03 » Rasa Peduli

16.9K 3.2K 298
                                    

Happy Reading

...


Pergi ke suatu tempat seorang diri. Sudah menjadi hal yang biasa dan sering dilakukan seorang Haikal. Contohnya, mencari sponsor ketika sekolah akan mengadakan sebuah acara. Laki-laki yang lahir setelah Shaka itu lebih sering berada diluar rumah, padahal hati kecilnya selalu menjerit ingin rebahan di kasur nyamannya.

Aneh memang, tapi itulah keinginan kecil dari remaja laki-laki yang memiliki nama lengkap Sadewa Haikal Kivandra. Remaja yang paling suka bertingkah usil itu mempunyai keistimewaan berbeda dari ketiga saudaranya dan feeling yang kuat. Oh satu lagi, entah penyebabnya apa, tapi banyak hewan yang bertingkah baik padanya. Kadang terbesit rasa penasaran di benak Haikal. Apa sih yang ada pada dirinya hingga hewan liar sekalipun bisa jinak begitu saja?

...

Minggu pagi. Akhirnya Haikal bisa merasakan kenyamanan kasur empuknya setelah 5 hari menginap di sekolah. Ternyata menjadi panitia kegiatan tak seindah ekspektasinya.

Cklek!

Haikal membuka pintu kamar, lalu melangkah keluar setelah terbangun dari tidur nyenyaknya.

"Tumben lo ada di rumah?" celetuk Juna yang kebetulan baru keluar dari kamarnya juga.

Haikal menatap malas kakaknya, "Ck. Gue kalo ada dirumah kenapa malah dipertanyakan sih?! Aneh."

Mereka jalan beriringan menuju lantai 1.

"Lo itu jarang ada di rumah, sekalinya ada di rumah langsung bersarang kayak Nanda." Tanpa beban Juna berkata demikian.

Haikal yang mendengar perkataan Juna langsung berhenti melangkah sejenak. Astaga, punya dosa apa dirinya ke Juna? Sekali bicara memang sesuai dengan kenyataan, walaupun sedikit menyinggung.

"Wah! Kayaknya lo perlu di rukyah nih!" kesal Haikal yang telah berjalan di belakang Juna.

Juna hanya mengangkat bahunya acuh dan lebih memilih terus berjalan ke tempat tujuannya, dapur.

"Bundaaa." Begitu sampai area lantai 1, Haikal langsung menghampiri dapur, tempat Bunda Wendy berada dan merengek pada wanita yang disayangi serumah itu.

Bunda menoleh dan menatap bingung pada Haikal. "Kamu kenapa, mas?"

Haikal memeluk pundak bunda dari belakang. Uh, ternyata 5 hari tak bertemu Bunda Wendy mampu membuat dirinya rindu sebesar ini. Manja pada bunda sendiri tak masalah, kan?

"Eh! Kamu ngapain sih? Bunda lagi masak lho ini," kata bunda yang kaget dengan perlakuan anak ketiganya.

Haikal menaruh kepalanya di pundak kanan bunda, "Kangen." Ucapnya manja.

"Bun, kopinya dimana?" Dengan cangkir kosong di tangan, Juna menghampiri bunda yang masih digelendoti Haikal.

Bunda beralih menatap anak sulungnya dengan sendu, "Kopinya habis, kak. Bunda belum sempet beli tadi."

Juna menghela nafas pelan, "Siapa yang ngabisin?"

"Gue. Kenapa? Mau protes? Udah tau punya insomnia pake sok-sok-an minum kopi segala," sahut remaja laki-laki yang memiliki status sebagai bungsunya rumah, Nanda. Pagi, setelah sholat subuh, ia langsung terjun ke area dapur untuk membantu sang ibunda tercinta.

"Ishh! Nggak ada bunda, lo udah gue lempar pake cangkir!" gumam Juna sebal. Netranya menyorot sinis pada adiknya yang paling muda.

"Juna!" tegur Bunda Wendy.

Senyum tipis terulas di wajah Juna, "Becanda, bun."

Juna memilih kembali ke tempat semula dan membuat teh manis. Mungkin, sesekali merasakan minuman kesukaan bunda bukanlah hal yang buruk.

Fratrem | NCT DREAM 00 Line ✓Where stories live. Discover now