Heaven - 01

612 64 24
                                    

Hellooooo!!! I'm back dengan membawa cerita baru. Berharap cerita ini juga disukai sama kalian kek cerita-cerita aku yang lain. Kalau part awalnya dapet perhatian cukup bagus, aku bakal lanjutin ceritanya.

Okey, Happy reading guys!!!!

TIFFANY POV

They say all good boys go to heaven, but bad boys bring heaven to you.

Aku menyeringai kala mengingat kalimat yang penuh dengan makna itu. Seketika aku teringat pada tokoh Mr. Gray di film triologi fifty shades yang menjadi favorit pecinta film romantis.

Sejujurnya aku ingin sekali mendapatkan kekasih bad boy, namun sepanjang aku berkencan Tuhan selalu memberikan pria baik. Ya, tak bisa juga aku katakan baik jika akhirnya kami berpisah. Tapi selama dia bersamaku dia baik.

Aku terus menyeringai ketika kalimat itu terus menggema ditelingaku. Aku penasaran, dengan heaven yang dimaksud. Apa rasanya seluar biasa itu?

Ya Tuhan, kenapa aku memikirkan hal itu. Tak ada salahnya juga, di usiaku yang sudah cukup matang. Pasti menginginkan hal intim semacam itu. Aku yakin, tak hanya aku. Semua orang yang sudah berusia dua puluh lima dan seterusnya pasti terkadang memikirkan atau menginginkan hal intim dengan pasangan. Tapi begitu menderita ketika kau tidak memiliki pasangan seperti aku.

"What the fuck!!!" Aku memekik kesal karena seseorang mengejutkanku. Kepalaku berputar kebelakang dan melihat sahabatku tersenyum jahil tanpa rasa bersalah.

Dengan kesal aku melemparkan kertas yang sudah remuk ditanganku ke arah wajah sahabat tersayangku. "Kemana saja kau, Jung Soo Yeon. Beberapa hari ini kau sulit sekali dihubungi."

"Jessica!" Yang masih sempat protes karena aku memanggil nama Korea nya.

Tahu bahwa aku masih kesal, Jessica memelukku dari belakang. "Sedang ada problem dengan ponsel itu dan ini baru dua hari, tapi kau sudah serindu itu?" Godanya dengan cibiran tipis.

Aku mendorongnya dan melotot ke arah Jessica. "Aku tidak rindu, aku hanya kesepian." Kataku jujur. Akhir-akhir ini aku memang sedang marasakan itu.

"Kalau kau kesepian harusnya kau cari kekasih." Jessica bersiap lari karena aku akan melemparkan sesuatu lagi ke arahnya.

Setelah yang kemarin itu, aku tak ingin menjalin hubungan lagi. Setidaknya untuk saat ini. Entah karena aku malas memulai atau belum menemukan yang tepat saja?

Namun, saat ini aku hanya ingin fokus pada pekerjaanku. Jessica bilang, aku berubah menjadi wanita kesepian dan introvert. Aku pun merasa akhir-akhir ini aku kesepian, bahkan sering.

Meskipun terkadang, aku lebih suka membaca buku sendirian, mendengarkan musik sendirian, makan sendirian, berjalan-jalan sendirian, menikmati waktu bebasku sendirian. Because it gives me time to think, and set my mind free. But, ketika aku melihat seorang ibu bersama anaknya, temanku bersama kekasihnya, atau temanku yang saling bertukar canda dan tawa dengan sahabatnya yang lain, aku sadar bahwa even though i like to be alone, i don't fancy being alone.

"Kau mau ikut tidak?" Suara Jessica menarikku dari lamunan. "Aku mau mengambil ponselku." Lanjutnya. Biasanya aku akan menolak, namun terlalu lama di rumah aku juga ingin pergi keluar.

"Wait a minutes, okey." Balasku bersemangat, aku segera merapikan kertas-kertas yang sudah tergambar beberapa sketsa baju-baju yang akan aku kirimkan ke butik-butik.

Dulu gambaran sketsa baju-bajuku bukanlah apa-apa. Sekarang, hasil kerja tanganku banyak diminati butik-butik besar dan bayarannya pun sudah sangat lumayan untuk bertahan hidup di Seoul. Kenapa aku tidak ingin membuka butikku sendiri?

HEAVENWhere stories live. Discover now