10

13.2K 987 13
                                    

Ningrum Pov

Aku menatap mas Saga tajam.
Entahlah apa mungkin ini pengaruh aku nonton drama the world of the married sama mbak Lea buat aku parno sampai kebawa mimpi.
Aku terus mengaduk nasiku, sesekali menatap mas Saga yang makan dengan lahap, tapi terus saja melirik handphonenya.
Bayangan mimpi Mas Saga menghamili perempuan lain membuat aku ketar-ketir. Aku membuang nafas kasar.
Otomatis semua di ruang makan menatapku aneh.
Begitu juga mas Saga yang menatapku bingung.

Saga Pov

Gue mengerutkan dahi menatap Ningrum aneh. Bukan gue nggak tahu kalau Ningrum sedari tadi ngelihat gue, nyuri-nyuri pandang mulu.
Buangan nafasnya yang kuat membuat gue mengeritkan dahi heran.
Kenapa sih kayak orang yang punya banyak beban hidup?

"Ningrum, kenapa nggak dimakan? Nggak enak yah makanannya, biar-"

"Ah, maaf ma, aku lagi nggak enak badan." Potong Ningrum cepat.

Gue segera menatap Ningrum. Benar wajahnya pucat.

"Ah, mungkin bawaan bayi. Saga, kamu perhatiin istri kamu. Malah duduk jauhan dari istri."

Nah diomelin lagikan. Gini ya kalau sudah punya istri, duduk harus berdampingan mulu. Gue membuang nafas kasar, duduk berhadapan aja, udah kayak dipisahin gunung dan lautan.

*
Saga Pov

Gue meletakan susu di atas nakas. Menatap Ningrum yang terus menatap setiap pergerakkan gue.

"Nih, minum." Gue nggak nyangka bentar lagi gue bakal punya anak.

Ningrum terus menatap gue dengan mata bulat hitamnya.

"Kamu kenapa natap saya terus dari tadi di ruang makan?"

Gue menarik sebelah alis. Jujur gue risih banget. Kalau di tatap setiap kali gue lewat udah biasa. Tapi kalau yang natapnya model kayak Ningrum sih bedah.

" Mas gagak, aku mimpi aneh."

Gue melipat tanganku di dada, lalu mengerut bingung. Apa hubungan mimpinya sama gue coba.

"Terus hubungannya sama saya apa?"

Gue menatap Ningrum yang membuang nafas pelan.

"Mas Gagak nggak hamilin perempuankan?"

Aku tertawa pelan.

"Ningrum, Ningrum. Ya iyalah saya hamilin perempuan."

Gue terkekeh melihat mata Ningrum yang mulai berembun.

Gue menggaruk tengkuk yang nggak gatal. Gue salah ngomong ya?

Malah Ningrum nangis kejar lagi.
Mana gue nggak tahu cara bujukkin cewek.

"Ning, aduh kok kamu nangis. Saya salah ngomong?"

"Huuuwaaa, Mas Saga hamilin perempuan hiks."

Gue menggaruk kepala gue, lah emang benarkan.

"Emang benarkan Ningrum."

"Huaaawa, Mas Saga tega duain aku. Ternyata benar Mas Saga hamilin perempuan, hiks."

Gue terdiam mencerna semuanya. Tunggu-tunggu, hamilin perempuan lain.
Gue terkekeh melangkah menuju Ningrum.

Gue memegang tangan Ningrum tapi segera ia hempaskan.

Gue segera memegang kedua bahu Ningrum dan memaksa menatap mata gue.

Kedua mata hitam itu berembun. Astaga bocah ini sedikit lagi akan punya anak.

"Hey, aku emang hamilin perempuan, dan perempuan itu kamu Ningrum. Kamu yang aku hamilin."

Ningrum terdiam, gue paham pasti pengaruh hormon kehamilan membuat Ningrum cengeng. Biasanyakan dia paling bawel.

"Nyesal aku mas, kenapa aku nggak dihamilin song jongki ya?"

Gue melotot kesal menatap Ningrum. Enak ajah dia kira gue nggak tampan apa.
Gila nih Ningrum.

"Ning kamu tu makin halu ya. Song jongki nggak mungkin suka sama kamu."

"Hiks, mas Gagak bilang aku jelek?"

Gue memegang kepala sakit, astaga segitunya Ningrum.

"Aku nggak ngomong loh Ning."

"Dasar tua bangkotan."

Gue mendesah berat. Hamil makin aneh-aneh.
Gue memijit pangkal ujung hidung perlahan.

Terserah dia aja, dasar cengeng.

Istri Ndeso Sang Dokter [End]Where stories live. Discover now