40. Positif

3.2K 142 11
                                    

" Ar, kemari lah. " ujar Reihan pada Armand yang masih menunggunya di depan pintu apotik.

" ada apa? " tanya Armand mendekat ke arah Reihan yang tengah berdiri kebingungan.

" tolong bantu aku. Aku bingung harus membeli yang mana. Menurutmu bagaimana? " tanya Reihan pada Armand. Dan kini di depan ke dua pria itu sudah tersaji setidaknya empat jenis tespack yang berbeda merk.

" mana aku tau Reihan. Aku tak pernah berurusan dengan barang - barang seperti ini. " ujar Armand kembali sewot karena ulah bosnya yang satu itu.

" aku juga. Aku tak tau Armand. " sahut Reihan menggeleng. Karena mereka berdua sama - sama buta mengenai testpack.

" tanya kan saja sama yang jual. Yang mana yang paling akurat. " ujar Armand sembari memandang seorang wanita muda yang berdiri di hadapan mereka dan hanya di batasi sebuah tempat kaca penyimpanan barang. Reihan pun ikut - ikutan memandang wanita itu.

" bagaimana? " tanya Reihan ikut memandang wanita itu.

" semuanya akurat pak. Tapi kalau ingin memeriksakan kehamilan, supaya lebih yakin, anda bisa memakai lebih dari satu tespack. " ucap wanita itu. Membuat Reihan mengangguk pelan.

" baiklah. Aku beli ke empatnya. " putusnya yakin.

" semua? Lalu? Untuk apa kau memanggil ku kalau kau membeli ke empatnya. " ujar Armand kesal dan memandang Reihan yang berdiri di sampingnya.

" aku kan hanya bertanya pada mu. " sahut Reihan lempeng dan membuat Armand menggelengkan kepalanya beberapa kali.

" untung saja kau sahabat ku. " gumamnya pelan.

*****

" kau pulang! " seru ku pada Reihan yang baru membuka pintu kamar kami. Aku pun langsung menerjang dan memeluk tubuhnya.

" astaga sayang. Kau mengagetkan ku. Hati - hati. " ujar Reihan yang balas memeluk ku. Dan mengelusi punggung hingga pinggul ku. Membuat ku sedikit nyaman dengan ulah nya ini.

" kenapa lama sekali? Kau habis dari mana? " tegur ku marah dan tak suka.

" iya. Maafkan aku sayang. Aku pergi ke suatu tempat dulu bersama Armand. " sahut Reihan menyesal. Beruntungnya dirinya masih mengerti apa yang ku ucapkan walau aku bicara saat mengubur wajah ku di tubuhnya.

" kau lama. Aku tak suka. " rajuk ku mencium lehernya dan sedikit menggigit lehernya. Membuat Reihan melenguh kenikmatan karena ulah ku.

" kau menggoda ku babe. "

" itu hukuman mu karna terlalu lama. Apa kau tak tau? Aku menunggu mu. " jawab ku dengan nada kesal yang masih terdengar.

" heum? "

" apa? Kau bertemu wanita itu? Kau lama karen kau bertemu dengannya? " tanya ku tercekat dan menghela pelukan ku di tubuhnya.

Aku pun memandang wajahnya dengan ke dua Taka ku yang sudah berkaca - kaca. Entah kenapa, memikirkan jika Reihan bertemu wanita itu kantor membuat ku sedih dan ingin menangis.

" tidak sayang. Aku tak bertemu wanita mana pun. " jawab Reihan tersenyum dan mengelus wajah ku.

" bohong. " sentak ku tak percaya.

" serius sayang. Aku tak mungkin kan membohongi mu. Aku sudah meminta Armand untuk membunuh wanita itu. Dan selama aku di kantor tadi, aku tak bertemu dengan wanita mana pun. " ujar Reihan menenangkan ku. Bahkan kini jemarinya yang mengelus wajah pipi ku tadi pun mulai mengelus ke dua mata ku yang akhirnya menumpahkan air mata.

" jangan menangis sayang. " tambah Reihan sembari mengecup ke dua mata ku kini.

" kau benar - benar sudah membunuhnya? "

Mr. TSUNDERE BASTARD (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang