Jaket

93 13 0
                                    

"Apa Samudra hari ini ngelatih mereka ya?" Pikir Bayu berjalan sendirian menuju lapangan.

Tak sengaja, Bayu melihat Vio dari jauh.

"Vio kok malah di lapangan? Bukannya dia harusnya udah pulang?" Heran Bayu.

Vio nampak pergi dari lapangan membuat Bayu mengikutinya dari belakang.

"Vio cari siapa?" Pikir Bayu mengikuti Vio hingga arah gerbang sekolah.

"Cewek cantik diem aja," ucap seseorang.

Vio mendongak menatap Samudra yang sepertinya baru saja datang, sedangkan Bayu bersembunyi di dekat parkiran motor.

"Itu jaket gue kan," Tunjuk Samudra.

"Iya."

Samudra sama Vio? Batin Bayu.

"Nih, jaket lo," ucap Vio sembari memberikannya pada Samudra.

"Sebenarnya lo pakai aja gak papa, gue kan bisa pakai yang lain," balas Samudra namun tetap menerima jaketnya kembali.

"Ogah, bisa aja tuh jaket adalah barang berharga lo dari seseorang, entar kalau ada yang tau gue pakai punya lo pasti salah paham," ujar Vio menolak.

Bener juga kata Vio, jaket ini kan pemberian Mama, batin Samudra.

"Udah, gue balik dulu," Pamit Vio.

"Tunggu," pinta Samudra menahannya.

"Apa lagi?!" tanya Vio.

"Lo pulang naik apa?" tanya Samudra.

"Ojek," jawab Vio.

"Lo yakin naik ojek deket sini? Gak bakal ada yang tau?" tanya Samudra ragu.

"Gue jalan kaki sampai ke sana, terus baru ketemu tempat ojek," jawab Vio.

"Sebentar," pinta Samudra pada Vio sembari mengeluarkan ponselnya.

"Lama banget," gumam Vio heran.

"Lo tunggu aja depan halte, gue udah pesan taksi," pinta Samudra pada Vio.

"Lo pesan—"

"Bye Vio," Pamit Samudra memotong pembicaraannya.

"Eh Samudra," panggil Vio namun dihiraukan Samudra.

"Bagus deh, uang gue masih utuh," ucap Vio tersenyum kemudian berjalan menuju halte sekolah.

"Jadi mereka sedekat itu," ucap Bayu yang sedari tadi bersembunyi.

•••••

"Oiya, gue kan bakal pulang nih rencananya, katanya lo punya banyak sahabat di sana."

"Iyalah, ntar gue kirim fotonya, dan kalau lo pulang nanti, harus sekolah di SMA Kencana," ucap Eliza di telepon bersama sepupunya.

"Iya pasti, lo tunggu aja gue pulang."

"Sip, bye."

Tut.

Eliza mematikan sambungan telfon, kemudian mengirim sebuah foto kepada sepupunya.

Send.

"Gak sabar gue," ucap Eliza senang setelah menelepon sepupunya.

Tok ... tok ... tok ....

"Biar saya yang buka Nona," pinta Bibi dari dapur menuju keluar.

Dear Samudra [END]Where stories live. Discover now