Three!

829 87 8
                                    

"Jika aku terjatuh, hidungmu akan patah, Bradley!" Sudah lebih dari 10 menit, tangan kiri Bradley menutup mataku dan tangan kanannya menuntunku ke tempat yang ia maksud dari tadi.

"Hahaha." Suara tertawanya terdengar jelas di telingaku. Aku tidak bisa menolak keinginannya, yaitu menutup mataku agar jadi kejutan. Aku takut jika aku menolak, dia akan membunuhku.

"Almost there." Ucapnya berbisik di telingaku, geli.

"Tommorow, i will kill you." Ancamku sambil terus memegang tangan Bradley yang menuntunku. Hari ini, Bradley sedang beruntung. Tiba-tiba, kakiku terpeleset oleh sesuatu yang licin. Sial.

Deg!

Tangan Bradley menyanggah tubuhku yang hampir jatuh. Oke, ini seperti adegan sinetron-sinetron. Matanya menatap mata biruku. Wajahnya mendekat.

Dekat...

Dekat..

Dekat.

"Terima kasih," Aku segera berdiri lalu merapihkan pakaianku. Bradley menggaruk belakang lehernya, salting. Aku memutar bola mataku dan menjauh darinya beberapa langkah.

"Waw." Aku terkagum-kagum melihat tempat yang ditunjukkan Bradley. Pantai biru dengan pasir putih dan pohon palem sebagai hiasannya. Dan tidak lupa, sunset.

"Ini sangat indah, Brad." Ujarku sambil terus menatap keadaan yang indah ini. Bradley berdiri disampingku, lalu tersenyum. That smile makes me want to throw up.

"Aku sudah menemanimu, aku akan pulang." Aku berbalik badan tapi tangan Bradley mencegahku. Aku menoleh ke arahnya dengan tatapan apa?.

"Kau hanya menemaniku kurang dari 5 menit." Bradley sok ngambek. Aku ingin menonjok wajahnya, sungguh.

"Such a baby. I want to go home." Aku melepaskan tangan Bradley dari tanganku lalu berjalan kembali ke rumah. Ternyata pantai itu dekat dengan rumahku, hanya saja aku belum pernah ke pantai itu sebelumnya. Aku menengok ke belakang, Bradley masih ditempatnya dengan cengiran khasnya itu. Aku mendengus lalu kembali berjalan.

"Apa maksudnya menyanggah tubuhku seperti itu? Kau pikir kau pangeran, Bradley?" Aku bicara dengan diriku sendiri. Itu yang kulakukan jika aku sedang marah atau badmood.

"Kau hanya membuatku semakin membencimu, tau tidak?!" Aku menendang batu kerikil yang ada dihadapanku. Aku mengambil ponsel yang ada di kantong celanaku.

"Michael tampan juga." Aku melihati foto Michael Clifford yang habis aku search di google. Rambut biru tuanya menari-nari dimataku.eh

"Calum's hot." Aku membulatkan mata saat melihat foto Calum shirtless. Terdapat beberapa tato ditubuhnya bahkan tangannya, itu keren tapi kalau kebanyakan, aku malah jijik. Uhmm... Calum alay juga.

"Ashton's dimples..." Aku membuka-tutup mataku saat melihat dimples Ashton. That's cute, batinku.

"And this is... Luke." Jujur saja, aku menjerit saat melihat foto Luke sedang bermain gitar. He's so asdgdjiehxihs handsome. Apa aku sedang fangirling?

Tanpa sadar, aku sudah berdiri di depan rumahku.

"I'm home." Teriakku sambil melepas sepatu nike-ku. Aku melihat Dad yang sudah melihatku lebih dulu.

"Hi, Dad!" Aku memeluknya sambil tersenyum. Dad balas memelukku. Tubuhnya sangat tinggi dan besar, aku sangat cape kalau harus mendongak untuk ngobrol dengannya. Jadi, aku urungkan pikiranku tentang mengajak Dad ngobrol.

"Aku akan ke kamarku." Aku melepaskan pelukanku lalu berlari menaiki tangga.

"There's something on your room." Ucap Dad, spontan aku langsung berhenti menaiki tangga. Aku langsung menoleh ke arahnya, Dad tersenyum jahil kepadaku. "Creep." Gumamku, akhirnya aku tiba di depan kamarku.

"Hello..." Aku membuka pintu kamarku dengan pelan karena Dad bilang ada 'sesuatu' di kamarku. Benda fluffy ini langsung melompat ke arahku. Benda itu menjilat wajahku terus-terusan.

"Dad, kenapa kau memberikanku anjing?" Aku berteriak agar Dad dapat mendengarku dari atas.

"Dad menemukannya dijalan, dengan air comberan di tubuhnya--"

"EW!" Aku mendorong anjing itu pelan.

"Tenang, Dad sudah memandikannya." Lanjut Dad, pasti dia mendengar teriakanku. Aku menggendong anjing itu ke pangkuanku.

"Harus kuapakan kau? Apa kau punya nama? Sepertinya tidak." Aku mengecek apa ada tanda pengenal di tubuh anjing itu, ternyata tidak.

"What should i call you?" Aku bertanya pada anjing itu tapi dia hanya menggaruk tubuhnya.

"Aku akan menamaimu Lukey, karena kau pirang seperti Luke. Dia tampan sepertimu." Aku mengacak-acak bulu anjing itu, Lukey.

-

09.00 P.M

Imessage Naya-Regina

Naya: "Tomorrow..."

Regina: "I'm going to scream right now!"

Naya: "Yeah whatever lol. Tapi aku juga tidak sabar, haha!"

Regina: "Besok, kita akan diantar supirku."

Naya: "Okay, i can't sleep."

Regina: "Michael is running around in my head."

Naya: "Burger is running around in my head too😘 kau sedang apa?"

Regina: "Fangirling, kau?"

Naya: "Bermain dengan Lukey, apa kau tidak bosan fangirling?"

Regina: "Who the hell is Lukey? TIDAK AKAN PERNAH BOSAN."

Naya: "Anjing baruku lol, dia blonde seperti Luke."

Regina: "Apa itu sebab kau menamainya Lukey?"

Naya: "Maybe, lol."

Regina: "Jadi kau Luke's girl? Baiklah."

Naya: "Maybe uhmm no, ugh i don't know."

Regina: "You're so labil af."

Naya: "Aku mengantuk, see you tomorrow xoxo!"

~~~~~

Holaho

Chapteriniapabanget
Tadi ada Bradley-Naya moment. HHH.
Cie naya jadi luke's girl
Cie cie

Oke stop

Vote yaaaw comment jugaaa

fans ➸ lrh [completed]Where stories live. Discover now