11. Are You Serious?

19.1K 2.2K 126
                                    

Harry sekarang paham kenapa semua kejanggalan ini bisa terjadi padanya, semua kesialannya bermula gara-gara ramuan sialan yang dibuatnya bersama Seamus Finnigan! Madam Pomfrey baru saja menjelaskan semua alasan di balik peristiwa janggal yang terjadi padanya. Jujur Harry masih tak mampu mencerna semua hal yang terjadi padanya, ramuan gagal, ramuan pembangkit gairah dari Ginny, dirinya yang mabuk, malam Yule yang berakhir panas bersama Draco, perjanjian parasitisme yang Draco buat, dan dirinya yang dinyatakan berbadan dua.

Dia memang selalu berharap memiliki keluarganya sendiri, yang akan selalu dia jaga dan sayangi. Dia tak menyesali keberadaan makhluk kecil dalam dirinya, calon bayinya tak bersalah sedikit pun, murni dan tanpa dosa. Semuanya sudah terlanjur terjadi, tak bisa lagi dia ulang kembali.

Satu yang dia sayangkan, hanya dia sendiri yang nanti akan menjaga bayi kecilnya, dia yakin Draco tak mau ikut berkontribusi membesarkan buah hati mereka. Draco punya dunianya sendiri, juga calon istrinya sendiri, mana mau si Blonde sialan Malfoy itu rela melepas segalanya hanya demi Harry dan anaknya, lupakan saja. Harry tahu betapa egoisnya Malfoy Jr.

Madam Pomfrey bilang calon bayinya berusia satu bulan lebih, hampir dua bulan. Betapa bodohnya dia tak menyadari keberadaan buah hatinya.

Tunggu, apakah dirinya akan di drop out dari Hogwarts karena kehamilannya? Sudah hamil di luar nikah dalam usia teramat muda, masih sekolah pula. Semangat Harry semakin surut saja. Beruntungnya kabar kehamilannya itu hanya diketahui oleh dirinya, Madam Pomfrey, dan Draco selaku orang yang harus bertanggung jawab dalam kasus kehamilannya.

Berbicara tentang Draco, manusia pirang itu tak ada lelahnya mengejar dirinya, dua hari sejak Harry dinyatakan berbadan dua Harry kembali menghindari Draco. Bukan bermaksud kabur dari masalah, namun setiap kali menatap wajah Draco hatinya sesak bukan main, jalan nafasnya seperti tersumbat sesuatu.

Harry selalu mengingat bahwa pada akhirnya Draco pasti akan meninggalkannya, dia tak mau ditinggalkan, oleh sebab itu dia mulai menjaga jarak dari Draco.

"Harry, kau dipanggil oleh Professor McGonagall untuk menemuinya pukul satu tepat siang ini di kantornya." Ucap Hermione yang membuat jantung Harry berdetak toga kali lebih cepat.

'Apa McGonagall sudah tahu tentang kondisi tubuhku?' Pikir Harry nelangsa, selamat tinggal Hogwarts dan kawan-kawan.

"Harry kau kenapa?" Hermione sedikit khawatir melihat kondisi Harry dua hari terakhir ini, teman seperjuangannya itu seakan dilanda badai gelisah, makan tak habis, belajar tak mau, tidur pun tak cukup. Dia tahu Harry mengalami insomnia, bisa dilihat dari kantung matanya yang menghitam bagai panda.

"Tak apa Mione." Jawab Harry tanpa senyum sedikitpun. Orang dengan kadar kepekaan minim pun pasti tahu kalau Harry berbohong.

'Mati aku, mati.' Dalam otaknya sudah tersusun skenario menyedihkan tentang dirinya yang di tendang dari Hogwarts oleh McGonagall. Wajah yang awalnya sudah pucat beratambah pucat berkali-kali lipat.

"Harry, bicaralah."

Apa yang harus Harry bicarakan? Keberengsekan Draco?

"Tak ada Mione." Jawab Harry lesu, kakinya melangkah tak kalah lesunya memasuki kamarnya yang baru.

Hanya tinggal menghitung jam nasibnya kembali disidang. Demi Merlin! Harry tak mau bila harus kembali ke rumah keluarga Dursley, biarlah kenangan buruk tentang keluarga Dursley dia simpan sebagai salah satu mimpi terburuk sekaligus motivasinya untuk bertahan hidup. Namun rasa-rasanya tak mungkin bila Harry kembali dikirim kesana, Voldemort sudah tiada, Harry tak memerlukan lagi bangsal perlindungan yang ibunya ciptakan disekitar rumah keluarga Dursley, lagi pula bangsal itu hanya bekerja bila Harry menganggap rumah itu sebagai tempatnya untuk pulang.

By AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang