33. Marahnya Danu

39 8 0
                                    

"Berarti, selama ini Nathan nggak percaya sama Ara?"

Shit!

Nathan mengerem motornya mendadak membuat orang yang di boncengannya tersungkur ke depan.

"Nathan ih!" kesal Ara mendapat perlakuan menyebalkannya Nathan.

"Gue hidup bareng lo dari kecil sampai lo sebesar ini. Gue kasih penuh kepercayaan buat lo, Ra. Itu sebabnya gue sayang sama lo," ujar Nathan mengabaikan kesalnya Ara.

Ara antusias memeluk Nathan dari belakang. Nathan membiarkannya lalu kembali melajukan motornya. Mereka beriringan menikmati angin sore di tengah jalanan desa yang terasa adem itu. Satu kata untuk mereka, bahagia.

Mereka sampai di tempat penginapan Ara, rumah budhenya. Selama bertahun-tahun Ara tinggal bersamanya tanpa seorang ayah maupun ibu. Beruntungnya ia, Danu yang membencinya tak serumah lagi.

Dengan sikap Nanik yang sangat menyayangi Ara bak seperti anak kandungnya sendiri, Ara sangat bahagia. Ia seolah memiliki keluarga walau tanpa seorang pria paruh baya sebagai seorang ayah.

Ara bertemu Nathan sudah lebih dari cukup untuk mengisi kekosongan hidupnya sebagai pengganti orang tua kandungnya. Di sana terdapat orang tua kandung Nathan, pasangan Bagas dan Lilis. Mereka berdua pun sama, memperlakukan Ara bagai seorang putri.

Ara berjanji pada dunia. Sesesak apapun hidup tanpa orang tua, ia berusaha untuk tetap tegar dan pantang menyerah dalam menjalai hidupnya. Ara sangat bersyukur, masih ada orang yang peduli padanya.

"Gue pulang duluan, ya," ijin Nathan yang diangguki oleh Ara dilanjut senyuman manisnya.

"Hati-hati, Nathan. Nathan malam jangan lupa," ucap Ara membuat Nathan ragu untuk membentuk lengkung senyum di bibirnya.

Ara yang tidak terlalu memperhatikan karena saking bahagianya sudah berbaikan, ia ikut tersenyum menanggapi. Bahwa Nathan malam ini akan ke rumah sakit, ia belum berani untuk memberi tau tentang rahasia terbesarnya.

***

Bulan-bulan berlalu hingga menjadi berhari-hari. Jam demi jam, menit demi menit dan detik demi detik telah di lalui. Seorang pelajar harus siap dengan yang namanya tantangan. Salah satunya yang paling umum untuk menilik nilai pengetahuan dan ketrampilan adalah ujian.

Satu minggu menuju ujian sekolah dilanjut ujian praktek. Siswa-siswi harus siap dengan hal itu. Ara yang menyadarinya segera memeriksa buku-buku pelajaran yang harus ia pelajari sebagai bentuk persiapan menuju kesuksesannya.

Ia teringat siang tadi saat di beri tugas oleh guru terdekatnya. Guru yang selalu Ara temui, guru yang sedari dulu Ara kagumi secara diam-diam, guru yang mendapati rumor bahwa dirinya berpacaran dengannya. Hal itu sangat konyol dan membuat Ara diam-diam tersenyum simpul.

Ia ingat janjinya untuk mengerjakan bersama Nathan. Segera ia menelpon Nathan untuk ke rumahnya lantaran janji siang tadi. Ponsel Nathan tidak aktif membuat Ara lagi-lagi khawatir. Ini untuk ke sekian kalinya ponsel Nathan tidak aktif di malam hari.

Tanpa pikir panjang, Ara segera ke rumah Nathan dengan meminjam motor milik budhenya, Nanik.

Dengan hati yang penuh hati-hati, ia hendak mengurungkan niatnya untuk meminjam motor. Di ruang tamu terlihat sepasang suami-istri dengan anak balita di gendongannya. Danu, Sarah dan putrinya yang bernama Nadia. Walaupun Sarah selalu baik padanya, ia masih agak takut dengan Danu yang mati-matian sangat membencinya.

"Ara!" panggil Sarah yang melihatnya.

Ara bingung untuk meresponnya bagaimana. Dengan jalan lambat dan kepala menunduk, Ara menghampiri mereka yang berkumpul di sana.

Argithan √Where stories live. Discover now