13. Revenge (2)

71 8 6
                                    

Adar: Father
Naneth: Mother
Meleth-nin: My love
Hir-nin: Prince
Hiril-nin: Princess
Alla: Salam

Jangan lupa vote sebelum membaca

— S E C O N D  C H A N G E—


HELLOOOO. Hutangku untuk double up lunas yaa. Saatnya aku mengghosting kalian lagi. Babay~


Fili keluar begitu melihat Archaius mendarat di depan rumah Bard. Claire dan Annariel menghampiri mereka dengan terburu-buru. Saat Bard tengah menyiapkan beberapa anak panah juga panah hitam, suara auman terdengar dari atas langit. Tilda berteriak takut lalu memeluk sang Ayah. Sigrid melindungi adik laki-lakinya, Bain.

Claire mengeluarkan pedang excalibur yang sedari tadi meronta meminta untuk dikeluarkan. Pedang itu telah menyicip darah, maka, ia akan meminta lebih dan lebih. Bard menatap aneh pedang milik Claire yang berpendar biru. Pria itu selalu takut akan benda milik bangsa elf yang sangat mengerikan. Entah itu karena kekuatan atau daya serapnya seperti monster. Tapi ia berkerut saat menyadari bahwa pedang satu itu tidak seperti pedang kebanyakan.

Kobaran api menyulut dari satu rumah ke rumah yang lain. Smaug berputar dari ujung kota. Menyemburkan api ke titik terkecil sekalipun. Mereka menaiki sebuah perahu kecil untuk menyebrang. Banyak korban yang berjatuhan ke danau. Entah itu karena terbakar api Smaug, atau terinjak oleh penduduk yang lain.

Bofur menenteng banyak tanaman obat di dalam saku. Saat ditanya untuk apa tanaman itu, ia menjawab untuk mengobati jika seseorang hendak mati. Bard tersenyum kecil. Untunglah kurcaci satu itu dapat mengurangi ketegangan yang ada. Sedangkan Annariel merasa tertohok karena jawaban Bofur seperti menyindir dirinya saat terluka. Yasudah tidak apa-apa, pikirnya.

Claire melihat perahu yang lebih besar daripada milik mereka. Tangannya mengepal saat tahu bahwa isi perahu itu terdiri atas harta dalam jumlah banyak. Ia meloncat dari satu pijakan ke pijakan lain. Mengabaikan panggilan Annariel yang menggema di kedua telinga. Saat berada di atas perahu tersebut, Claire memukul rata si Walikota dan antek-anteknya. Mimik wajah tersirat dendam terasa puas saat menenggelamkan mereka dari atas perahu.

"Sial, bisa-bisanya sampah masyarakat seperti kalian hidup." Claire berdecih. Ia kembali pada perahu kecil semula di mana Annariel berada.

Bard keluar dari perahu dan menuju menara. Claire mengikuti pria itu dari belakang. Saat sampai di menara Bard mencoba memanah sang naga dengan panah biasa. Namun, gagal. Claire mencoba memanah dengan panah mitraliur. Sialnya gagal juga. Satu-satunya hal yang berguna dalam misi kali ini hanya panah hitam juga pedang excalibur miliknya. Bard memotong tali kendali atas lonceng di atas ia dan Claire. Sepertinya pria itu peka akan hal yang mengganggu.

Claire mengeluarkan excalibur. "Kau ingin membunuhnya langsung?"

Bard mengerutkan kening. "Lady, kita tak bisa membunuh naga itu tanpa rencana."

"Aku tidak berbicara padamu. Aku berbicara dengan pedangku." Jawab Claire cepat. Ia menunjukkan excalibur yang tengah berbising hebat. Suara denging yang keluar membuat Smaug mengalihkan perhatian.

"Siapa kau... yang berani-beraninya... menggangguku."

Smaug berkata seperti berbisik. Suaranya nyaris terbang dibawa angin, namun, dapat menusuk indera seseorang dengan tepat. Ia berpijak pada rumah-rumah yang terbakar. Membuat siapapun yang berada di bawah sang naga sudah pasti akan binasa. Claire menggenggam pedangnya dengan erat. Busur yang dipakai Bard telah putus akibat hantaman Smaug pada sebelumnya. Kini ia tidak tahu harus bagaimana lagi.

Second ChanceWhere stories live. Discover now