementara. Annariel memberikan tangannya guna digenggam. Pria itu sadar akan maksud sang gadis dengan segera merespon uluran tersebut.

Claire selalu membenci serangga. Mereka menjijikan dan selalu bergerombol mengikuti pergerakan sang alpha. Gadis itu menyelamatkan seorang kurcaci yang sebentar lagi akan menjadi mangsa laba-laba tersebut. Mata mereka sempat beradu pandang. Claire tidak peduli, bahwasanya ia dan kaumnya tidak pernah berhubungan baik dengan para kurcaci. Gadis itu hanya tidak ingin melihat darah berceceran di hutan yang sakit ini. Dirinya tidak ingin menambah penyakit berhias bangkai kurcaci yang bau.

Gadis peri itu terus membidik anak panah tanpa lelah sedikit pun. Membabi buta kawanan para laba-laba. Gerakannya sangat lincah bagai bunga yang sedang menari dengan angin. Rungunya mendengar suara teriakan yang berasal dari perempuan. Ia menoleh dan melihat Annariel sudah tengkurap di tanah. Tubuhnya dicekal oleh peri wanita yang sama seperti dirinya. Claire melompat dari atas pohon. Membusungkan panah kepada peri tersebut. Tatapan gadis itu setajam bilah pedang yang sehabis ditempa dan asah.

"Lepaskan dia. Sekarang."

"Turunkan busurmu jika tidak ingin kepala serta organ dalammu terlihat." Ia merasakan ujung anak panah yang diarahkan kepadanya. Claire mendecih tatkala anak panah semakin didekatkan.

Gadis itu menurunkan busur, ia melihat sekeliling. Gerombolan kurcaci tengah terkepung oleh prajurit elf. Claire menoleh guna melihat seseorang yang mengacungkannya senjata. Kedua manik amethyst bersibobrok dengan manik es sang pria. Sedangkan Annariel masih mengaduh sakit lantaran kedua tangannya yang dicekal oleh peri wanita tersebut.

"Thorin, where is Bilbo?" Salah satu dari kurcaci tersebut berteriak panik. Pria yang dipanggil dengan nama Thorin pun mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru. Dirinya memberontak ingin dilepaskan.

Jika Annariel diperbolehkan berbicara, ia ingin menjawab pertanyaan kurcaci tersebut. Tapi sialnya, hal yang gadis itu lihat seperti tidak nyata. Bagaimana bisa seorang manusia kerdil dapat menghilang secara mendadak saat memakai cincin. Annariel menggelengkan kepala guna mengusir pikiran aneh yang yang berlalu lantang di pikirannya. "Excuse me, lady. Bisakah kau melepaskan tanganku. God shake, tanganku mati rasa."

Sejujurnya peri wanita itu ingin membebaskan cengkramannya. Walau prajurit, tetapi dirinya tetaplah seorang perempuan yang tahu akan rasa sakit. Ia mengalah dan melepaskan Annariel dari kungkungannya. Namun, sepersekon kemudian seseorang meneriaki namanya dan membuat sang elf menjatuhkan sikutnya di punggung Annariel. Dalam hati, gadis manusia itu menggerutu pada pria bersurai pirang yang meneriaki nama perempuan ini; Tauriel.

Pria itu bernama Legolas. Ia adalah keturunan Thranduil sang Elven King. Pangeran dengan sejuta keberkahan yang melimpahi bakat serta wajah. Saat ingin berbicara kepada Claire bibirnya terasa kelu. Annariel melihat arah pandang Claire yang menatap tajam Legolas begitupun sebaliknya. Sampai akhirnya sang gadis terbebas dari jeratan. Ia berdiri dengan berpegangan pada gadis bersurai hitam dan ungu. Menepuk-nepuk pakaiannya yang kotor. Sial. Pakaian cantiknya berwarna putih dan hitam. Berbaring di tanah tentu saja membuat yang putih terkena noda. Annariel ingin menangis tersedu melihat corak kecokelatan pada pakaiannya yang berwarna putih.

Second ChanceWhere stories live. Discover now