36

3.2K 152 7
                                    

Alvin berjalan pulang menuju ke rumahnya dengan rasa lelah yang berkepanjangan. Rasa rindu yang dalam pada Angela membuat Alvin ingin memejamkan mata untuk menikmati kenangan mereka yang masih tersisa.

Seperti biasa, Alvin memasuki kamar di mana mereka biasa tidur dengan langkah gontai, mata dan wajah Alvin sudah kehilangan warna tidak lagi secerah ketika ia bersama Angela.

"Kau di mana Sayang? Pulanglah, aku ingin bertemu denganmu. Aku rindu kau Angela, aku tidak bisa hidup tanpamu. Kenapa kau pergi meninggalkan diriku Angela? Apa tidak ada lagi kesempatan untukku?" tanya Alvin lirih dengan air mata jatuh berderai.

Alvin rapuh, rasa sakit yang ditinggalkan Angela padanya membuat Alvin mulai membenci keadaan sekelilingnya. Semua terasa mengganggu bagi Alvin menyebabkan Alvin mata rasa dan dipenuhi kebencian.

Alvin mengunci pintu kamar mereka dan berbaring di ranjang tempat biasa ia berbaring bersama Angela.

###

Angela yang terbangun sejak tadi telah berhasil membujuk Alena untuk diam dan berhenti menangis. Angela sekarang sedang duduk di kursi ruang makan dengan bubur yang disajikan Albert, Alena di sisi lain duduk bersama Angela menikmati makanan lain.

"Tambah lagi, Nak!" bujuk Alena saat melihat bubur yang ada di mangkuk Angela hampir habis.

"Tidak, Bibi!" tolak Angela dengan nada memelas.

Angela memohon dengan mata berair saat Alena hampir saja memberikan sesendok besar lagi bubur ke mangkuknya. Alena tidak tega akhirnya hanya bisa mengalah dan membiarkan Angela menghabiskan bubur yang tersisa di mangkuknya.

Selesai makan, Angela dengan tenang menunggu Alena dan Albert. Angela menikmati suasana ini entah kenapa, rasa rindu pada ibunya, Eliza juga terasa berkurang saat dia bersama Alena dan Albert.

Ketika ketiganya selesai makan, mereka berjalan ke ruang keluarga dengan tawa dan canda mengiringi percakapan mereka. Alena berusaha untuk mendekatkan dirinya pada Angela hingga Angela merasa nyaman berada di sisinya.

"Kenapa kamu tidak lagi melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi Angela?" tanya Alena hati-hati takut melukai hati Angela.

Mendengar ucapan Alena, Angela langsung merasa sedih dengan kepala menunduk menahan sakit dan kecewa. Angela ingin sekali untuk kuliah tapi Alvin tidak mengizinkannya untuk meninggalkan rumah sama sekali kecuali bersama dirinya.

"Angela enggak bisa, Bibi! Angela mau banget melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi tapi Angela enggak mampu," lirih Angela dengan kekecewaan luar biasa di wajahnya.

Angela menunduk dengan air mata meluncur turun dengan deras. Saat ke-duanya tengah berbicara ponsel Albert kembali berdering, Albert mengeluarkan ponsel itu dari kantong celananya dan terkejut mengetahui kalau panggilan itu masih dari Anton.

Albert melirik Angela dan Alena sebelum melangkah menjauh dari keduanya, Albert berjalan menuju ke kamarnya untuk mengangkat panggilan itu dan mengunci pintu kalau-kalau Alena masuk secara tidak sengaja.

"Ada apa lagi?" tanya Albert dengan nada tidak senang.

Albert mendengus jijik saat mendengar Anton tengah berusaha menahan kemarahan dengan cara menghembuskan nafas secara teratur.

"Ibumu bersama dirimu kan? Bawa dia pulang! Tidak baik untukmu menghancurkan keluarga sendiri," tuduh Anton tanpa basa-basi sama sekali.

"Heh," ujar Albert dengan tawa mengandung ejekan. "Aku menghancurkan keluargaku sendiri?"

Albert kemudian tertawa keras tanpa ditahan sama sekali saat mendengar tuduhan tidak mengenakkan dari Anton. Albert berjalan ke arah tempat tidurnya dan duduk di tepi tempat tidur sambil melihat ke luar jendela.

"Tolong Anda pikirkan sedikit Tuan Anton, siapa yang menghancurkan dan siapa yang Anda bodohi," ejek Albert dengan kejam langsung menusuk relung hati Anton.

Brother I Hate YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang