13. Unfinished

696 63 18
                                    

"Kau tinggal sendiri?" Suara Da In memenuhi apartemen Jungkook. Netranya menyisir ruangan. Apartemen Jungkook tidak begitu besar. Tipikal apartemen studio dengan satu kamar tidur, kamar mandi, dapur dan balkon kecil yang kadang Jungkook gunakan untuk merokok. Sisa ruangan yang memisahkan dapur dan kamar tidur, Jungkook gunakan untuk bersantai atau sekadar menyambut tamu yang tidak lain adalah teman-temannya sendiri.

Da In terkesima akan bersih dan rapinya unit Jungkook. Tidak banyak furnitur. Sejujurnya, itu terlihat kosong. Seperti tidak ada kehidupan di dalamnya. Da In menyapu pandangan dan berhenti di sebuah rak pajangan. Tungkainya mengayun untuk mendekati sebuah pigura kecil dengan foto beberapa orang. Senyum Da In terulas.

"Ini." Presensi dan suara Jungkook membuat Da In terperanjat sekilas. Tangannya terulur memberikan kaleng soda yang sudah ia buka sebelumnya. "Aku tinggal sendiri di sini. Ayahku tinggal di luar kota, tapi jarang ada di rumah karena menghabiskan waktu untuk mencari uang. Sementara ibuku di kota lain bersama keluarga barunya. Mereka berpisah beberapa tahun lalu."

Da In terbungkam mendengar penjelasan Jungkook. Hazelnya kembali pada sebuah foto di mana Jungkook dan kedua orang tuanya terlihat bahagia. Terlihat dari senyuman yang mereka tunjukan begitu hangat dan tulus. Da In berasumsi foto ini diambil beberapa tahun lalu. Mungkin saat Jungkook baru masuk kuliah atau lebih muda dari itu. Pun Da In enggan bertanya hal yang berpotensi membuat Jungkook tidak nyaman.

"Pasti lebih menyenangkan tinggal sendiri." Da In mencoba mengalihkan pembicaraan dan memecah suasana canggung di antara mereka. "Aku tinggal bersama dua kakak menyebalkan. Aku rasa kau tahu atau pernah mendengarnya. Song Seokjin, pft, dia sangat menyebalkan. Selalu menceramahiku dan suka mencari masalah denganku. Kakak keduaku, Song Ah In, percayalah, dia seperti mimpi buruk. Selalu melarangku ini dan itu. Bahkan Kak Seokjin tidak berani melawannya. Oh, jika Kak Ah In tahu aku memiliki piercing dan tato, dia akan membunuhku."

Jungkook tergelak. Kakinya melangkah ke arah sofa dan menempatkan diri dengan nyaman di sana.  "Bagaimana jika kakakmu tahu suatu saat?"

Da In mengedikkan bahu dan mengikuti Jungkook duduk di sofa. "Aku bisa mengancamnya. Sebenarnya aku tahu Kak Ah In juga memiliki tato. Aku bisa mengadukannya ke Kak Seokjin jika dia berani memarahiku."

"Kau bilang Kak Seokjin tidak berani dengan Kak Ah In."

"Tetap saja, Kak Seokjin adalah yang paling berkuasa. Bagaimanapun juga dia kakak tertua, kepala keluarga di rumah."

Jungkook meneguk minumannya sebelum meletakkan ke atas meja. "Orang tuamu?"

"Meninggal. Kecelakaan."

Suasana kembali canggung.

Jungkook tidak mengerti bagaimana Da In bisa menjawabnya begitu tenang. Jelas saja kehilangan orang tua bukan hal yang mudah. Ketika orang tuanya berpisah, Jungkook benar-benar kehilangan arah. Dia membenci segala hal termasuk dirinya sendiri. Dia membenci perasaan ditinggalkan. Jungkook merasa dibuang. Fakta bahwa orang tuanya begitu egois dan memutuskan untuk hidup masing-masing tanpa memikirkan kondisi Jungkook membuatnya merasa dicampakkan. Melihat Da In berdamai dengan keadaan, membuat Jungkook diam-diam tersenyum miris.

Da In melirik ke arah Jungkook. "Aku baik-baik saja, Jeon. Hal itu sudah lama terjadi dan tidak lagi mengusikku."

"Aku bisa melihatnya." Jungkook mengangguk.

"Jadi," Da In menepuk paha Jungkook dan mengubah posisinya menghadap penuh ke arah pemilik rumah, "apa kita akan melanjutkan yang sebelumnya?"

Jungkook mengerutkan kening bingung. "Apa?"

"Astaga! Kita kembali berciuman atau tidak?"

__

__

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 07, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RedamancyWhere stories live. Discover now