03. What Should I Do?

23.3K 2.5K 290
                                    

Warning!
Mature content, bad language, etc.

OoOoOoOoOo

Harry panik, sudah tiga hari berlalu sejak kejadian memalukan tersebut namun anehnya darah yang keluar dari 'bagian belakangnya' tak kunjung surut. Harry sudah membuang jauh-jauh pemikiran bahwa dia sedang mengalami menstruasi, hohoho hal itu hanya akan terjadi pada perempuan saja dan lelaki trans, tentu saja Harry tak masuk dalam dua kategori tersebut artinya menstruasi tak berlaku padanya. Harry dapat menjamin 100% bahwa dirinya adalah laki-laki tulen yang memiliki perkakas yang masih bisa tegak berdiri dan bisa digunakan tentu saja, dia tak memiliki payudara apalagi lubang vagina, tak mungkin dirinya mengalami periode bulanan wanita. Kondisi terburuk yang dialami tubuhnya sesuai dengan yang telah dia baca dari buku prihal kondisi 'aneh' yang Harry alami adalah wasir, dan kemungkinan lebih buruk lebih buruk adalah kanker prostat. Harry ngeri membayangkannya, dari pada memiliki penyakit seberbahaya seperti kanker Harry lebih memilih mengalami menstruasi saja.

Harry selalu ingin bertanya pada siapapun yang bisa memberikan dia jawaban, namun rasa malu menggerogoti dirinya. Tak mungkin Harry berlari ke arah Hermione dan bertanya 'Mione bagain belakangku mengeluarkan darah sejak tiga hari yang lalu. Apa yang terjadi dengan diriku Mione?' Hell itu sangat memalukan bahkan hanya untuk sekedar dipikirkan.

'Apa aku salah makan?' Harry bertanya dalam hatinya.

'Tak mungkin, err aku selalu makan di Great Hall, kecuali. Ramuan gagal!' Shit, shit, shit. Ramuan laknat itu, andai dia tak pernah meminumnya. Tenang Harry itu hanya hipotesis sementara.

Dengan terpaksa Harry melapisi celana dalamnya dengan kain tebal berlapis-lapis agar darah sialan itu tak merembes keluar mewarnai celana juga jubahnya dan memberikan rasa malu tidak terkira untuk Harry. Kain itu menghalangi pergerakannya, tidak praktis, dan tidak nyaman digunakan. Yang paling buruk, kejantanan yang selalu Harry banggakan tertekan dan menimbulkan rasa sesak yang tak nyaman. 'Kapan hal memalukan ini berakhir?' Harry kembali bertanya-tanya dan mengeluh dalam hatinya.

Harry pasrah, sudahlah asal dia tidak dijangkiti penyakit yang mematikan. Dia segera bergegas memakai celana dalam yang telah dia lapisi kain, tak lupa baju dan celana pun Harry pakai. Helaan nafas keluar dari mulutnya, dengan gontai Harry melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi, dia sudah terlalu lama merenungkan nasib buruknya di kamar mandi.

Ceklek

"Mate kau lama sekali berada di kamar mandi." Ron protes, lebih dari tiga puluh menit Ron menunggu Harry yang berada di kamar mandi.

Harry tertawa kikuk, tak mungkin bila dia menjawab. 'Iya Ron, keluar darah dari bagian belakang tubuhku, jadi aku harus bersusah payah mencuci kain yang aku kenakan untuk melapisi celana dalam ku agar darah tak merembes keluar.' Sama saja halnya dengan cari mati bila Harry berkata seperti itu pada Ron.

Harry segera menyingkir dan mempersilahkan Ron menggunakan kamar mandi.

***

Lain halnya dengan Harry yang dibingungkan dengan darah, Draco dibuat bingung bukan main dengan perasaannya. Bukan cinta, tapi timbul sedikit percikan nafsu kala kulit putih,  mulus, nan lembut Harry bersentuhan dengan tubuhnya. Tiga hari lalu Draco tegang bukan main, bukan hanya karena Harry yang tiba-tiba pingsan namun juga karena bagian selatannya juga yang ikut menegang, untung saja tak ada saksi mata yang menyadari kebanggaan Draco yang berdiri melawan gravitasi.

Kulit leher Harry terasa begitu lembut saat Draco sentuh menggunakan telapak tangannya, baunya pun harum tak seperti bau anak laki-laki kebanyakan yang sudah bermain Quidditch. Hal itu memberikan fraksi aneh dari dalam tubuhnya, hormon testosteron nya seketika meningkat, sistem sirkulasi darah Draco berjalan lebih cepat mengantarkan oksigen yang berbondong-bondong mengisi tubuhnya, juga darah yang mengisi penuh kebanggannya. Draco praktis menegang.

By AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang