22. Under the Glamour

10.4K 1.2K 22
                                    

Draco langsung kembali ke Malfoy Manor saat itu juga, saking paniknya dia bahkan sampai lupa bagaimana cara memanggil peri rumah. Draco berkeliling seluruh manor mencari keberadaan ibunya untuk bertanya apakah ibunya sempat melihat Harry atau tidak, bodohnya tak terlintas sedikit pun di pikirannya untuk memanggil salah satu peri rumah keluarganya, panik memang membuat otak berhenti berputar seketika.

Hasilnya tetap nihil, Draco sudah mencari di seluruh penjuru London, bertanya pada ibunya, juga pada hampir seluruh teman terdekat Harry, mengunjungi Grimmauld Place, Godric Hollow, bahkan bertanya pada pihak Gringott dimana keberadaan Potter Manor, tetap saja Harry masih belum bisa dia temukan.

Narcissa marah padanya karena peristiwa kaburnya Harry beberapa hari lalu, jangan tanyakan bagaimana reaksi Ron dan Hermione, kedua sejoli itu dengan sangat kompak melemparinya dengan berbagai macam hex, dan jangan lupa dengan tinju yang Hermione layangkan padanya.

"Harry sedang berbadan dua, Drake, kau harus segera membawanya pulang." Ucap Narcissa untuk kesekian kalinya di pagi ini. Wanita itu cemas setengah mati dengan keadaan menantu kesayangannya, banyak pikiran negatif yang hilir mudik memenuhi otaknya. Dia takut Harry serta calon cucunya kenapa-napa.

"Aku sedang berusaha Mom." Lingkar hitam di bawah mata Draco memperjelas betapa tersiksanya Draco akibat peristiwa menghilangnya Harry tempo hari, terlebih dia adalah satu-satunya alasan di balik perginya Harry.

Makan tak teratur, tidur tak nyenyak, mandi pun terlewat. Draco ingin Harry segera kembali.

"Harry dimana kau?" Tanya Draco pada dirinya sendiri. Harus kemana lagi dia mencari?

Beberapa menit kemudian salah satu peri rumahnya datang dengan terburu-buru, raut wajahnya pun tak terbaca, tapi Draco bisa melihat sorot panik dari mata bulatnya.

"Master Draco, ada seseorang di luar sana me-" Sebelum kalimat peri rumahnya selesai berucap, Draco terlebih dahulu bangkit dari kursinya dan segera ber apparate menuju pintu utama manor.

Manik biru keabuan nya basah berkaca-kaca, Draco harap Harry yang peri rumahnya maksud, dia harap Harry pulang. Dengan tergesa-gesa dia melangkah mendekati pintu, membukanya secepat yang dia bisa.

Sebuah senyum manis terukir di sudut bibirnya, di depan sana Harry melangkah pelan dengan sebuah koper besar di tangannya. Sebentar, bukannya Harry pergi tanpa membawa satu pun pasang baju kecuali yang saat itu dia pakai? Lantas kenapa Harry bisa pulang dengan sebuah koper besar? Sudahlah, lebih baik Draco membantu Harry.

Draco berlari terburu-buru menghampiri Harry dan langsung memeluknya erat. "Maafkan aku." Ucapnya sembari membenamkan wajahnya di perpotongan leher Harry.

"Maafkan aku juga."

Harry nya akhirnya pulang. Draco dapat merasakan tangan Harry yang membeli lehernya, dia rindu saat-saat manis dengan Harry nya, dengan calon buah hati mereka.

"Aku merindukan mu." Tak terasa air mata Draco jatuh membasahi pipinya, ah  dia begitu merindukan hangat dan bau tubuh Harry. Harry adalah orang yang tak pernah dia bayangkan akan menemani hidupnya, namun kini tak terbayang sedikitpun bila Harry menghilang dari hidupnya.

"Aku juga." Draco rindu suara Harry nya, bahkan suara teriakkan Harry yang memarahinya.

"Oh ya Dray, aku punya sesuatu untuk mu." Harry buru-buru melepaskan pelukan temu rindu keduanya, lalu menangkup pipi Draco yang kini menirus. Raut bahagianya seketika hilang, wajah Draco kini seakan tak terawat seperti biasanya, rambut yang selalu dia bangga-banggakan kini tak tertata rapi.

"Dray, kau kenapa?" Nada suaranya penuh kekhawatiran, apakah kepergiannya selama beberapa berefek besar pada Draco?

"Aku tak apa, hanya terlalu merindukan mu." Balas Draco sembari memeluk Harry kembali. Draco terlalu dibuai rindunya sampai tak menyadari apa yang berbeda dari Harry nya, yang dia pikirkan sekarang adalah tidak akan Draco biarkan Harry kembali meninggalkannya.

By AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang