Heaven - 10

568 43 24
                                    

Hati-hati ada adegan berbahaya 🔞

Happy reading guys!!!

Aku masuk ke apartemenku dan melihat sepatu Siwon. Sudah dapat ditebak dimana dia, tempat favoritnya di balkon bersama rokok, kopi dan ponselnya. Main game atau sibuk membalas pesan-pesan, karena dia selalu sok sibuk.

Aku mengetuk pintu kaca dan Siwon segera mematikan rokoknya. Dia masuk membuntutiku duduk di sofa. Kami duduk bersebelahan, namun aku memilih diam dan menunggu dia yang bicara padaku.

"Tidak ada yang ingin kau tanyakan padaku?" Tanya Siwon akhirnya setelah kami diam cukup lama.

"Kau jelas tahu apa yang ingin aku tanyakan padamu." Jawabku ketus.

Darahku mendidih, tapi aku menahannya untuk tidak marah-marah dan memberinya kesempatan untuk menjelaskan.

"Oke," dia menghela napas panjang dan duduk menyamping menatapku. "Yang dikatakan Stella tidak sepenuhnya benar."

Mataku terangkat menatapnya, dan untuk pertama kalinya aku mendengar nama mantan kekasihnya itu. Aku masih diam menunggu.

"Tidak ada desakan dari siapapun ketika aku memintamu untuk menjadi kekasihku." Dia menurunkan tatapannya dariku.

"Tapi kata Sooyoung kau mengiyakan tadi." Aku mencelanya karena kesal apa yang dia bilang pada Sooyoung dan aku berbeda.

"Sooyoung belum selesai mendengarkan aku bicara tapi dia sudah marah-marah."

Ketika emosiku memuncak, Siwon menangkup sisi tubuhku dan dengan lembut dia berbisik.

"Calm down. Jangan marah-marah. Tenang." Nadanya membujuk. "Kau jika sedang marah seperti ini suka membuat orang sakit hati dengan ucapanmu."

Aku pun sadar dengan kepala batu juga ucapan kasar yang spontan keluar dari mulutku ketika marah, itu kenapa aku lebih memilih diam. Tapi Siwon tidak suka dengan sikap diam ku dan suka mengomel, memancing emosi hingga akhirnya aku meledak yang berakhir membuatnya tersinggung dan sakit hati.

"Dari awal aku tidak main-main. Aku menyatakan perasaanku bukan karena aku menjadikanmu pelampiasan, bukan karena dorongan dari Stella. Benar, awalnya aku tidak memiliki perasaan denganmu, dan aku pun tahu kau juga tidak ada perasaan padaku, kan?"

Aku diam menatapnya karena yang dia katakan benar. Aku melihat dadanya naik turun, dia menarikku lembut untuk duduk disampingnya. Tangannya masih bertaut dengan tanganku, tatapan matanya tidak lepas dari mataku.

"Aku juga awalnya tidak mempunyai ekspetasi denganmu, tapi semakin sering kita bersama, lamanya kita bicara, membuat aku menjadi nyaman dan memiliki banyak sekali harapan denganmu." Siwon mencengkram tanganku lebih erat.

"Tapi kau belum selesai dengan dia." Kataku dengan nada berani.

"Tidak ada yang tersisa lagi." Suaranya tegas.

"Kau masih memiliki perasaan itu." Aku menuduhnya, entah itu benar tapi aku harap salah.

"Ya, memang." Dadaku seakan ditonjok mendengarnya. "Tapi rasanya sudah berbeda, semua fokusku sekarang padamu, tidak ada yang lain."

Siwon duduk lebih santai. "Kau ingat tidak, sebelum kita berkencan aku pernah memintamu mengirimkan foto yang kau posting di sosial mediamu?"

Aku mengangguk mengingat hari itu. "Ya, dan aku memintamu untuk screen shot saja jika mau foto itu." Karena saat itu kami belum dekat, tapi tiba-tiba Siwon meminta fotoku tanpa alasan yang jelas.

"Tapi akhirnya kau memberikannya juga, setelah aku paksa?" Kami tersenyum mengenang hari itu.

"Setelah itu kau menanyakan, dimana aku mengambil foto itu, kan?" Aneh, karena sudah jelas jika dia baca caption di sosial mediaku.

HEAVENWhere stories live. Discover now