5. Way to Lake

92 16 19
                                    

Adar: Father
Naneth: Mother
Meleth-nin: My love
Hir-nin: Prince
Hiril-nin: Princess
Alla: Salam

Jangan lupa vote sebelum membaca

— S E C O N D C H A N G E—




Annariel menyusuri lorong dengan pelan. Memperhatikan langkah dalam diam. Netra biru tersebut melirik kanan dan kiri guna memeriksa keadaan sekitar. Di depannya, seorang hobbit pemberani nan cerdik tengah mencari kunci dari penjara para kurcaci. Salah satu pemimpin kurcaci yang bernama Thorin ikut memeriksa ke seluruh arah. Semestanya tidak henti berputar. Afeksinya terhenti saat netra kelabu beradu pandang dengan obsidian berlian milik sang gadis. Annariel berkedip cepat lalu mengalihkan pandangan. Ia merasa canggung saat bersitatap dengan Thorin. Kini Bilbo memandu mereka menuju arah gudang di mana para penjaga berkumpul. Annariel memilih untuk berada di barisan paling belakang.

Sang gadis berkata kepada yang lain untuk terus berjalan tanpa memerdulikan dirinya. Annariel berlari menuju salah satu pilar yang ada di sana. Bersandar di balik pilar batu tersebut. Merapihkan pakaian serta belati miliknya. Annriel sempat bingung untuk sementara. Ia berpikir, kenapa kedua belatinya tidak disita. Padahal panah Claire disita oleh pria bersurai pirang. Jika diingat-ingat, pria satu itu sedikit mengusik atensinya. Hanya sedikit tidak sebanyak saat Harry yang selalu mencuri afeksi besar dari dalam dirinya.

Setelah selesai akan masa lalu saat di dunia asli. Ia mengangguk yakin. Mengencangkan ikat rambut lalu berbalik guna mencari keberadaan gadis bersurai hitam bercampur ungu. Saat di tengah jalan, dirinya hampir saja tersungkur jika Annariel tidak berpegangan pada dahan pohon. Matanya menangkap sang Raja dengan pria yang mencuri atensinya. Begitu juga orc yang tengah pria itu kekang. Thranduil dan Legolas.

Jangan sebut Annariel lancang karena menguping pembicaraan kedua orang itu. Salah mereka sendiri melakukan ekspedisi di tempat terbuka seperti ini. Gadis itu bergeleng guna mengeluarkan hal konyol dari pikirannya. Matanya membulat hampir keluar dari rongga tatkala kepala orc tersebut putus dari tempatnya. Tanpa sadar, Annariel menggigit bibirnya hingga berdarah. Raja itu benar-benar kejam. Membunuh tanpa ampun kendati musim dingin yang bersemayam di wajah rupawan.

Kedua netra mereka bersibobrok. Sial. Gadis itu benar-benar mengumpat dengan keras. Thranduil yang melihat atensi dari gadis bermanik biru dengan segera bergegas ke arahnya. Annariel melotot tidak percaya, ia berlari secepat mungkin. Tidak lagi memikirkan betapa kerasnya suara derap langkah yang ia hasilkan. Tujuan utama gadis itu hanya satu: menemukan Claire dan membawanya pulang. Saat menoleh ke belakang, Annariel tersadung oleh akar pohon menyebabkan ia terjatuh. Gadis itu mengaduh keras tatkala luka yang telah disembuhkan Claire kembali terbuka.

Dari kejauhan ia dapat melihat siluet gadis yang tengah ia cari. "CLAIREEE!"

Claire menoleh. Netra ungu indah yang berpadu dengan bulan itu bergetar saat melihat Annariel. Alisnya mengerut bingung lantaran gadis manusia itu menarik tangannya dan berlari kencang. "Ada apa?"

"Si pirang itu mengetahui keberadaanku. Ayo cepat kita akan kabur dari sini!" Annariel tertawa pada akhir kalimat. Seolah dirinya tidak pernah mendapat masalah dan menjadikan semua yang terjadi pada gadis itu hanyalah permainan yang menyenangkan. Claire mendecih lalu mengeratkan genggamannya.

Kini mereka menuju gudang istana. Tempat di mana Bilbo dan para kurcaci sedang melawan beberapa penjaga guna melarikan diri. Claire yang melihat hal tersebut dengan cepat mengandalkan otaknya. Tidak hanya itu, ia memberantas para penjaga dengan beberapa hentakan dan juga tendakan. Mengalahkan mereka tanpa harus membunuh. Para kurcaci telah terjun ke sungai menggunakan tong besar. Kini giliran Bilbo dan dua gadis itu.

Second ChanceWhere stories live. Discover now