09. || Sunday

256 32 5
                                    

  "ASTAGA ANAK MUDA!!" Aldean terkejut melihat kamar anak lajang satu satunya.

  Tiga manusia itu tidur dengan gaya kocaknya, telapak tangan Phael sepenuhnya menutup muka Senja, Langit hampir merosot dari tempat tidur, kaki Senja berada dipinggang Phael.

  "Woi! Gereja oi," Aldean memukul mukul kuat pintu dengan telapak tanganya.

  "Brisik Pi! Sopan dikit masuk kamar orang, bukan ketok pintu." Phael lebih dulu membuka mata, mengucek matanya sebentar.

  "Salah siapa belum bangun, tuh Mami manggil sarapan."

  "Orang udah bangun juga,"

  "Alah gayaan," Aldean meninggalkan kamar Phael, tidak ingin adu bacot dihari minggu yang cerah ini.

  Phael membangunkan Senja dan Langit, dengan susah payah dan sabar akhirnya Langit bangun. Itu juga berkat Senja yang menedang bokong Langit, hingga cowok itu tersungkur dengan estetik dilantai.

  "Mandi dirumah lo ajalah El, baju gereja gue minggu lalu masih ada disinikan?" penyakit mager Senja kumat, padahal rumahnya tinggal jalan beberapa meter saja.

  "Gila, lo mau make baju minggu lalu?"

  "Iyalah, napa emang? Tuhan tu ngga mandang baju apa yang lo pake, tas apa yang lo pake, yang penting mah hati," jawab Senja bijaksana.

  "Serah lo. Tanya Bi Una aja sana,"

"El, minjem baju lo ya. Males gue mau balik," kata Langit mengaruk garuk pipinya.

  "Serah lo serah! Sekalian aja lo pada tinggal disini,"

  "Minta sempak baru lo lah, yakali gue pake sempak bekas,"

  "Tanya Mami gue sana naro dimana, biasanya ada dilemari, belum disusun paling,"

  "Hmm, gue mandi dikamar mandi bawah aja," Langit turun kebawah. didapur, perempuan berbalut daster sebatas lutut itu sedang memindahkan ikan kepiring.

  "Mamehhh.., sempak baru El taro mana? Langit mau make."

  "Oalah. Mami lupa nyusun, coba liat paper bag diatas lemari Lang," perempuan itu kembali menata makanan.

  "Makasih Mami,"

  Setelah sarapan, mereka berangkat kerumah ibadah nasrani, gereja. Alih alih terlihat ingin beribadah, Phael malah seperti sedang balapan liar dengan papinya dijalan.

  Phael, Langit, dan Senja naik mobil. Sedangkan Aldean dan istri Ameera naik motor sport merah kesayangan Aldean.

  "Pih! Pelan pelan ih, mau mati apa?" Ameera menabok kuat kepala suaminya yang terbungkus helm.

  "Nantangin mereka Mih," Aldean mengurangi laju motornya. Istrinya makin brutal saja menaboknya.

  Jelas saja Ameera ketakutan, masalahnya ia sekarang bonceng perempuan, belum lagi gaunya sudah terbang kemana mana, kalau tidak dalam kondisi seperti ini, Ameera juga akan heboh menyuruh Aldean menancap gasnya pol.

  "Hmmm, kalah dah kalah." lesu Aldean, ia menjalankan motornya dengan kecepatan sedang.

  "Gaya lo," cibir Ameera.

  "Ck, brisik Meer, gegara lo juga."

  Alunan aluana musik gereja menggema, diiringi pembawa musik dan song leader.

  Langit bernyanyi kencang. Kalau kata Langit, di gerejalah ia bisa bernyanyi  kencang meski suaranya jelek, tapi akan terdengar merdu karena tertutup oleh suara jemaat yang lain.

Senja di Langit NabiruWhere stories live. Discover now