4. Bilbo Baggins

133 20 11
                                    

Adar: Father
Naneth: Mother
Meleth-nin: My love
Hir-nin: Prince
Hiril-nin: Princess
Alla: Salam

Jangan lupa vote sebelum membaca
Halooo, kembali lagi dengan kami!!!

— S E C O N D  C H A N G E—




Gadis bermanik ungu dengan siluet bulan tengah memandang kolam air. Matanya menatap sendu pada genangan air yang terlihat damai. Cahaya temaram memancar melalui celah bangunan. Pada akhirnya, Annariel tetap dimasukkan ke dalam penjara. Tinggal Claire seorang diri yang merelung nasib. Ia gagal melindungi salah satu temannya. Benih benci pada Sang Raja berkembang begitu pesat. Gadis itu mengenggam gagang pedangnya. Meremat lalu ditarik dan dilayangkan ke arah belakang. Netra sang gadis menatap nyalang terhadap orang tersebut. Pria bersurai emas dengan tubuh yang semampai berjubah. Pandangan datar yang ia berikan mengusik perasaan Claire.

Claire menekan Excalibur miliknya ke arah leher Thranduil. Gigi bagian belakangnya bergemelatuk kesal tatkala pria itu muncul secara mendadak. Ia tidak lemah, oleh karena itu Claire dapat mengetahui derapan kaki seseorang maupun pandangan yang tidak terbatas. Thranduil menatapnya dengan pandangan sedingin es. Bibirnya tertarik datar tanpa lengkungan sedikit pun.

"Kenapa kau mengurungnya? Kenapa kau membiarkan gadis itu terperangkap di parit terdalam? Kau menjebaknya!" Dirinya tidak dapat menahan gejolak emosi saat netranya beradu pandang dengan sang Raja. Memikirkan Annariel yang tak ada sangkut pautnya dengan masalah antara kaun peri dan kurcaci. Claire merasa bahwa Raja yang ada di hadapannya tidak memiliki rasa adil sama sekali.

"Kau takut akan yang dikatakan oleh gadis itu, my King. Kau takut karena semua ucapan yang ia lontarkan merupakan kebenaran."

Ia kembali menekan Excalibur. Membiarkan rembesan darah keluar dari leher indah Thranduil. Mata sang gadis menggelap. Cengkraman pada pedang semakin kuat. Alih-alih mundur, Claire memajukan langkah memukul mundur Thranduil.

"Greenwood telah berganti menjadi Mirkwood. Apa yang bisa diharapkan? Kau penakut, my King. Membiarkan kegelapan menyelimuti dirimu. Membiarkan semuanya menderita guna melindungi hakmu sebagai penguasa. Sama seperti halnya kau kehilangan wanitamu."

Setiap perkataan yang dilontarkan Claire bagai bilah pedang yang menembus jantung Thranduil. Pria itu menggeram tatkala sang gadis membahas perihal masa lalu yang selalu ia kubur dalam. Claire membahas sesuatu yang membuat hatinya bagai tercabik. Rahangnya mengeras saat pandangan gadis itu berubah seperti menyalahkan dirinya atas semua hal yang terjadi. Thranduil menarik pedang dari sarungnya. Membalik Excalibur milik Claire hingga terlempar. Gadis itu terkejut. Kedua matanya terbuka lebar, ia mendecih kesal lantaran sang Raja mengacungkan pedang dengan wajah sedih.

"Kau tidak berhak membicarakan masa laluku. Kau hanyalah keturunan Latrecia yang selalu berlindung di Lothlorien dan Imladris."

Kini keadaan menjadi terbalik. Sebelumnya gadis itu dapat memukul mundur. Dan sekarang giliran Claire yang semakin memundurkan langkahnya. Obsidian amethyst melirik ke samping guna melihat apa yang ada di belakang dirinya. Sebuah kolam. Hal ini tidak terlalu bagus. Pedang perak dengan bentuk cantik terarah pada wajah sang gadis.

Hatinya berdenyut nyeri saat melihat kedua netra Claire yang begitu mirip dengan gadis manusia yang ia kurung di penjara bawah tanah. Ia tidak lagi menggeram rendah, melainkah geraman keras guna mengeluarkan semua amarahnya. Thranduil berbalik dan tidak ingin melanjutkan sebuah pertikaian yang dapat merusaka nama bangsanya sendiri. Surai emasnya terayun saat ia berpaling dari Claire.

Second Chanceحيث تعيش القصص. اكتشف الآن