42 » Sidang Berkedok Ghibah

7.9K 1.8K 206
                                    

💚 Happy reading 💚

...

Pagi ini harusnya menjadi pagi yang damai bagi Nanda. Ia butuh tidur panjang setelah begadang sampai subuh. Tapi sayang, kala dirinya ingin terlelap sehabis menjalankan ibadah sholat subuh di rumah, Bang Rian mengirim pesan padanya yang berisi soal ajakan rapat panitia di cafe terdekat. Hal itu dilakukan untuk membahas persiapan Hari Raya Idul Adha yang semakin dekat.

Sebagai seorang wakil ketua Remaja Masjid yang diketuai oleh sosok Bang Rian, otomatis Nanda mengiyakan walaupun enggan. Ia ingat jika dirinya tak bisa lepas tanggung jawab begitu saja.

Banyak yang tak percaya jika adik bungsu Juna menjadi wakil ketua Remaja Masjid. Kok bisa manusia ansos seperti dia memiliki jabatan penting?! Padahal jarang keluar rumah. Maka dengan sabar, Nanda akan menjawab.

"Se-ansosnya gue kalau ada di sekolah sama rumah, gue sadar kalau masih punya kewajiban sama tanggung jawab yang harus dipenuhi. Terserah lo mau nyebut gue cari perhatian atau gimana."

Tapi, Bang Rian sebagai oknum yang menunjuk langsung sosok Nanda tanpa berkata apa-apa pada rekan organisasi, dengan tampang penuh kebanggan ia akan menjawab.

"Nanda itu anak yang punya julukan ansos, nolep... pokoknya banyak lah. Kalo dilihat dari covernya sih... emang nggak meyakinkan banget buat dikasih tanggungjawab gedhe. Tapi, kalo kalian udah kenal lebih jauh anaknya Om Adimas yang satu itu, kalian nggak bakal segan buat kasih dia tanggung jawab gedhe. Jadi, jangan nilai orang dari sampulnya! oke?!"

Hm... okelah. Kalau pak ketua sudah berkata demikian, maka yang lain hanya bisa mengiyakan. Karena perkataan yang diucapkan Bang Rian pasti terbukti benar.

Buktinya, dari pukul 8 pagi sampai pukul 11 siang, Nanda mengikuti rapat panitia dengan tenang tak banyak berbicara. Tapi sekali nya berbicara, ucapannya sangat bermanfaat. Tak sia-sia lah Bang Rian menjadikan Nanda sebagai wakilnya.

Rapat yang memakan waktu kurang lebih 3 jam, akhirnya selesai dengan hasil yang memuaskan. Semua anggota senang, begitu pula dengan Nanda. Sebab, sepulang rapat ia bisa langsung pulang dan istirahat.

"Bang Rian, gue ijin pulang duluan, ya." Ucap Nanda seraya menatap laki-laki yang duduk di sampingnya.

Bang Rian terdiam. Padahal niatnya ingin mengajak Nanda ke tempat hewan qurban. Tetapi setelah melihat kantung mata Nanda, niat tersebut langsung ia urungkan. Mungkin lain kali saja.

"Iya." Laki-laki yang bernama Bang Rian itu memaklumi, "Masih kuat nyetir sampai rumah, kan?" Imbuhnya tersirat kekhawatiran.

"Masih." Kata Nanda, sebelum bangkit dan berjalan keluar dari cafe.

Namun sebelum benar-benar keluar ia menatap Bang Rian. Kemudian dirinya merogoh kantung saku lalu mengeluarkan flashdisk berbentuk kepala macan milik Juna dan menyodorkan pada Bang Rian.

"Ada titipan dari Kak Juna, katanya disuruh cari sendiri. Nama filenya Titipan Beban Hidup." Imbuhnya bermaksud menyampaikan pesan dari Arjuna.

Sembari menghela nafas lelah, Bang Rian menerima flashdisk tersebut. "Bikin greget bener itu si Juna. Emang minta diruqyah kayaknya." Dengusnya kesal. Masa iya tugas darinya yang berkaitan dengan organisasi Remaja Masjid diberi nama Beban Hidup?!

Nanda hanya mengangkat bahunya acuh, kemudian berlalu dari sana dan menuju ke tempat parkir. Ia meraih helm hitam miliknya yang terletak di spion motor. Tanpa basa-basi, langsung melajukan motor vespa miliknya. Memang ketinggalan jaman sih, tapi Nanda suka.

Baru keluar dari pelataran cafe, tak sengaja netra nya melihat 2 orang yang begitu familiar. Namun sayang, Nanda tidak bisa melihat lebih jelas wajahnya karena mereka membelakangi dirinya.

Fratrem | NCT DREAM 00 Line ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang