08. ||Papa Kita Beda

326 38 0
                                    

   Senja menyeduh teh hangat buatan Phael, hujan deras seakan akan tidak mau berhenti menguyur kota Bandung.

  Sudah pukul 22:36, untung mereka sudah sampai dirumah Phael. Senja menyandarkan punggunya dikepala ranjang milik Phael.

   "Sorry gue tadi ngga angkat telpon lo. Lo kenapa ujan ujanan gitu? Gue khawatir Ja. Jangan gitu lagi lah," kata Phael menarik selimut sampai pinggang Senja, ia mendudukkan dirinya disisi ranjang sebelah Senja.

   Senja menyibak selimut, meletakkan cangkir diatas nakas, ia merasa sebentar lagi flu akan menyerang tubuhnya.

   "Gue nggapapa.., makasih ya tadi udah nolongin gue, lo emang the best," Senja menatap Phael, menarik lengkungan tipis dibibirnya.

  "Nggapapa nggapapa! Lo hilang. Gue khawatir Ja, mana tadi ujan deres," omel Phael, perasaannya akan tidak tenang jika tidak mendapat kabar dari sahabatnya ini satu harian.

  "Ululuh.., makin sayang Phael," gemas Senja menepuk nepuk pipi Phael pelan, kemudian mengecup kilas pipi Phael. Phael? Biasa aja.

"Nyosor bae lo,"

"Biarin!"

  "Ja!" Langit membuka kasar pintu kamar Phael, "Lo pasti yang nyuruh Senja nyuim lo, dasar!" Phael menepi, berganti Langit yang duduk disebelah Senja.

  "Kembaran lo aja yang agresif, maen nyosor pipi perjaka gue," Phael misuh misuh mengelap kasar pipinya.

  "Alah.., bo'ong lo pasti! Gue kenal Senja dari zaman zigot El. Dia ngga gitu orangnya," jawab Langit, padahal dia tadi jelas jelas melihat Senja yang mencium Phael tiba tiba.

   "Engga Lang. Senja sendiri tadi yang nyuim El, ngga disuruh." timpal Senja.

  Langit menyentil kening Senja, cewek itu meringis lantas melotot garang.

  "Lo bolot emang ya Ja! Sukur sukur gue mau naikin harkat martabat lo yang ganjen. Dosa apa gue punya kembaran lemot kayak lo," keluh Langit.

  "Enak aja bilangin Senja lemot! Eh--tapi bener juga sih, hehe..," Senja cengengesan.

  Hening. Phael yang sudah fokus dengan ponselnya, Senja dan Langit saling tatap.

  "Langit,"

  "Kenapa?"

  "Tadi Papa pulang kerumah ya? Nanyain Senja ngga? Langit berantem lagi sama Papa? Senja kangen Papa, Papa belum ngucapin selamat ke Senja," Senja mengusap bekas memar disudut bibir Langit.

  Mendengar ucapan Senja, Phael mengalihkan pandangan dari ponselnya, ia mengamati wajah sedih Senja.

  "Papa? Papa ngga ada pulang Ja. Halu lo pasti, kebanyakan minum aer ujan ni pasti," kilah Langit, ia terkekeh. Mengambil tangan Senja, menaruh dipahanya.

   "Senja liat mobil Papa diluar, jangan bohong. Senja ngga suka," mata Senja teduh, secercah harapan dimanik matanya.

  "Iya, Papa pulang. Trus lo mau apa? Papa kita ngga kayak Papa orang lain Ja. Papa kita beda," lembut Langit mengusap punggung tangan Senja diatas pahanya.

  "Papi gue ada Ja, lo bisa anggep kayak Papa lo sendiri," Phael bingung harus berucap apa sebenarnya.

  Senja senyum singkat kearah Phael. "Langit, Senja nemunin Papa sebentar, boleh ya? Pasti Papa mau pergi lagi," harap harap Senja, usapan ditangan Langit terhenti karena Senja menggenggam tangannya.

  Langit mengangguk, cowok itu menyibak selimut hingga benar benar terlepas dari Senja.

  "Bentar ya El."

Senja di Langit NabiruWhere stories live. Discover now