28. Pa! Jangan Kurung Aya!

485 61 7
                                    

Aya dan Arjuna mulai memasuki perusahaan yang menjulang tinggi itu dengan bertuliskan. 'Perusahaan Daniel Briwijaya'

Arjuna tak menyangka, jika perusahaan bapaknya Akbar sangat maju. Ia memang jarang bertemu dengan Daniel atau bapaknya Akbar itu. Karena ia jarang sekali berada di rumah.

Aya berjalan menunduk dengan kertas-kertas di tangannya. Sungguh, di sini sangat ramai dan membuat Aya gemetar takut jika ketahuan.

Arjuna yang sudah sering masuk perusahaan bapaknya sendiri pun jadi tahu, di mana letak ruangan atasan biasanya. "Shut, Aya? Ke sana," bisik Arjuna menyuruh Aya untuk belok ke kanan.

Aya pun mengangguk dan terus berjalan sambil menunduk. Arjuna, sih, tidak terlalu kentara bahwa dia Anak SMA. Sedangkan, Aya? Kelihatan sekali mudanya karena tidak memakai makeup sedikit pun.

Mata Arjuna yang tajam melihat pintu dengan tulisan. 'Ruang Daniel Briwijaya'

"Shut, Aya? Ikut Gue," perintah Arjuna. Aya lagi-lagi hanya mengangguk tanpa medongakkan wajahnya.

Arjuna pun menatap sekitar, memastikan terlebih dahulu agar tidak ada yang melihat. Setelah merasa aman, Arjuna pun membuka pintu ruangan tersebut.

Ceklek

"Masuk, Ya!" suruh Arjuna. Mereka berdua pun masuk ke dalam ruangan bos perusahaan ini.

Aya dan Arjuna menatap sekeliling. Mereka pun mulai mencari sesuatu yang ada sangkut paut dengan mama Aya.

Aya mengobrak-abrik meja itu dan akhirnya menemukan surat rumah. Aya membacanya dengan teliti.

Di surat ini bertuliskan, bahwa pak Daniel membeli rumah 3 di Jerman dengan harga 1 rumah 15 miliar. Aya tercekik, "Ya ampun, mahal banget," ngerinya.

Arjuna yang mendengar ucapan Aya pun mendekat pada gadis itu. "Wah, ini rumahnya bisa jadi arah kita ke sana nanti," ucap Arjuna.

Aya menatap Arjuna, "Bener, juga." Ia pun mengambil ponselnya dan memotret semua sertifikat rumah itu. Sepertinya, Karyawan pak Daniel tidak ada yang mengetahui surat ini, karena surat rumah ini berada di laci meja pak Daniel yang berdebu.

Tap tap tap

Suara langkah kaki seseorang mendekati ruangan pak Daniel. Sontak, hal itu membuat Aya dan Arjuna ketakutan. Mereka terburu-buru membenarkan kembali berkas-berkas yang lumayan berantakan.

"Aduh, Jun-"

"Shut!" titah Arjuna. Ia pun menemukan tempat persembunyian. "Sini!" Dengan sekali tarikan, Arjuna menarik Aya untuk bersembunyi di bawah meja.

Ceklek

Tak lama, pintu ruangan pun terbuka. Terdengar suara kaki yang mendekati meja pak Daniel. Aya semakin deg-deg'an dibuatnya. Karena ia dan Arjuna bersembunyi di bawah meja pak Daniel.

Tangan Aya yang sedikit keluar dari persembunyiannya membuat seseorang itu menginjak tangannya.

Aya yang kesakitan pun ingin berteriak sebelum akhirnya Arjuna membekap mulutnya.

"Hap." Aya membulatkan matanya dan menatap Arjuna.

"Shut," bisik Arjuna.

JERITAN BATIN [TELAH TERBIT] ✔Where stories live. Discover now