16. The Old Story

14.6K 1.7K 109
                                    

Warning!! Bab ini menyebabkan muntah-muntah mendadak.

OoOoOoOo

Kini usia kandungan Harry hampir memasuki bulan ke 6, hari kelulusan pun sudah di depan mata. Sejak malam dimana Harry dan Draco berbaikan, si pirang pewaris Malfoy itu benar-benar bertingkah lebih posesif padanya, Draco bahkan tak mengizinkan gadis atau lelaki lain yang beresiko mengambil atensi Harry berdekatan dengan Harry nya dalam radius 20 KM, tipikal Malfoy sekali.

Harry sudah angkat tangan dengan sikap brutal Draco dalam mematahkan hati orang lain, contohnya saat blonde platina kesayangannya itu menghina Parkinson habis-habisan di depan seluruh penghuni great hall hanya karena gadis itu mengganggu Harry, dan sejak hari itu Parkinson tak lagi berani menampakan wajahnya di depan Harry apalagi menghinanya. Sebenarnya Harry pun geram dengan tingkah laku Parkinson yang selalu menyebutnya mainan Draco, gadis arogan itu tak tahu saja bila dari awal Draco lah yang mendedikasikan hidupnya menjadi budak cinta Harry. Setidaknya Harry tak perlu turun tangan dan membuat tangannya kotor untuk memberi pelajaran berharga pada Parkinson.

Hari demi hari berlalu sejak hari itu, dan Harry sadar bahwa di setiap kesempatan saat Draco melihat Ginny, dia selalu mencoba membuat si bungsu rambut merah itu terbakar amarah, dan jujur Harry menikmati ekspresi menyedihkan Ginny.

"Dray....." Ucapnya dengan suara mendayu merdu. Kini dia tak lagi malu untuk mengapresiasikan dirinya dalam hal bertingkat 'aneh' pada Draco.

"Ya baby?" Tanya Draco, namun tetap saja netra biru keabuan miliknya masih saja membaca rangkaian kata yang tersusun rapih di dalam surat kabar.

Okay, Harry tak suka ini. Dia benci saat atensi Draco bukan untuknya, dan Harry akan melakukan cara apapun agar Draco kembali menatapnya. Terbersit ide jahil dalam benaknya, sedikitnya ide gagasan Harry ini akan berdampak fatal bila dia gagal, harus dia akui menggoda Draco yang sedang hard memang bukan ide baik. Namun kali ini nampaknya ego Harry lebih mendominasi, persetan dengan konsekuensi toh Harry pun menyukai sentuhan Draco pada tubuhnya.

"Dray...." Panggilnya lagi, kali ini berbeda dari sebelumnya. Di panggilan kedua ini Harry sudah memasang mimik wajah erotis dengan pipi dan hidung yang memerah manis, jangan lupakan matanya yang bersinar mengundang Draco untuk terus menatap dua manik indah miliknya, dan yang terpenting kali ini Harry bersimpuh di lantai tetap di bawah kaki Draco juga mengusakkan pipi halusnya pada celana sutra yang Draco kenakan.

Draco menutup matanya rapat, tangannya gemetar menahan sesuatu yang berontak ingin keluar, sepertinya kucing manisnya selalu tahu bagaimana cara untuk membuatnya keras seharian. Walau Harry sudah sangat-sangat sering menggodanya, sayangnya Draco belum terbiasa, adik kecilnya selalu terbangun tegak saat melihat Harry bertingkah gemas apalagi menggodanya.

"Harry, baby dear jangan seperti ini, kau menyiksa ku." Ucapnya sembari mengusap surai raven kesayangannya.

Entah karena apa dan entah sejak kapan Harry bertingkah seperti Draco, penggoda ulung.

Harry mendongakkan wajahnya. "Aku tak suka saat kau mengabaikan ku." Jawabnya dengan mimik wajah teramat manis.

"Sepertinya hari ini kita berdua harus melewatkan kelas ramuan lagi, baby dear." Ucap Draco seduktif, tangannya tak tinggal diam si pirang yang sudah Harry nobatkan sebagai salah satu orang terpenting dalam hidup Harry itu mendudukkan tubuh Harry di pangkuannya.

"Tak mau, bagaimana bila nanti bila Slughorn memberikanku nilai T? Itu mengerikan kau tahu!" Jawab Harry dalam pekikan yang bila mana didengar Draco bagai desahan.

"Tak mungkin Harry, tenang saja." Ucap Draco menenangkan yang sebenarnya memiliki niat busuk terselubung.

"Tak ma-"

By AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang