3. The Heather

1.7K 148 37
                                    

Halo! Redamancy kembali lagi setelah sekian lama terbengkalai🥲 Adakah yang menunggu?

Btw, buat pembaca baru Redamancy, aku mau ingatkan cerita ini akan ringan. Wordsnya tidak banyak-banyak (mungkin). Tidak ada konflik yang berat. Bahasanya juga ringan. Young adult (bukan teenfict), karena cerita aku selalu mengandung mature contents. Yang satu ini bisa jadi lebih mild atau juga hard.

Kalau mau cerita berat boleh mampir ke Dangerous Choice. Yang ini cuma selingan kalau lagi capek mikir teori disana hahah. Updatenya juga jarang. Seperti part ini, yang baru diupdate setelah dua bulan lamanya hhh:')

Oke, langsung aja ke cerita. Happy reading💜

—•—

Bukan tanpa alasan nama The Heather menjadi begitu popular di kampus. Mengingat para personil yang sudah memiliki nama bahkan sebelum bergabung menjadi satu band. Memegang posisi vokal, ada Jung Jaehyun. Pria dengan lesung pipi dalam. Manis sekali. Kepribadian Jaehyun juga paling dielukan sebab tak kalah manis dari wajahnya. Pesonanya tidak pernah gagal membuat para gadis terpana. Berasal dari keluarga kaya pemilik Jung Company. Sudah bisa dipastikan akan menjadi pewaris perusahaan turun-temurun itu.

Lalu ada Kim Mingyu, si gitaris tampan. Mingyu merupakan personil yang paling sering menjadi bahan perbincangan. Pemikat wanita. Kerap berganti-ganti pasangan sesuka hati. Alasannya bukan karena ia ingin mempermainkan perasaan para gadis itu. Hanya saja dia tidak tega untuk menolak jika ada seseorang yang menyatakan perasaan lebih dulu. Sayangnya, Mingyu hanya sebatas menerima. Tidak ada perlakuan khusus sebagaimana seorang kekasih pada umumnya.

Satu-satunya personil dari luar negeri, mahasiswa pertukaran pelajar yang betah dan memilih untuk menetap di Korea. Bambam—keyboardist. Sering disebut badut dalam grup sebab yang paling pandai melontar lelucon. Pencipta suasana riang dalam grup. Selera humornya menyesuaikan kondisi. Kadang tinggi, kadang rendah sekali. Bahkan saat diberi pertanyaan jika tidak bergabung dalam The Heather, dia akan memilih menjadi komedian.

Kim Yugyeom, bassist. Masih dari keluarga bermarga Kim yang memiliki pesona luar biasa. Pria yang tak segan menebar senyum, tapi lebih banyak diam. Teman-temannya sering memanggil dengan sebutan Kyum. Lebih cocok dengan kepribadian Yugyeom yang polos dan tulus.

Terakhir, si drummer rupawan. Jeon Jungkook. Pria dengan segala pesona memikat. Bisa dikatakan penggemarnya merupakan yang terbanyak. Hampir setiap hari harus membersihkan loker dari tumpukan kotak hadiah. Tak kalah dari Jaehyun, Jungkook juga berasal dari keluarga atas. Kedua orang tuanya memiliki perusahaan korporasi terbesar di Valley Hills. Meski Jungkook merupakan anak terakhir dikeluarganya, sama sekali pemuda Jeon tidak menunjukkan sifat kekanakan. Paling dingin diantara yang lain. Bertolak belakang dengan wajah yang lebih mirip seperti kelinci. Pun diantara teman satu grupnya, Jungkook yang paling tidak suka berhubungan dengan wanita. Dia memiliki satu mantan kekasih. Penyebab teman-temannya mengira Jungkook belum melupakan gadis itu hingga tidak mau menjalin hubungan lagi.

Usai acara festival di universitas—seperti yang direncanakan, ketiga pemudi yang sering kali mendapat perhatian dari mahasiswa kampus pergi ke sebuah cafe. Merubah rencana awal yang seharusnya pergi ke kelab malam. Memesan minum pada satu meja dan beberapa makanan. Bintang tamu membawakan alunan musik ringan. Cukup mengisi ketenangan suasana.

Banyak hal yang terjadi selama satu jam terakhir. Salah satunya adalah kehadiran The Heather yang membuat beberapa pengunjung saling berbisik. Memberi perhatian berlebih pada titik tempat The Heather dengan tiga wanita yang berada satu meja dengan mereka. Ryujin yang awalnya menyapa Jaehyun—sepupunya, kemudian Jaehyun meminta untuk bergabung sebab cafe sudah cukup penuh.

"Ini sangat tidak nyaman," celetuk Da In sambil meletakkan punggung pada sandaran kursi. Berhasil mencuri atensi barisan pria tampan disana.

Menyadari dirinya menjadi pusat perhatian, Da In berdeham sebelum kembali berkata, "maksudku, lihatlah! Mereka berbisik selagi melihat ke arah kita."

"Kita sudah sering menjadi pusat perhatian, Song. Tidak biasanya kau merasa risih dengan hal itu," sahut Yoonhee kelewat polos, namun dengan nada mencebik. Tidak memahami maksud sahabatnya ingin segera meninggalkan cafe dan menyapa ranjang di rumah. Lelah. Mau pulang saja.

"Ah, benar! Penampilan kalian tadi, bagus sekali. Bukankah ini pertama kali kalian bermain akustik?" Kali ini Ryujin bersuara. Mematahkan jembatan canggung antara pria dan wanita disana.

"Seharusnya tidak begitu. Kau tahu kan Ryu, kita akan membawakan single terbaru? Jika bukan karena Jungkook kehilangan stik drum-nya kita bisa tampil lebih maksimal." Jaehyun menyahut penuh insinuasi.

Si pemilik nama melirik sekilas. Menyadari dirinya tengah menjadi sorotan. "Jika bukan karena wanita yang menabrakku tadi, aku tidak akan kehilangan stikku."

Da In mengerti wanita yang sedang Jungkook sebutkan. Itu dirinya. "Wah, bagaimana bisa kau mengatakan seseorang menabrakmu? Bukankah kau yang menabrak orang lain dan berlari begitu saja? Bahkan kau tidak meminta maaf." Sudah dapat ditebak dimana atensi penghuni meja di tengah cafe itu berada. Lagi-lagi Da In sukses menjadikan dirinya pusat perhatian.

"Apa yang dia bicarakan?" bisik Mingyu pada Bambam disebelahnya.

"Apa aku terlihat seperti cenayang?" sahut pria itu—sarkas. Sama-sama penasaran dengan situasi yang terjadi.

Da In mengabaikan pandangan penuh tanya seisi meja. Tidak peduli jika sikapnya akan jadi keterlaluan. Lantas beranjak dan meninggalkan meja begitu saja tanpa berpamitan. Suasana hatinya sudah cukup buruk saat ini. Meski seharusnya tidak ada alasan untuk bertindak agresif.

"Maafkan Da In. Dia ada sedikit masalah. Masih sangat sensitif. Kita harus pergi," pamit Ryujin sekaligus menarik tangan Yoonhee menjauh dari sana.

"Kook, apa terjadi sesuatu?" tanya Jaehyun yang sudah ingin disuarakan sejak Da In beranjak.

Jungkook mengedikkan bahu. "Entahlah. Bukankah aku sudah mengatakan seorang wanita tua menabrakku di depan minimarket tadi siang? Stikku mungkin terjatuh disana karena terburu-buru."

Keempat pria disana mengangguk bersamaan. Masih saling menebak-nebak maksud Da In yang tiba-tiba tersulut dan meninggalkan meja begitu saja. Semakin menambah keyakinan kelimanya, bahwa terkadang bukan pria yang tidak pernah peka, tapi wanita yang memang serumit itu untuk dipahami.

—•—

RedamancyWhere stories live. Discover now