63 » Masih Anak SMA

5K 1.3K 177
                                    

Happy reading
...

"Jun, muka lo kenapa lesu gitu?"

Arjuna, laki-laki yang masih mengenakan seragam putih abu-abu itu mengangkat kepalanya lantaran mendengar suara yang familiar di telinganya.

Adewa, atau teman kelas sebelah yang biasa dipanggil Dewa itu datang menghampiri Juna yang duduk seorang diri dipojokan kantin.

"Capek," Juna kembali menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangan.

"Mau gue pijitin? Atau mau gue beliin koyo? Biar capeknya mendingan," tawar Dewa tulus.

Juna menolehkan wajahnya ke samping, tanpa menatap lawan bicara, ia membalas, "Nggak usah, Wa. Makasih."

Setelah mengucap demikian, Juna bangkit dan berjalan dengan gontai menuju ke arah UKS. Berniat tidur sesaat di sana sebelum jam kosong berakhir.

Arjuna lelah bukan karena lelah fisik, tapi karena lelah batin. Ia kira berbincang bersama kedua adiknya serta Ayu akan membuatnya mengurangi beban, tapi malah membuatnya lelah sendiri.

Tepat 3 hari yang lalu di balkon lantai 2, Juna mengikuti acara ngeteh karena diajak kakak sepupu cantiknya. Ia kira topik yang akan dijadikan obrolan tak jauh-jauh dari soal pendidikan, mengingat kakak sepupunya itu termasuk golongan orang ambisius dalam menuntut ilmu di universitasnya.

Namun tebakannya keliru. Ayu mengajak mereka menikmati teh aroma melati kesukaan Bunda Wendy karena ingin membicarakan tentang para guardian dan soal rumitnya percintaan.

Sesaat Juna merasa bingung, kenapa Haikal tak diajak? Dan rasa bingungnya langsung hilang setelah mendapat jawaban masuk akal dari Ayu.

Katanya, "Bayangin aja kalau kita ngajak Haikal buat bahas hal di luar nalar, emang dia mau percaya? Mending nggak usah sekalian, bukannya mbak nggak suka sama Haikal. Tapi... Mbak khawatir kalau 'mereka' sakit hati gara-gara omongan Haikal. Kamu lupa kejadian di Jogja dulu? Waktu Haikal masih kecil itu lho."

Yah... Kalau mengingat kejadian sewaktu mereka masih kecil dan sedang berlibur ke Jogja waktu itu, memang kalimat yang diucapkan Haikal bukanlah hal yang menyenangkan.

Cklek.

Arjuna membuka pintu ruang UKS. Sepi. Tak ada yang berjaga, tumben? Tapi tak apalah, malah bagus. Semoga saja dirinya dapat rehat sejenak di sana. Kaki jenjangnya melangkah ke bilik paling ujung. Sengaja, agar tak ada yang mengusik.

Tenang... Suasananya sangat pas bagi Juna untuk memejamkan kelopak matanya, guna mencari mimpi yang lebih indah dari realita kehidupan.

Brak ! ! !

Sayangnya belum ada 15 menit terlelap, suara dobrakan pintu UKS terdengar begitu nyaring di telinga Juna. Ia membuka kelopak mata dan terdiam sejenak.

"Bangsat! Punya masalah hidup apa sih itu orang?!" Desisnya sebal, kala mendengar derap langkah yang mengarah ke bilik sebelahnya.

Arjuna merubah posisi tidurnya menjadi duduk. Ia menajamkan indra pendengarannya guna mencari tahu siapa yang menjadi dalang pendobrak pintu.

"Anjir! Lo kalau ada masalah lain kali perginya nggak ke UKS kenapa dah? Kayak nggak ada tempat lain aja."

"Untung pintunya nggak jebol!"

"Untungnya juga ini tempat lagi sepi, njir!"

"Lagian lo kenapa sih tiba-tiba nge-gampar anak orang, terus lari ke UKS? Sumpah! Kelakuan lo aneh banget!"

"Mana yang lo gampar anak kelas 12 lagi. Fix lah! Lo kena masalah double ini mah."

Fratrem | NCT DREAM 00 Line ✓Where stories live. Discover now