Heaven - 12

360 33 12
                                    

Happy Reading Everyone!!!

"Apa sebenarnya yang sedang kau lakukan?" Pertanyaan itu meluncur dengan nada serak.

Aku sekuat tenaga menahan tangisku meskipun rasanya teramat perih dan tak bisa aku bendung. Aku mengabaikan wanita dengan perut buncit yang duduk didekat Siwon. Aku bahkan tidak meliriknya sedikit pun. Aku benci dia, sangat.

Siwon berdiri, terlihat panik. Dia ingin meraihku namun aku menepisnya dan karena tidak ingin dilihat bahwa aku kalah saat itu, aku meninggalkan mereka. Aku mendengar langkah kaki dibelakangku, tubuhku berhasil dia tarik ketika berada di luar rumah sakit.

"Jangan mengambil kesimpulan sendiri. Jangan bicara yang aneh-aneh." Ucap Siwon memohon, aku melihat kebingungan di wajahnya.

"Aneh-aneh?" Nada suaraku meninggi mulai tersulut emosi. "Semuanya jelas, Siwon." Aku mendorong dadanya kuat dan mencoba melarikan diri. Namun tangan Siwon lebih cepat dari kakiku.

"Tenang, please." Pintanya, matanya melihat sekitar tapi kurasa dia tidak peduli. "Kita selesaikan ini nanti, oke?" Dia mengusap bahuku, tapi aku mendorongnya dengan kasar, hingga tubuh besarnya sedikit limbung.

"Aku tidak mau melihatmu lagi, asshole!" Aku mengacungkan jari tengahku sebelum aku pergi meninggalkannya.

Ada perasaan sakit ketika dia tidak membuntutiku dan berpikir dia memilih mantan kekasihnya. Pasti wanita itu sedang tertawa puas melihat kami bertengkar. Perasaan menyesal pun timbul, tidak seharusnya aku mendatangi mereka tadi, dan memberikan santapan wanita itu menonton pertengkaran kami. Bodoh memang, aku masih belum bisa mengontrol amarahku.

Aku menahan air mataku agar tidak tumpah ketika aku berada di dalam taksi, tanpa sadar aku menggenggam ponselku erat dan menunggu Siwon menghubungiku. Tapi nihil, setelah aku sampai di apartemenku pun tidak ada satu pun pesan dari Siwon, yang membuat aku semakin murka.

Aku menangis di ranjangku, tangisanku bukan hanya karena rasa sakit, namun juga kesal karena Siwon diam tanpa menghubungiku. Meskipun dalam keadaan marah, aku ingin Siwon ada agar amarahku terlampiaskan.

Aku masih menunggu Siwon menghubungiku, menunggunya sembari melakukan aktifitas seperti biasa. Aku bisa beraktifitas, makan layaknya tidak ada masalah apapun. Namun aku tidak pernah bisa tidur jika aku sedang ada masalah dengan Siwon.

Ini tentang kebiasaan, dulu sebelum ada Siwon aku bisa tidur bahkan nyenyak. Namun semenjak aku sering tidur ditemani olehnya, ketika kami berada disituasi seperti sekarang aku tidak pernah bisa tidur di jam normal. Jika beruntung aku tidur di waktu semestinya, aku akan terbangun di jam yang seharusnya aku masih terlelap. Entah mengapa Siwon adalah obat tidur paling manjur, dan Siwon pun pernah berkata demikian. Bahwa aku adalah obat tidurnya, tanpa aku jam tidurnya tak karuan. Apa ini yang dinamakan kecanduan?

Namun, terkadang aku merasa hubungan kami ini adalah toxic. Kenapa aku biacara demikian?

Ada kalanya kami saling menyakiti, ada kalanya juga kami bisa saling menyayangi dan setelahnya bertengkar hebat. Begitu terjadi berulang-ulang selama kami menjalin hubungan.

Ketika aku meringkuk di ranjangku sembari mengenang hal-hal indah agar amarahku meredah, aku mendengar bunyi klik pada pintu. Siapa lagi yang datang kalau bukan Siwon. Aku sudah mengira dia akan datang, jadi aku mengunci diri didalam kamarku.

"Boleh aku masuk?" Tanya Siwon setelah dia menekan knop pintu.

"Sebaiknya kau pergi, aku tidak ingin bicara." Aku berteriak.

Aku menjaga suasana hatiku agar aku bisa tidur nyenyak tanpa Siwon. Karena besok aku akan banyak sekali pekerjaan.

"Kau bicara seperti ini karena kau masih marah." Balasnya.

HEAVENDonde viven las historias. Descúbrelo ahora